"Hei! Itu minumanku!" Shelly menyikut lengan Adit yang tengah menegak minumannya. Pria itu menaikan alisnya sebelah sebagai tanggapan.

Yemi mengerang dengan wajah ditekuk lalu menegakan kepalanya.

Ini pasti bakal dihukum. Hadeuh...

Ia bangkit dari duduknya dan berjalan malas menuju ruang Mr. Fergie.

"Yemi ada pesan-pesan terakhir nggak? Nanti bakal aku sampaikan sama om Jacob" canda Shelly.

Yemi menunjukan kepalan tinjunya ke arah Shelly dan disambut gadis itu dengan gelak tawa.

Langkahnya terseok-seok, sering kali telapak sepatunya bergesekan dengan lantai. Bukan karena ia sedang sakit tapi rasa malas yang menggerogoti jiwanya benar-benar membuatnya enggan untuk ke ruang Pak gundul itu, apalagi mau mendapat hukuman? Hadeh...siapa sih yang mau dirinya dihukum dengan suka rela?

Yemi menunduk sehingga rambutnya yang ia gerai menutupi sekeliling wajanya.

Dipertengahan perjalanan dia bertemu dengan Mrs. Jinnea, raut wanita tua itu tampak menyesal. Namun Yemi hanya bisa menapilkan senyum, setidaknya wanita itu sudah berusaha untuknya. Walau tidak membantu sedikitpun.

*&*

Takut alat-alatnya akan pecah jika menyuruh gadis itu membersihkannya, atau menyuruh Yemi membuat ramuan? Itu lebih parah. Pria itu tidak bisa membayangkan lagi apa yang akan terjadi jika dia menyuruh gadis itu melakukannya. Maka Mr. Fergiepun menyuruh Yemi mencari bahan-bahan ramuan yang bisa ditemukan, di hutan yang terletak dibelakang sekolah ini.

Melalui kertas kecil yang berisi bahan-bahan yang harus Yemi cari dan sebuah keranjang yang ia peroleh dari Mrs. Jinnea, gadis itu menyusuri rimbunan pohon pinus yang tumbuh dibelakang sekolah.

Waktu memang tengah hari, tapi ia tak merasakan sedikitpun teriknya matahari, sebab dahan-dahan pinus yang menjalar kesembarang arah menutupi diatasnya. Gadis itu terus berjalan sambil memperhatikan sekitar, kalau-kalau ada bahan yang sedang ia cari.

Sudah hampir setengah jam ia mencari, dan Yemi baru menemukan 3 bahan dari kesepuluh bahan yang dicari. Mencari bahan untuk ramuan di hutan ini tidaklah mudah, butuh mata yang jeli dan kesabaran tinggi. Yemi hampir putus asa tapi ancaman guru botak itu tak main-main. Mr. Fergie akan melaporkannya kepada kepala sekolah dan akan menyuruh dia memanggil orang tuanya. Oh, dia tidak bisa bayangkan. Bagaimana reaksi ayahnya nanti, baru masuk sekolah sudah membuat ulah.

Ia duduk berselonjor pada akar pohon yang mencuat keluar. Tangannya tanpa henti mengipasi wajahnya yang kini berpeluh. Gadis itu mengadahkan kepalanya ke langit. Awan-awan berbentuk simetris tampak bergerak perlahan dihalau sang angin. Kicauan burung-burung yang bertengger di dahan pinus membuatnya agak tenang, setidaknya dia tidak merasakan kesunyian.

Srak...srak...srak...

Tubuh Yemi menjadi tegang, matanya bergerak liar kesana kemari. Sambil memegang keranjangnya cukup erat.

Srak...

Gadis itu langsung menyembunyikan tubuhnya ke samping pohon. Ia begitu takut, bukan cuma bunyi srak saja tapi suara hembusan nafas yang sangat keras membuat tubuh gadis itu tambah gemetar. Semak-semak yang merupakan asal sumber suara tampak bergoyang.

Apa itu? Ku mohon jangan hantu...

Ketakutannya terkalahkan karena rasa penasarannya lebih besar akan apa yang dibalik semak-semak itu. Itu bukanlah hembusan nafas manusia, suara itu besar dan keras dan membuat semak-semak itu bergoyang-goyang. Tidak mungkinkan seorang manusia bisa melakukan itu.

Yemi merangkak kesana, setelah agak dekat ia membuka celah kecil agar ia dapat melihat. Matanya membelalak, degub jantungnya kian cepat dan tanpa ia sadari Yemi menahan nafas.

Dibalik semak-semak itu, seekor Centaur tergeletak mati di atas tanah. Lehernya terkoyak hingga rongga tenggorokannya terlihat, begitupun saluran arterinya keluar menjuntai. Darah terus mengalir berceceran. Perutnya pun bernasib sama. Dan entah makhluk apa didepan Centaur itu, makhluk itu mengoyak isi perutnya dengan moncongnya yang penuh sisik. Mulut makhluk itu mengunyah usus Centaur itu. Darah menetes dari ujung usus yang diputus secara paksa.

Tubuh Yemi menegang, ia tak dapat bergerak. Tangannya yang membuka celah semak tadipun kini bergetar.

Siapapun tolong aku...

*&*

Maaf ya agak lama nunggunya...

Gimana pas bagian akhir tadi? Ada yang nggak mau lagi makan mie? Hihihi...soalnya authornya bayangin mie pas nulis bagian itu.

Janga lupa vote dan komen ya...\^_^/

Semakin banyak vomen, saya semakin semangat buat nerusin nih cerita.

See you...

The Last Heirs 2 : Aristide Keano (Revisi) [END]Where stories live. Discover now