Bukanlah kali pertama pijak bumi di Suwarnadwipa
Sudah pernah turut ikut jejak Sang Bathara
Tak mungkin ada cerita kau jadi xenofobia
Karena wulu cumbu tamtu ikut titah wisesaKau jadi saksi keagungan tuhan untuk bumi pertiwi
Di beranda nirwana suku rambang habiskan abdi
Meski panasnya perut bumi menguak
Bertahanlah, kau nikmati sejenak
Di rimbun pepohonan, puaskan lapar paru-paru
Tatap tajam langit indah yang berwarna biru.Bukan janji sembarang janji
Bukan pula mendustakan kaji
Maha Esa memeluk dengan sungguh
Janganlah risau hadirnya ribuan peluh
Meskipun terkecil di tanah emas,
Bukan tempatnya orang bermain malas
Ulas kembali artefak di otak lama
Benar, masih saudara Jawadwipa.Tulislah indah harimu kala surya menyengat
Puaskan hati buruh yang tlah banjir keringat
Kembalikan lagi semangatnya sesuai kaidah
Agar tak ada lagi persepsi manusia jengahBerdirilah di kota transit,
Kelak kau, 'kan, tulis di lembaran bait.Purwokerto, 21 Oktober
Selang hari berganti
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruna Pembaharu (Antologi Puisi)
PuisiKedewasaan yang terbentuk lalui opini labil. Oktober, 2016. Sampul oleh: @13summer Highest rank: #22 on Poetry 22-23 Oktober