Kencan Dadakan

2.2K 219 16
                                    

Irene terduduk dengan lesu di salah satu kursi di perpustakaan. Ia menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong sebelum akhirnya merebahkan kepalanya di atas meja.

Sudah seminggu ini Irene benar-benar kurang tidur. UAS sebentar lagi, dan itu artinya perubahan jam biologisnya pun dimulai. Sebagian mata kuliahnya memiliki tugas akhir yang membutuhkan pengambilan data dan membuat proposal penelitian. Habislah sudah waktu tidur Irene, bahkan semalam ia tidak tidur sama sekali untuk mengerjakan tugas analisa film yang harus ia kumpulkan hari ini.

Sebentar lagi, Irene harus segera pergi ke daerah Incheon untuk melakukan pengambilan data bersama kelompoknya. Mereka berjanji untuk langsung bertemu di Incheon saja dibandingkan berkumpul terlebih dulu di kampus.

Irene memejamkan matanya, tak ingin benar-benar tertidur, karena ia tahu ia akan terlambat untuk berangkat jika ia tidur sebentar. Karena sebentarnya akan berubah menjadi kebablasan.

"Hey, belum pulang?" Irene membuka matanya perlahan dan mendapati Sehun duduk di sebelahnya. Gadis itu menggeleng dengan malas.

"Aku masih ada janji wawancara di daerah Incheon,"

"Jam berapa?"

"Jam 3," Sehun melihat jam tangan yang ia kenakan di pergelangan tangan kirinya. Saat ini jam menunjukkan pukul 1 lewat sedikit.

"Mau kuantar? Aku tidak ada kelas," Irene melotot menatap laki-laki yang lebih tua satu tahun darinya itu.

"Tidak! Kamu selalu bilang tidak ada kelas, padahal membolos," Sehun terkekeh pelan, ah pasti Chanyeol yang memberi tahu Irene. Awas saja si tiang listrik itu nanti!

"Tapi kali ini aku serius. Aku memang tidak ada kelas lagi. Mau lihat jadwalku, eoh? Aku punya bukti. Lagipula mungkin menyenangkan jalan-jalan ke Incheon,"

"Terserah padamu saja," Irene kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Hey, Bae Irene. Kenapa kamu tidak pernah memanggilku dengan embel-embel sunbae atau oppa? Kenapa harus Sehun-ssi?" Irene hanya diam tak menjawab. Sehun bahkan menyenggol lengan Irene berkali-kali, mencoba mengganggu gadis itu, namun hasilnya nihil.

"Kenapa mendiamkanku?" Sehun memanyunkan bibirnya, yang tanpa sadar membuat beberapa mahasiswi di sekelilingnya berusaha menahan jeritan mereka.

"Ayo berangkat," Alih-alih menanggapi ucapan Sehun, Irene justru mengemasi barang-barangnya dan beranjak keluar dari perpustakaan.

"Tak bisakah kau bersikap sedikit manis padaku?" Sehun tanpa sadar menaikkan volume suaranya, membuat penjaga perpustakaan lagi-lagi menatapnya tajam, seakan ingin melahap Sehun hidup-hidup.

"O o," Sehun menampilkan cengiran lebarnya sebelum akhirnya membungkukkan badannya sekilas dan pergi menyusul Irene.

●○●

Saat ini Irene duduk dalam diam di samping Sehun yang tengah fokus menyetir. Jujur saja, Irene masih sangat mengantuk, bahkan sulit sekali rasanya untuk menjaga agar matanya tetap terbuka.

"Kalau mengantuk, tidur saja. Nanti akan aku bangunkan kalau sudah sampai," ujar Sehun yang menyadarinya. Oh tidak, tidak! Irene segera menggeleng mengelak ucapan Sehun. Masalahnya ia tidak merasa enak kalau tertidur. Sudah menumpang, tidur pula. Memangnya Sehun supir pribadinya?

Terlebih lagi Irene pernah tertidur dan meninggalkan Sehun menyetir seorang diri, bukan hanya ketika pergi ke Busan waktu itu saja, tapi ketika Sehun mengantarnya untuk mengambil data juga.

"Lebih baik Sehun-ssi berbicara terus atau mengajakku mengobrol,"

"Memangnya semalam kamu tidur jam berapa?"

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang