22. I Trust You

2K 97 0
                                    

charlie puth as tristan jason

[Author]

"Jadi, kalian berdua pacaran sekarang?" Tanya Frankie saat mereka sedang makan malam di tempat rahasia.

"Well, aku tidak tahu! Ya Tuhan, kenapa kita bahkan membicarakan ini?" Ucap Erina cepat-cepat. Dia bahkan tidak menyuap satu sendok pun makanan.

"Karena ini adalah hal yang penting? Ayo, Erina, keberhasilanmu dalam misi yang Ayahmu berikan sudah hampir kau dapat." Kata Amanda.

"Itu masalahnya!" Seru Erina.

"Apa maksudmu masalahnya?" Tanya Jordan tidak terima.

"Kau tidak mengerti juga? Bagaimana caranya aku membunuh lelaki yang aku cintai?" Erina beranjak dari meja makan lalu berlari ke kamarnya.

Jordan juga ikutan berdiri dari meja makan lalu mengejar Erina.

"Um, teman-teman, apa aku boleh berbicara tentang sesuatu?" Tanya Tristan.

"Ya, tentu." Kata Amanda.

"Aku tahu kalian mungkin tidak akan percaya padaku. Tapi aku mohon, ini demi Erina juga." Kata Tristan.

Amanda dan Frankie menatapnya penasaran.

"Sehari yang lalu saat aku sedang meninju kantong tinju di ruang latihan, aku mendengar Jordan menelpon seseorang. Aku tidak tahu siapa. Namun, ini terdengar mengerikan. Aku bisa mendengar Jordan mengancam seseorang yang dia telepon. Anehnya, dia menyebut nama Erina dan Ryder."

"Apa katanya?" Tanya Frankie.

"Dia mengatakan, 'Jika anak-anakmu gagal membujuk Ryder membunuh Erina, aku akan membunuh kalian semua'. Seperti itu." Kata Tristan.

"Apa kau yakin dia mengatakan itu?" Tanya Amanda yang tidak kelihatan yakin.

"Tentu saja, Am! Kau tidak percaya? Lihatlah rekaman CCTV-nya!" Seru Tristan.

"Aku punya aplikasinya." Frankie mulai merogoh saku celananya dan mendapatkan handphonenya. Ia mlai mengotak-atik isinya. Hingga rekaman CCTV sehari yang lalu.

"Tidak ada Jordan disini. Bahkan dia tidak lewat." Kata Amanda.

"Tunggu saja!" Seru Tristan. Namun Jordan sama sekali tidak terlihat.

"Tidak ada, Tristan. Sudahlah, jangan memfitnah dia karena dendammu." Ucap Amanda, Frankie pun memasukkan handphonenya kembali ke saku celananya.

"Aku bersumpah aku mendengar dia mengatakan itu." Tristan meyakinkan.

"Tristan, kumohon sudahlah. Jangan dendam lagi dengan dia." Ucap Frankie.

"Ya Tuhan, aku bukan dendam! Kalian tidak ingat saat aku mencurigai Kimberly saat itu? Aku benar, kan?" Tristan masih bersikeras.

"Yeah, tapi jika kau memang sudah benar sekali bukan berarti kau benar setiap saat. Lupakan saja, Tris. Ayo, Frank." Kata Amanda. Lalu dia dan Frankie beranjak dari meja makan, meninggalkan Tristan.

***

"Erina, buka pintunya!" Seru Jordan dari belakang pintu kamar Erina.

"Aku baik-baik saja!" Balas Erina dari dalam.

"Biarkan aku masuk, ya?"

"Aku bilang, aku baik-baik saja!" Teriak Erina lebih keras.

Jordan baru saja membuka mulutnya untuk membujuk Erina, namun Amanda memegang pundak Jordan. "Sudahlah, biarkan dia sendiri dulu. Kita bakal bicarakan ini besok-besok saja," kata Amanda. "Beristirahatlah, besok kau memiliki kelas pagi."

"Tapi, Erina--"

"Besok saja, Jordan Peters." Jordan menghela napas. Lalu berjalan menjauh dari kamar Erina.

Erina sekarang sedang berbaring, lebih tepatnya; berbaring dan meratapi nasib hubungannya dengan Ryder sambil menangis. Uhm, tidak terdengar bagus, ya? Bodohlah. Tapi, kira-kira memang begitu.

Kenapa aku tidak memikirkan ini sebelumnya?

Kenapa aku menciumnya padahal aku akan membunuhnya juga suatu saat nanti?

Kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang yang harus aku bunuh?

Bagaimana jika orang yang aku cintai itu membunuhku karena dia memiliki kepribadian ganda?

Bagaimana caranya aku membunuh orang yang aku cintai?

Batin Erina seakan tidak mau berhenti mengajukan pertanyaan pada dirinya sendiri. Dia rasanya ingin melempar dirinya sendiri dari atas tebing, jadi dia tidak perlu merasakan penderitaan dimana kau harus mengorbankan orang yang kau cintai demi Ayahmu.

Sekali lagi Erina mendengar suara ketukan pintu, namun jauh lebih lambat dari ketukan yang tadi. "Harus berapa kali aku bilang kalau aku baik-baik saja?"

"Hei, ini aku. Bolehkah aku masuk?" Tanya seseorang yang mengetuk pintu--Tristan.

Erina mengusap mukanya, memastikan kalau dia tidak terlihat seperti habis menangis. Lalu dia membuka pintu kamarnya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Tristan pelan.

Gadis di depannya mengangguk singkat. "Yeah, aku, aku baik-baik saja." Erina memaksakan sebuah senyum, namun itu tidak bertahan lama.

"Jika ada yang bisa aku lakukan padaku untuk membuatmu tenang, beritahu aku apa itu." Kata Tristan.

"Aku baik-baik saja, Tris," kata Erina lirih. "Sungguh."

"Kau yakin?" Erina mengangguk mantap.

Tristan merasa dia sangat ingin memberitahu Erina soal apa yang dia lihat semalam. Dia berani bersumpah kalau dia benar-benar mendengar Jordan mengancam seseorang. Namun, Frankie dan Amanda saja tidak percaya. Bagaimana dengan Erina?

"Ada apa, Tris?" Tanya Erina yang menyadari kalau Tristan memikirkan sesuatu.

"Tidak, tidak ada. Aku bakal--"

"Apa ada hal yang kau sembunyikan dariku?" Tanya Erina curiga.

"Hah? Apa, apa maksudmu? Buat apa aku–buat apa aku menyembunyikan sesuatu darimu?" Jawab Tristan gugup. Yang malah membuat Erina tambah curiga.

"Kau terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu tadi." Katanya.

"Aku sebenarnya cuma mau bertanya. Apa kau percaya padaku?" Tanya Tristan.

"Kau bicarain apa, sih?" Kata Erina, yang membuat Tristan terkejut bukan main. "Tentu saja aku percaya padamu! Kau sahabatku." Dia memberikan Tris sebuah senyum.

"Pergilah ke kamarmu. Kau harus istirahat. Kita ketemu lagi besok, dah." Kata Erina.

"Selamat malam." Kata Tristan lalu meninggalkan kamar Erina.

tbc

The Last Mission ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang