10

11.7K 860 65
                                    

Kening gadis itu mengerut samar, ia bergerak gelisah didalam tidurnya. Suara itu...terus memanggil namanya.

Yemi...

Terdengar jauh namun dapat ia dengar.

...kau dengar aku?

Siapa kau? Kumohon hentikan, siapapun itu.

Keluarkan aku dari sini!

Ucapannya penuh nada memerintah, dan Yemi benci jika diperintah.

Aku tak mengerti dan aku tak peduli apa yang kau ucapkan.

Suara itu tidak terdengar lagi, tidur Yemi kembali tenang. Nafasnya kini kembali normal. Namun itu hanya beberapa detik. Setelah itu suara lolongan panjang seperti ingin memecahkan kepalanya. Yemi terkesiap, tubuhnya kini terduduk dengan mata masih mengantuk. Lolongan itu datang lagi, kali ini menyuarakan kata yang membuat jantungnya berdetak kencang.

Mateee...

Yemi menutup kedua telinganya dengan tangan tapi hasilnya nihil. Suara itu bukan dari luar namun dari kepalanya.

Astaga, jangan-jangan aku mengidap alter ego.

Ada yang menggeliat dalam pikirannya seperti bangun dari tidur dan ia tidak tau apa itu. Matanya melirik ke jendela, ia melotot ngeri ketika melihat ada bekas asap hitam didekat jendela lalu hilang.

Apa itu tadi? Jangan bilang ada hantu di kamarku? Perasaan jendelanya tadi aku kunci.

Mateee...

"Astaga, berhenti berteriak dalam pikiranku! Apapun itu, diaaam! Kepalaku terasa ingin pecah mendengar teriakanmu."

Nafasnya ngos-ngosan setelah berteriak tak karuan pada sesuatu yang tidak ia ketahui.

Sesuatu yang menggeliat itu berhenti. Dan lolongan itu tak ada lagi. Kepalanya tertunduk, rasa ngantuk sudah lenyap. Ia terdiam sejenak. Lalu menggigit bibirnya sambil berpikir, tapi tiba-tiba terhenti.

Tangan Yemi terangkat menyentuh bibirnya, terasa lembab, basah dan panas.

Apa-apaan ini! Apa aku ngiler ya? Ah, bodo...

Gadis itu mendekati jendela, matanya memandang sekitar. Malam masih larut. Jam menunjukkan pukul 3 pagi. Ia menyentuh jendela dan menutupnya.

Tanpa Yemi sadari 6 pasang mata mengintai dari sudut berbeda. Salah satunya, menatap gadis itu dengan seringai jahatnya.

"Kau adalah kuncinya, sekarang aku dapat mencium baunya dari tubuhmu. Aku tak sabar lagi mengambil jantungnya." matanya menyiratkan licik. Lalu pria itu masuk kembali ke dalam asrama Werewolf.

Dan dua yang lain tengah bersembunyi dengan sihir, menjadikan tubuh mereka transparan.

"Yang Mulia, kenapa anda tidak menandainya? Bukankah menjadikan milik anda akan membuat Luna aman dan terhindar dari serigala yang lain, yang berniat untuk menjadikannya mate." Sesosok bertudung itu berucap pada pria yang tengah ada didepannya. Matanya yang berwarna merah tampak menatap awas pada sekitar, mereka tengah berada di salah satu ranting pohon pinus dengan posisi berdiri.

"Belum saatnya, Arenina." mata violet itu menatap Yemi yang tengah menutup jendelanya dengan gorden.

*&*

Yemi merasa risih, sedari tadi orang-orang terus menatapnya dengan raut penasaran.

Apa-apaan mereka? Seperti belum pernah melihat bidadari saja.

Ia mempercepat langkahnya, jubah putihnya berkibar karena melawan arah angin, lama-lama ia malu juga ditatap seperti itu.

Apa sih yang beda darinya? Perasaan dia sama dengan murid yang lain. Tapi kenapa dulu aku tidak risih ya? Bukankah mereka sama-sama melihatku? Ah, aku tau. Karena dulu orang-orang menatapku ketakutan sekarang jenis pandangan itu berbeda.

The Last Heirs 2 : Aristide Keano (Revisi) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang