9

11.6K 960 99
                                    

"Yemi" panggil Mrs. Jinnea dari ujung lorong.

Yemi membalik tubuhnya menatap Mrs. Jinnea yang tengah membawa tumpukan kertas yang amat banyak.

"Ya?" sahut Yemi seraya menghampiri wanita tua itu.

"Kenapa kau berkeliaran ketika jam pelajaran begini? Siapa yang mengajarmu jam sekarang?"

"Mr. Fergie"

"Oh, Fergie. Apakah dia tidak masuk?"

Yemi menggeleng sebagai jawaban.

"Lantas, mengapa kau tidak masuk kelas sekarang?"

"Aku...disuruh keluar." cicit Yemi kecil

"huh?"

"Ya, tepatnya aku diusir"

"Diusir? Kenapa?" Mrs. Jinnea tanpak shok, wajahnya menatap Yemi menunggu jawaban.

Yemi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Aku mengacaukan kelasnya, membuat ramuannya meledak dan alat-alatnya pecah berhamburan. Sebenarnya aku tidak sengaja."

"Waw, terdengar tragis. Kau sepertinya akan mendapatkan hukuman setelah ini."

"Aku berpikir juga begitu. Mrs. Jinnea bisakah kau membantuku?"

"Baiklah, nanti aku akan coba membujuknya. Tapi jangan terlalu berharap padaku ya?"

"Oke."

"Bisakah kau membantuku meletakan tumpukan kertas ini ke ruanganku? letaknya di rumah kaca. Aku ingin mencari kaca mataku, entah kenapa aku selalu melupakan benda itu."

Yemi mengangguk dan mengambil alih tumpukan kertas itu, lalu menempatkannya diatas kedua tangannya. Ia mulai melangkah setelah Mrs. Jinnea meninggalkannya.

Yemi menatap lantai dibawah sebagai penunjuk jalan, tumpukan kertas yang tingginya sampai hidung membuatnya tak memiliki pilihan lain selain menatap lantai dibawahnya. Rasa pegal merayapi kedua tangannya padahal ini belum setengah perjalanan. Jarak Rumah Kaca itu jauh dari tempatnya berada, letaknya di lantai dasar dan posisinya berdiri di lantai 2 dan yah dia akan melewati tangga yang panjang untuk menuju kesana.

Ini pasti akan menjadi perjalanan yang panjang.

Sepasang sepatu berdiri didepannya, ia tak dapat melihat siapa pemilik sepatu itu yang tengah menghalangi jalannya. Yemi berjalan kekanan tapi seseorang itu mengikutinya juga, gadis itu pikir ini hanya kebetulan. Lantas, ia berjalan kekiri namun orang itu melakukan hal yang sama. Benar-benar ingin membuat Yemi mengeluarkan tanduknya.

Yemi berdecak sebal, "Ck, bisakah kau minggir? Kau tidak lihat barang bawaanku?"

Seseorang itu terkekeh, suaranya mirip laki-laki. Dan dia kenal suara ini.

"Butuh bantuan?"

Yemi tersentak saat tiba-tiba wajah Aris muncul disamping tumpukan kertas, sangat dekat.

Pria itu tersenyum dan mengambil alih tumpukan kertas itu kedalam dekapannya. Secara tak sengaja kulit mereka bersentuhan. Jantung Yemi berdegub, dan pipinya kini bersemu.

Ia menunduk lalu menyelipkan helaian rambutnya dibalik telinga tanpa ia sadari.

Tunggu, tunggu, tunggu, kenapa aku bertingkah seperti ini?

Ketika ia sadar apa yang dilakukan, Yemi langsung mengacak rambutnya dan menegakan punggungnya, serta kedua tangannya terkepal disisi tubuhnya bak seorang tentara yang tengah berbaris. Saat itu matanya melihat Aris yang tengah menatapnya dengan kernyitan alis.

The Last Heirs 2 : Aristide Keano (Revisi) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang