Broken

2.4K 266 5
                                    

Irene menganga lebar melihat Sehun yang berdiri tegap di hadapannya. Irene heran setengah mati, lelaki itu masih bisa tersenyum lebar meski wajahnya luka-luka dan lebam di sana-sini. Bahkan ia bisa melihat ada lebam di lengan kanannya.

"Hai," sapa Sehun dengan cengiran lebarnya.

"Kamu.. abis berantem lagi?" Tanya Irene masih dengan wajah terkejutnya. Irene melihat sekelilingnya dan baru menyadari mereka kini jadi tatapan tiap orang yang lewat.

Bagaimana tidak? Seorang Oh Sehun. Tampan. Wajahnya babak belur. Di departemen psikologi. Babak belur tapi masih tetap tampan, yah begitulah Oh Sehun. Irene sendiri tak mengerti bagaimana bisa begitu.

"Bahkan yang tadi itu lebih cocok dibilang keroyokan," kata Sehun dengan santai. Sehun baru saja dikeroyok 10 orang sekaligus. Ya, 10 lawan 1.

"Kamu berantem sama siapa sih? Sok jagoan banget," kata Irene tajam.

"Mereka yang cari gara-gara. Mereka yang mendatangiku. Aku hanya meladeni,"

"Bodoh," kata Irene sambil berlalu. Ia tak ingin memperdulikan Sehun, tak ingin mendekat dengan laki-laki itu.

"Hey, apa hanya respon itu yang kudapat?" Tanya Sehun sambil mensejajari langkahnya dengan langkah Irene. Irene hanya diam dan melanjutkan langkahnya menuju halte bus terdekat.

"Kamu mau pulang? Biar kuantar," lagi-lagi Irene diam, tak menanggapi Sehun sama sekali.

Sehun yang mulai merasa kesal menahan laju Irene, membuat gadis itu menoleh menatapnya dengan tatapan menantang.

"Aku bicara padamu,"

"Aku tidak mau bicara denganmu," tandas Irene kemudian melewati Sehun lagi. Sehun menghela nafas berat, tidak mengerti mengapa gadis itu terlihat sangat membencinya. Ia ingin kembali mengejar gadis itu lagi, tapi entah ada sesuatu yang menahannya. Akhirnya ia membiarkan gadis itu pergi, hanya untuk kali ini saja.

●○●

Irene dan Junmyeon baru saja menyelesaikan tugas mereka ketika jam menunjukkan pukul 1 pagi. Tugas dadakan yang diberikan itu harus dikumpul besok - ralat, hari ini - yang jelas membuat keduanya setengah mati menahan kantuk hanya demi menyelesaikan tugas.

"Kalau begitu aku pulang dulu, ya," pamit Irene.

"Aku antar ya?" Junmyeon menawari sembari ikut bangkit berdiri. Keduanya memang mengerjakan tugas di rumah Junmyeon sejak sore tadi.

"Tidak! Kamu udah ngantuk daritadi. Mana bisa menyetir, nanti kalau kenapa-napa gimana? Aku masih mau hidup!" Sahut Irene membuat Junmyeon terkekeh pelan.

"Habis ini sudah malam dan kamu perempuan. Mana bisa aku biarin kamu pulang sendiri,"

"Tenang saja, aku bisa pulang sendiri. Kamu tidak perlu khawatir,"

"Beritahu aku kalau kau sudah sampai rumah, Nona Keras Kepala!" Kata Junmyeon yang segera diiyakan Irene.

Gadis itu segera berlalu dari rumah Junmyeon, tak ingin menunggu waktu lebih malam lagi. Jalanan kota Seoul saat malam sangatlah lengang, bahkan sekarang sedikit orang yang terlihat berlalu-lalang. Sebenarnya, Irene ingin menikmati momen ini lebih lama. Sudah lama ia tidak menikmati keindahan malam kota Seoul seperti sekarang ini. Tiba-tiba Irene merasa ingin pergi ke Sungai Han, duduk dalam diam dan hanya menatap ke depan, seperti yang dulu seringkali ia lakukan bersama Mino.

Oh tidak! Jangan Mino lagi! 

Irene memejamkan matanya lama, mencoba menghilangkan bayangan Mino dari kepalanya, tak perduli bahwa ia kini sedang di tengah jalan, toh jalanan sepi, tidak ada orang yang berlalu lalang seramai di siang hari. Irene juga tidak perduli apabila ia dianggap sinting oleh orang-orang yang lewat.

Remember YouWhere stories live. Discover now