Aris mendelik mendengarnya, "hei, Oli. Apa kau lupa kartu Asmu ada padaku?" Aris menaikkan alisnya mengejek.

Olif menghentakkan kakinya kesal, "iya aku tau! Jangan panggil aku Oli. Yemi aku tadi hanya berbohong, Aris itu orangnya baik, pintar, tampan, dan ramah." ucap Olif setengah hati, berbanding terbalik dengan wajah Aris yang mengekspresikan kemenangan.

"salam kenal Yemi, kapan-kapan kita bicara lagi ya. Tapi tidak dengan orang ini." Olif memandang Aris datar kemudian ia beranjak pergi.

"Jangan percaya omongan dia. Aku tidak seperti itu.
Ayo cari kakak pendampingmu. Bukankah ini hari pertamamu belajar?" tanya Aris diantara kebisuan mereka.

Yemi mengangguk malas, "kenapa aku yang harus mencarinya?" Ia menunjuk dirinya

"Karena kau yang memerlukan mereka."

Yemi tertunduk lesu, setelah menghela nafas beberapa kali ia pun beranjak berdiri dan melangkah pergi.

"Yemi." panggil Aris

Yemi menoleh ke belakang.

"Semangat!" Ucap Aris seraya mengepalkan tangannya di udara dan menghadiakan Yemi sebuah senyuman, yang dibalas Yemi dengan anggukan.

Dari kejauhan Sandra menatap sinis Yemi. Yemi mengacuhkannya dan berjalan melewatinya tak peduli.

"Tak ku sangka kau bisa menggoda kakak kelas juga, selain berkelahi dengan mereka." Desis Sandra dengan keras supaya orang-orang disekitarnya mendengar.

Yemi menghentikan langkahnya, ia menatap Sandra menilai " ternyata kau memperdulikan diriku juga, tapi maaf aku tak membutuhkannya. Sebaiknya kau memperdulikan hidupmu yang tak karuan itu"

"Apa? Kau pikir aku peduli denganmu? Heh, hanya orang bodoh yang mengerti dirimu." dengus Sandra tak suka.

"Oh, kalau begitu bisakah kau menyingkir dari hadapanku? Sejak melewatimu aku mencium bau-bau tidak enak." ujar Yemi sinis seraya mengipasi wajahnya dengan tangan.

Sandra mendelik tajam, tangannya terangkat hendak menjambak rambut Yemi. Namun urung karena kehadiran Aris.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Aris

"Ah, tidak. Aku tadi melihat kutu di bahu Yemi" Sandra pura-pura tersenyum dan membersihkan bahu Yemi menggunakan tangannya.

Yemi mengelak dari sentuhan Sandra, " sejak kapan aku memiliki kutu"dengusnya sebal, setelah mengatakan itu ia pun pergi dan meninggalkan keduanya.

Sandra mengendus tubuhnya, "apa benar ya aku busuk?"

###

Yemi terus berjalan kedepan. Ia memandang pohon-pohon sakura yang tumbuh subur di bibir jalan. Melihat ribuan kelopak bunga sakura yang bermekaran membuat hatinya menghangat. Ia tak begitu merasakan panasnya terik matahari di siang ini karena terhalang ranting-ranting pohon sakura yang menjalar menutupi di atasnya.

Jalan setapak yang terbuat dari batu pualam ia telusuri perlahan sambil menikmati pemandangan sekitar. Rasanya sayang jika pemandangan seindah ini harus dilewatkan begitu saja. Ia berjongkok memungut bunga sakura yang terjatuh. Ia mengusap lembut pada setiap kelopak bunga sakura dan menciumnya. Aroma segar dan harum mengisi paru-parunya. Yemi membawa bunga sakura itu pergi bersamanya.

Sebelum ini, ia tidak tau ada tempat seindah ini di The VaWer Academy. Kedatangannya kemaripun untuk mencari seniornya setelah bertanya-tanya pada murid Samino.

Setelah sampai pada penghujung jalan, ia disuguhkan pemandangan danau buatan dengan airnya yang jernih seperti kristal. Ia mengedarkan pandangan, rimbunan pohon pinus tampak berdiri menjulang dari arah utara. Suasana hijau dan asri melingkupinya kali ini. Disini begitu tenang dan sepi.

The Last Heirs 2 : Aristide Keano (Revisi) [END]Where stories live. Discover now