BAB 7

20 3 0
                                    

Ucap Janssen,ia mengambil hasil tangkapannya tadi dan beranjak pergi. Mata Rinaya membulat. Tangannya mengepal dengan ketakutan yang mendalam. Dia takut sekali jika hal itu terjadi. Dan akhirnya Rinaya mengejar Janssen.
●●●●●●●

"Janssen kumohon. Bolehkah aku bersama mu. A aku tidak tau harus pergi kemana. Janssen kumohon Janssen"

Janssen tidak menghiraukan Rinaya, langkah kakinya di percepat dan tidak ingin mendengarkan penjelasan Rinaya.

"Kalau begitu bunuh aku!!!"

Ucap Rinaya setengah teriak. Dan hal itu berhasil membuat janssen menghentikan langkahnya. Kedua tangan Janssen mengepal dengan erat. Terdengar jelas sekali isak tangis Rinaya tersedu-sedu. Kepalanya tertunduk rambutnya pun berantakan menepati pipi kanan kirinya. Janssen membalikan badanya dan menghampiri Rinaya.

Rinaya membisu dan tak bergerak sedikitpun,karena Janssen kini memeluk erat tubuh Rina.

Rinaya tak tau harus senang,memberontak ataupun membalas pelukanya. Yang ia lakukan hanya terdiam dengan jantung yang bedetak sangat kencang. Sebelumnya di belum pernah di peluk oleh siapapun kecuali kedua orang tua tercinta.

Tak sampai 1 menit, Janssen melepaskan pelukanya. Dan beralih menarik tangan Rinaya.

Kesunyian menyelimuti rumah pohon. Janssen sibuk dengan membakar ikanya sedangkan Rinaya termenung dalam diam.

Tak lama kemudian, Janssen kembali menghapiri Rinaya dengan sepiring ikan bakar hasil tangkapannya tadi.
Rinaya mendengus lesu,pemikiranya kacau terlintas ulang adegan pelukan yang Janssen berikan.

"Kau tidak makan?"

Ucap Janssen yang sembari melahab ikan tanpa nasi. Lamunan Rinaya terbuyar. Rinaya tak berucap sedikitpun,hanya saja kepalanya menggeleng bertanda *tidak pada Janssen

Sejak kejadian peluk yang menimpa Rinaya, dia tidak mau mengucap sepatah kata. Dia teringat, hp nya terbawa di dunia aneh ini. Tangannya meraba gaunya yang terdapat saku kecil menampung hp nya. Dia cepat-cepat menelfon orang tuanya. Entah memungkinkan diangkat ataupun tersambung.

"Tttuutttt"

Tak ada satupun jawaban dari semua kontak Rinaya. Dan kali ini Rinaya mengecek google map nya tapi sinyal disini tidak memungkinkan untuk bisa mengakses internet. Wajah nya berubah masam dan menggeletakan hp nya ke lantai.
Tanpa disadari Janssen mengamati Rinaya yang dari tadi mengutak atik hp nya.

"Benda apa ini?"
Janssen mengambil hp Rinaya dan membolak-balik mengamati benda yang terlihat aneh di mata Janssen.

"Apakah ini bom?"

Pemikiran macam apa yang menaung di kepala Janssen hingga meyimpulkan hp Rinaya serupa dengan bom

"Kembalikan..."

Tangan Rinaya merampas dengan cepat dan hp nya kembali bertuan pada Rinaya.

"Akhirnya kau bicara. Kukira kau bisu mendadak"

Tawa Janssen memecah keheningan
"Dasar laki-laki sialan. Sembarangan ngatain orang."

Rinya beranjak pergi dari hadapan Janssen dan keluar melihat bintang-bintang dilangit. Tak terasa dirinya mengumpulkan setiap butiran-butiran air mata yang menggenang di pelupuk mata yang siap jatuh di pipinya.
Tanganya tak henti-hentinya mengeser layar hp melihat foto-foto Rinaya bersama keluarga maupun teman-temanya.
"Klinggg"
tiba-tiba tertera notif sms ke hp Rinaya

"Tetap semangat Rinaya. Jangan bersedih dalam kesunyian."

Kedua tangan Rinaya gemetar dan melihat sekeliling. Tapi tak ada satupun tanda-tanda kehidupan. Yang ia dapatkan hanyalah pemandangan pohon rindang yang mengelilingi rumah kecil itu. Mata Rinaya membulat sempurna, lidah nya kelu dan tak berucap. Dengan cepat Rinaya masuk kedalam dan mendapati Janssen yang sudah tertidur lelap tanpa alas dengan berselimut jas hitam. Seketika kedua matanya menangkap tikar yang sudah terpampang di lantai dengan bantal dan selimut di dekat jendela. Ia langsung menghuni tempat itu tanpa disuruh dan menutup seluruh badanya dengan selimut. Selang beberapa waktu,kantuk nya tidak kunjung datang. Rasa pengap menyusuri indra penciuman Rinaya. Dan....

" uh, kenapa pengap sekali."

Rinaya membuka selimut dalam setengah badanya. Butiran keringat membasahi wajah Rinaya. Sepintas Rinaya memandang Janssen.
Hal itu membangunkan niat Rinaya untuk beranjak dari tidurnya dan menghampiri Janssen untuk menyelimutinya.

●●●●●●●●



Sebenarnya siapa sih Janssen?.
Mau tau kelanjutanya. Ikuti terus Merely A Dream. Karena kesuraman akan selalu menyelimutimu😂😉

Merely A DreamWhere stories live. Discover now