Tentang Song Mino

2.1K 223 7
                                    

*All flashback*

Irene mengetuk-ngetuk pelan jarinya di atas meja, dan suaranya menjadi satu-satunya suara yang mengisi keheningan di ruangan itu. Di hadapannya kini duduk seorang lelaki dengan wajah menunduk. Laki-laki itu lebih memilih untuk berurusan dengan guru atau kepala sekolah dibandingkan dengan gadis ini. Irene jauh lebih menyeramkan.

"Kenapa bolos lagi?" Tanya Irene ketus. Mino mengangkat wajahnya menatap Irene lekat-lekat tepat di kedua bola mata gadis itu.

"Aku bosan,"

"Bosan? Kalau begitu kenapa sekolah? Song Mino! Apakah kamu benar-benar tidak sadar apa yang kamu lakukan selama ini? Berkelahi, tertangkap basah merokok di lingkungan sekolah, bolos pelajaran, tidak mengerjakan tugas aigo aigo kepalaku saja sakit memikirkannya. Apa kamu tidak takut dikeluarkan dari sekolah? Mengecewakan orang tuamu?" Irene memijat pelipisnya.

"Mianhae. Aku janji tak akan mengulanginya lagi. Ini yang terakhir kali," Mino mengulurkan jari kelingkingnya. Pinky promise.

"Aku butuh bukti, bukan cuma janji," Irene menyambar cepat kelingking Mino dengan kelingkingnya kemudian gadis itu segera meraih tasnya dan berdiri, berjalan meninggalkan kelas.

Belum jauh gadis itu melangkah, Irene berhenti begitu saja lalu menoleh ke belakang, menatap Mino yang masih duduk dalam diam.

"Ayo cepat! Hari sudah semakin larut. Kamu membiarkan aku pulang sendiri?" Mino menoleh dan mengembangkan senyum terbaiknya. Inilah salah satu hal yang Mino sukai dari Irene. Semarah apapun Irene padanya, gadis itu tak akan bisa mendiamkan Mino, tak akan bisa menjauh dari Mino.

Mino menyambar tasnya dan setengah berlari menghampiri Irene yang sudah kembali berjalan mendahuluinya.

"Mau mampir dulu membeli es krim?" Tawar Mino.

"Hmm boleh,"

●○●

Mino melirik sebal ke arah gadis di sebelahnya yang justru sedang menebar senyum manis ke setiap orang yang dilewatinya. Keduanya kini tengah berada di pesta pernikahan salah seorang sepupu Mino. Irene tampak menikmati pesta yang berlangsung dengan mewah itu, tapi tidak dengan Mino yang sedari tadi tampak kesal.

"Seharusnya aku ikut saat kamu dan Dana fitting baju!" Entah sudah berapa kali Mino mengucapkan kalimat tersebut. Dana dan Irene memang mengenakan gaun yang serupa dengan design backless sehingga mengekspos punggung indah mereka.

"Ini sedang menjadi trend di dunia fashion, Oppa!" Sanggah Dana yang sedari tadi tak mau jauh-jauh dari Irene.

"Tahu apa Mino soal fashion? Yang ia tahu kan cuma bagaimana cara membuat lebam di wajah," sindir Irene. Mino mengerucutkan bibirnya.

"Hanbiiiiinnn!" Seru Irene sambil berlari-lari kecil dengan susah payah menghampiri Hanbin yang akhirnya menampakkan batang hidungnya. Irene langsung memeluk Hanbin yang dibalas dengan sama eratnya oleh laki-laki itu.

Mino buru-buru menghampiri keduanya dan melerai pelukan mereka dengan kening berkerut.

"Dilarang meluk pacar orang di depan matanya sendiri," sahut Mino tak suka. Hanbin terkekeh pelan mendengar ucapan Mino.

"Berarti di belakang boleh dong?" Tanya Hanbin iseng. Irene langsung saja memukul pelan lengan Hanbin, mengisyaratkan agar lelaki itu tidak cari gara-gara.

Hanbin dan Mino sudah berteman sejak kecil. Keduanya menyukai Irene dan bahkan bersaing secara sehat. Irene bahkan sempat dilanda kegundahan ke mana hatinya akan berlabuh, tapi nyatanya bahkan hati Irene telah menetapkan bahkan sebelum pikirannya menyadari.

Remember YouWhere stories live. Discover now