XII - Skinny Love

Start from the beginning
                                    

"Gue pikir tadinya lo tipe-tipe cowok yang males debu-debuan naik motor," komentar Nadiana bercanda. Aidil tertawa ringan mendengarnya.

"Wah, jangan salah. Kita cowok-cowok suka nyimpen sabun cuci muka sama parfum kok di tas. Nggak betah juga kali muka kotor gitu."

Nadiana tertawa kecil mendengarnya. Cowok peduli penampilan dan selalu rapi itu memang lebih enak dilihat. Bukan berarti ganjen atau kecewek-cewekan. Karena menjaga kebersihan dan kerapihan itu merupakan sebagian dari iman bukan? Setuju, jama'ah?

"Perkakas gue lebih rempong sih. Catokan, sisir, pensil alis, jepitan bulu mata, lipstik, cermin, hair fragrance, bedak, uh masih banyak lagi deh!" cerita Nadiana dengan gaya rumpi.

Aidil tertawa lagi ketika mendengar cerita Nadiana. "Lo bawa catokan banget dalem tas tiap hari?"

"Hahahaha nggak sih. Palingan gue minjem catokan Mbak Cindy kalo nggak sempet nyatok hehe. Atau kalo bad hair day, yaa iket aja. As simple as that!"

"Nggak heran ya, tas cewek itu kayak kantong Doraemon. Segala ada."

Nadiana tertawa membayangkan tasnya yang dibilang kayak kantong Doraemon. "Sayang nggak ada baling-baling bambu di dalamnya. Kalo nggak kan gue bisa ngantor bebas macet hehehe."

"Jangan, kalo lo ngantor pake baling-baling bambu nanti rambut lo bisa bad hair day terus ketiup angin."

"Wah, bener juga ya! Hahahaha. Nanti rambut gue nggak badhai lagi."

"Hahahaha emang kenapa sih cewek-cewek pengen punya rambut badhai?"

"Ya... karena biar terlihat menarik aja. Entah kenapa, kalo orang keliatan cantik, rapi, bersih tuh lebih mudah dihargai di ranah apaaa aja. Coba kalo di jalan lo tiba-tiba ditanya sama orang yang penampilannya lusuh kayak gembel, pasti lo ada rasa curiga kan? Coba kalo orang yang nanya tuh rapi, wangi, pasti lo pikir dia ada urusan."

Aidil tersenyum menatap Nadiana. "Ironis sih. Tapi bener."

"Kan. Lo kan anak Marketing, pasti paham laah..." ujar Nadiana dengan sirat mata penuh kepuasan.

Aidil masih tersenyum sambil manggut-manggut. Menyetujui teori Nadiana. "Cewek kalo cantik terus ternyata pinter, pasti kayaknya nilai plus banget. Orang bakal komen, 'Ih udah cantik, pinter lagi!'," lanjut Aidil setelah menelaah pernyataan Nadiana.

"Nah! Bener kan? Itulah kenapa menurut gue kecantikan luar memang harus ngimbangin. Entah dunia yang nggak adil atau gimana. Yang jelas, dunia seperti selalu punya tempat untuk orang-orang berpenampilan menarik. Mereka akan lebih mudah dihargai. Entah kenapa."

Kali ini Aidil tersenyum kecil. Pernyataan Nadiana barusan seolah menohoknya. Ia tidak mau munafik, kata-kata Nadiana ada benarnya. Secara personal, Aidil pun menilai orang kadang seperti itu. Dan Aidil yakin, dia bukan satu-satunya orang di dunia yang menilai seperti itu. Apalagi pekerjaannya sebagai Assistant Sales Director yang seringkali berurusan dengan dunia Marketing dan jual-beli.

Sedangkan Nadiana sendiri dalam hati merasa puas dapat mengeluarkan pendapat pribadinya di depan Aidil. Seolah ia habis mengumpulkan resume hasil penghakimannya pada Aidil setelah mendengar komentar Aidil akan dirinya.

"Kerjaan lo itu langsung turun ke agen-agen untuk jualan apa nggak sih?" tanya Nadiana mengalihkan topik.

"Iya, gue langsung berhadapan sama agen-agen. Tapi gue nggak jualan. Lebih ke... bikin strategi marketing buat mereka sih."

"Wow. I always thought orang yang ngerti ilmu marketing itu cool abis sih. Soalnya buat bikin strategi orang mau beli produk kita kan susah. Apalagi banyak saingannya gitu. Gue aja paling males kalo harus mikirin kayak gituan. Kayaknya gue orangnya struktural banget hahahaha," puji Nadiana tulus.

Red CherryWhere stories live. Discover now