BAB 6

20 4 0
                                    


"Heeyy kau,hentikan!kentikan!. Sakit!sakkiitt!!!! Aku,aku akan tarik omonganku tadi sekarang lepaskan tanganmu"

●●●●●●●

Janssen melihat Rinaya mengulurkan tanganya dan memperkenalkan diri

"Rinaya? Tidak buruk" ucap Janssen tersenyum

"Apa kau dengar suara air?"
Rinaya mengerutkan dahinya. Mencoba medengarkan dengan seksama.

"Kau ingin jalan-jalan?"

Janssen lagi-lagi menghiraukan pertanyaan Rina dan beranjak dari duduknya.

"Kau mau kemana lagi?"

Rinaya mendengus kesal. Langkahnya di percepat untuk mengejar Janssen yang lebih dulu darinya.
Dan sungguh luar biasa. Sepasang mata Rinaya menangkap air terjun yang sangat indah mengalir dari ketinggian menyusuri hamparan air yang mengalir tenang.

"Kau lihat Janssen. Bukankah itu ayunan?"
Telunjuk Rinaya mengarah pada ayunan yang besar tergantung di pohon. Tanpa mengucapkan sepatah kata. Janssen membalas pertanyaan Rina dengan mengangguk. Dan spontan wanita itu berlari mengampiri ayunan besar itu.

"Wow,sangat menyenangkan.fyuuuuu~"

Rambut dan gaun Rinaya melambai-lambai di terpa angin. Ayunan itu membuat kebahagiaan wanita bergaun tertawa lepas. Entah kesambet atau apa,Janssen mendekati Rina yang sedang asik berayunan

"Kau harus merasakan ini mrs. Naya. "

Jenssen mendorong tubuh Rinaya dari belakang ayunan. Sontak membuat Rinaya teriak menjadi-jadi dan kini tanganya memegang erat tali ayunan. Rinaya sangat takut karena dia melambung tinggi hampir saja kepalanya menyentuh ranting pohon

"JANSSEN HENTIKAN!!!!!!!!,"

Rinaya berteriak sekuat tenaganya melawan rasa takut yang berdesir di hatinya.

"Ini pembalasan untuk mu. Karena kau telah menarik rambutku tadi. Rasakan ini!!"

Janssen mendorong Rinaya lebih kencang. Teriakan Rinaya pun juga bergelut dengan kencangnya angin yang menepis rambutnya hingga ikatan rambutnya itu terlepas.

"OK JANSSEN AKU MINTA MAAF!!!!"

Ucapan permintaan maaf sudah terdengar di telinga Janssen dan kini saatnya Janssen menghentikan ayunan Rinaya yang dari tadi melambung tinggi.
Terdengar nafas terengah-engah. Menyeka keringat di dahinya.

"Kau puas Janssen?!"

Ucap Rinaya pucat. Rambutnya berantakan seperti korban angin ribut.

" hemmn"
Janssen tersenyum puas dengan penuh kemenangan.

Suara air terjun memecahkan keheningan dari keduanya. Janssen mengaitkan umpan di pancingnya. Sedangkan Rinaya duduk di gubuk kecil tidak jauh dari keberadaan Janssen.

"Kau tinggal di mana? Akan ku antar pulang setelah kita memakan ikan."
Janssen menatap Rinaya sekilas, dan melanjutkan aktivitas memancingnya.
Pikiran Rinaya kacau hanya karena pertanyaan Janssen yang simple tapi membuat otak Rinaya harus berfikir keras. Ia menggigit bibir bawahnya. Harus beralasan apa

"A aku kabur dari rumah. Kemarin aku mau dinikahkan dengan orang koloni yang menginginkan diriku sebagai istrinya. Dan aku takut jika kedepannya diriku akan menjadi budak yang dipermalukan oleh pria itu. Jadi aku putuskan untuk pergi dari rumah dan bersembunyi di hutan ini."

Keringat mulai membasahi sekujur tubuh Rinaya. Entah dari mana ide gilanya itu. Yang jelas alasan Rina tadi tidak sesuai dengan kenyataan

"O. Jadi kau berada dalam pelarian? Dan statusmu sekarang menjadi buronan bukan? Kalau begitu pergilah. Aku tidak ingin bersama dengan buronan. Jika kau tertangkap maka aku akan medapatkan imbasnya. Jadi pergilah dari sini dan cari orang lain yang mau menampungmu. Aku tidak sanggup. "

Ucap Janssen,ia mengambil hasil tangkapannya tadi dan beranjak pergi. Mata Rinaya membulat. Tangannya mengepal dengan ketakutan yang mendalam. Dia takut sekali jika hal itu terjadi. Dan akhirnya Rinaya mengejar Janssen.

"Janssen dengarkan aku dulu"

●●●●●

Sorry guys, foto sama ceritanya agak beda.maksudnya orangnya. Dicerita sih gaunya panjang tapi di foto gaunnya pendek. Mohon maklum ya.cari fotonya susah. Masak harus foto sendiri. Mustahil kan ya😂😂😂😂😂😂

Merely A DreamWhere stories live. Discover now