6

12.9K 991 30
                                    

Perhatian!!!

Ternyata masih ada yg nggak ngerti kenapa cerita ini di publish ulang. Begini, cerita inikan di revisi. Lihat judul. Tau arti Revisi? Aku mengulang publish cerita ini karena cerita ini butuh perbaikan. Baik ejaan, dialog maupun parah tokohnya. Di part pertama ada yg aku tambahin dan ada juga bagian yg ku hilangkan, karena kurasa memang kurang cocok. Dan selebihnya kalian bisa menilai mana yg hilang dan mana yg baru. Ada yg nanya "kok sama?" yaiyalah, masak aku harus rubah seluruh isi ceritanya. Kan aku sudah bilang alurnya tetap sama. Lah kalo mau berubah bikin cerita baru aja. Silahkan jika ingin baca ulang dan silahkan juga yg sudah baca sampai ending nggak baca. Aku nggak maksa. Karena ALURnya tetap sama. Kalau masih ada yg nggak ngerti, komen aja. Sekian cuap2 dari aku, terimah kasih sudah membacanya. Dan sampai jumpa di cerita2 lain aku ^_^.


*---------*






Jubah putihnya berkibar karena tertiup angin malam. Bulan di atas sana berbentuk sabit dengan di kelilingi kerlap-kerlip indah. Yemi mengamati sekitar. Bangunan besar yang ia lihat siang tadi tampak indah saat malam hari. Di kelilingi cahaya ungu, yang ia tidak tau apa itu. Tapi begitu indah menghiasi langit malam.

Ia melangkah masuk ke sekolah bersama siswa-siswa VaWer lain. Suasana ramai menyambutnya saat pintu besar ruang makan terbuka. Ada empat meja panjang yang berdiri di tengah ruangan dengan masing-masing kursi di sisinya.

"Sekolah ini memiliki empat level kelas. Level dasar adalah Ginko dimana memakai jubah putih baik werewolf maupun vampire. Level menengah adalah Junin yang bercirikan jubah merah untuk vampire dan abu-abu untuk werewolf. Level atas adalah Samino yang memakai jubah hitam untuk vampire dan coklat untuk werewofl dan terakhir Level tertinggi adalah Maha Zemin, untuk vampire jubahnya perpaduan antara hitam dan merah sedangkan werewofl jubahnya perpaduan antara coklat dan abu-abu." jelas Mrs. Jinnea disisinya.

Yemi mengangguk seadanya. Ia terlalu malas untuk menghadiri acara jamuan makan ini. Namun dipaksa dan diancam oleh Mrs. Jinnea. Jika tidak, Ayahnya akan mengamuk.

"Kau yakin tidak apa-apa jika ku tinggal?" tanya Mrs. Jinnea.

Lagi-lagi Yemi mengangguk. Dan Mrs. Jinnea pun pergi.



Ia mengikuti rombongannya yang duduk di meja panjang paling kiri. Di sebelahnya ada murid junin, disebelahnya lagi ada murid Samino dan palimg kanan ada Maha Zemin.

Didepan sana ada podium beserta meja-meja para guru. Tampak kepala sekolah dengan pakaian kebesarannya berwarna putih berdiri pada singgasanannya. Topi kerucut berbahan dasar kain keras menghiasi kepalanya yang diselimuti rambut yang telah memutih. Guru-guru juga berdiri di samping kiri dan kanannya menyambut kami, para Ginko.

"Selamat datang kepada para Ginko baru di The VaWer Academy. Kami beserta semua yang ada disini berharap kalian akan menjadi penerus terbaik dan akan melindungi negeri ini. Peraturan dan larangan di sekolah ini akan dijelaskan oleh para guru nanti di kelas. Tak banyak yang saya ucapkan, dan selamat atas penerimaan kalian sebagai murid baru dan selamat makan." suara tepuk tangan sorak sorai memenuhi ruangan besar ini. Kepala sekolah tersenyum sambil mengelus jenggotnya yang menjuntai panjang.

Semua orang duduk di kursinya masing-masing, dentingan sendok mulai terdengar, lampu kristal yang tergantung di atap menyinari dengan sinarnya yang terang. lilin-lilin yang berderet rapi di atas meja tampak melayang dengan sendirinya. Para Ginko yang merupakan murid baru menatap takjub. Di atas mereka awan-awan berarak dengan bentuk simetris.

"Astaga, kalau begini aku tidak menyesal dipindahkan kesini oleh orang tuaku." Yemi mengangguk setuju mendengar pendapat orang disampingnya.

Ia menatap disekelilingnnya dengan kagum. Rasa penasarannya menggelitik hatinya, bagaimana lilin-lilin itu bisa terbang? Dan lagi awan-awan itu tampak sungguhan? Siapakah gerangan yang mengatur ini semua? Orang itu benar-benar jenius.

The Last Heirs 2 : Aristide Keano (Revisi) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang