7

13.1K 992 44
                                    

Yemi menghela nafas bosan melihat para Ginko yang mulai berlatih dengan senior mereka, sedangkan dirinya hanya duduk diam sambil mengamati di bawah pohon ridang.

"Kau tidak berlatih?" Aris menghampiri dirinya lalu mengambil duduk disampingnya.

Yemi menggeleng, matanya tak lepas memandang teman-temannya yang sedang berlatih.

"Dimana kakak pendampimgmu?" tanya Aris kembali.

Yemi mengangkat bahunya acuh, "entah."

Aris mendengus diiringi senyum, "kau ini." sebelah tangannya mengusap kepala Yemi.

Yemi menepis pelan tangan Aris "aish, rambutku jadi berantakan sekarang. Apa yang salah sih kalau aku tidak latihan." ujarnya sambil membenarkan rambutnya.

"Setiap kalian latihan nanti akan dilaporkan kepada kepala sekolah untuk dicek sejauh mana perkembangannya. Walau sekolah ini adalah sihir tapi sistemnya sama seperti sekolah pada umumnya. Jika kau berbuat ulah, kau akan dikenakan hukuman. Aku sudah membaca riwayat dirimu di sekolah dulu."ujar Aris menaik-turunkan alisnya.

Yemi menatap Aris menantang, "lalu, apa yang akan kau lakukan dengan kepadaku. Kau pikir dengan kau sebagai senior aku takut? Maaf nyaliku tidak sekecil itu"

Aris tertawa renyah, " sudah ku duga kau berbeda dengan wanita yang banyak ku temui."

"Dilihat dari segi mana pun aku ini wanita. Perluhkah aku menunjukannya"

"Hahaha...bukan begitu maksudku. Sifatmu itu berbeda dari wanita kebanyakan, yang aku tahu mereka itu manja, cengeng, merepotkan, dan rumit." jawab Aris seraya mengacak rambut Yemi.

"Sudah ku bilang jangan mengacak rambutku." Yemi membetulkan rambutnya kembali" kebanyakan dari kami menggunakan perasaan dari segala tindakan yang dilakukan berbeda dengan lelaki yang memikirkan segala sesuatu dengan logika. Seberapa kuat orang pun mereka pasti pernah menangis termasuk aku."

"Oke, oke, aku mengalah. Kenapa kita jadi membicarakan ini?" Tanya Aris sambil tertawa kecil.

Yemi melirik Aris, " kau yang mulai duluan"

"Oh,oh, salah satu sifat wanita juga tak mau kalah," Yemi menatap Aris tajam. " baiklah, aku minta maaf."

Mereka terdiam beberapa saat, Aris menoleh ke samping menatap Yemi sejenak lalu menghembuskan nafas. " Kenapa bukan aku yang dipilih elemenmu? Aku jadi iri pada seseorang yang menjadi kakak pendampingmu sekarang." ujar Aris seraya menatap lekat Yemi.

Yemi menoleh membalas tatapan Aris, ia terdiam. Tak tau harus menjawab apa. Akhirnya keduanya hanya diam dengan mata saling menatap. Seakan ada magnet yang membuat mata mereka saling memaku satu sama lain. Tatapan mata Aris seakan menyiratkan sesuatu yang membuat Yemi bertanya-tanya dalam hati. Sepoi-sepoi angin seperti melodi yang membuat mereka semakin hanyut dalam ilusi mata yang menggetarkan jiwa.

"Ariiis, kamu di panggil Mr. Andes " seorang perempuan yang memakai jubah coklat menghampiri keduanya.

Yemi tersadar dan langsung memalingkan wajahnya. Jantungnya berdegub kencang dan dia menjadi serba salah. Sementara Aris yang merasakan kecanggungan diantara mereka berdehem sebentar.

Perempuan itu seakan tersadar dari situasi yang terjadi, "maaf, sepertinya aku menganggu suasana romantis kalian. Hehehe...perkenalkan namaku Olivia. Kau bisa memanggilku kak Olif." ujar Olif ramah kepada Yemi.

Yemi mengangguk sambil tersenyum memperkenalkan dirinya juga. "Yemi."

Dengan keusilannya, Olif menatap Aris jahil sambil berbisik kepada Yemi namun dapat didengar oleh Aris"hati-hati saja Yemi, Aris ini playboy jangan mudah percaya dengan yang ia katakan. Walau wajahnya tampan dan ramah, sudah banyak wanita yang patah hati gara-gara salah menafsirkan sikapnya itu. "

The Last Heirs 2 : Aristide Keano (Revisi) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang