Hello, Irene!

4.1K 334 9
                                    

Kelas terakhir sudah berakhir pukul 3 sore tadi, tapi kedua sahabat itu belum memutuskan untuk pulang. Keduanya memutuskan untuk pergi ke sebuah restoran BBQ di daerah Hongdae.

"Jadi, bagaimana dengan Jongin?" Tanya Irene lalu memasukkan sepotong samgyeopsal ke dalam mulutnya.

"Bagaimana apanya. Tidak ada kemajuan. Bahkan sepertinya tidak ada tanda-tanda dia akan menyatakan perasaannya. Aku jadi ragu apa dia benar-benar menyukaiku atau tidak," keluh Seulgi.

Beberapa bulan belakangan ini, seorang mahasiswa Hukum memang sedang dekat dengan Seulgi. Laki-laki bernama Kim Jongin itu kerap kali mengajak Seulgi untuk pulang bersama, bahkan mereka sudah jalan berdua beberapa kali.

"Apa aku hanya kegeeran, Irene-a?"

"Hmm mungkin?" Seulgi langsung cemberut mendengar jawaban Irene yang justru malah tertawa. "Aku bercanda. Mungkin Jongin sedang mencari waktu yang tepat. Berilah dia kode lebih keras,"

"Bagaimana caranya? Aku bahkan sempat berpikir untuk menyatakan perasaanku duluan, tapi bagaimana kalau dia tidak menyukai wanita agresif dan malah ilfeel padaku?"

"Aku juga tidak tahu. Pasrah saja?" Jawab Irene asal dan kembali menikmati samgyeopsalnya lagi.

"Ya! Padahal tadi kau duluan yang bertanya tentang Jongin," sungut Seulgi kesal.

"Ya dan aku menyesal mengungkitnya. Hubungan laki-laki dan wanita itu terlalu rumit. Lebih baik kita makan," saran Irene lalu menyodorkan Seulgi sepotong samgyeopsal.

Seulgi hanya mendengus pelan namun melahan samgyeopsal yang disodorkan Irene. "Kau benar. Jongin begitu rumig untuk dipahami. Aku lebih baik makan,"

Irene hanya terkekeh pelan mendengar ucapan sahabatnya itu. "Tunggu saja. Aku yakin dia akan segera menyatakan perasaannya,"

"Kita lihat saja. Lebih duluan dia atau laki-laki lain,"

"Memang ada laki-laki lain yang mau denganmu?" Gurau Irene membuat Seulgi melotot padanya.

"Heol, tentu saja dan kalau itu sampai terjadi, Kim Jongin pasti akan sangat menyesal!"

"Memang kau mau dengan laki-laki lain?" Pertanyaan Irene membuat Seulgi berhenti mengunyah dan berpikir sejenak.

"Hmm tidak untuk saat ini sih,"

"Aigo kau ini. Sudahlah ayo cepat habiskan makanannya!" Sahut Irene sambil terkekeh pelan, tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

●○●

Irene mempercepat langkahnya menuju gedung teknik. Hari ini, seharusnya ia menghadiri rapat mengenai projek kerja sama antara departemen psikologi dan teknik yang dilaksanakan jam 4 sore. Sialnya kelas terakhirnya molor sehingga Irene telat. Ia yakin Seohyun sunbae yang perfeksionis itu pasti tidak suka melihatnya terlambat.

Apalagi jarak antara departemen psikologi yang berada di naungan jurusan social science SNU ini jaraknya sangat jauh dengan gedung teknik yang ada di ujung lahan SNU. Irene bahkan harus menggunakan fasilitas bus yang tersedia di SNU untuk mencapai gedung teknik kalau ia tak mau semakin telat dan kakinya nyaris putus.

"Yaampun, di mana ruang rapat di gedung teknik?" gerutu Irene sambil membuka ponselnya begitu tiba di gedung teknik, mencari informasi yang tadi sudah diberikan Seohyun sunbae. Baru saja Irene berniat membuka pesan Seohyun sunbae, tiba-tiba ponselnya mati karena baterainya habis.

"Kenapa hari ini aku jadi sial sekali?" Irene berdecak kesal dan memasukkan kembali ponselnya. Ia celingak-celinguk melihat sekelilingnya yang dipenuhi oleh banyak laki-laki - khas departemen teknik.

Remember YouOnde as histórias ganham vida. Descobre agora