Terpanggil jiwa di antara seribu lelamunan
Terbayang-bayang kepulan asap di atas kerumunan
Angan
Gurauan
Tetangisan
Beriringan
Dekadensi amarah, tak tumpah-ruah
Di se-ujung galah, terlukis bercak darahMata menatap nanar seringai perilaku keji
Kau yang diminta menghamba lantas mengabdi
Di dunia mana tak ada rangkaian adikuasa?
Harus seperti itu lakunya.
Sebagaimana nubuat, untuk tahu Dzat itu ada
Hingga datangnya percaya, bukan fatamorganaTak perlu kau risau daulat tuan,
Karena tak ada izin meng-kultus-kanKau bukan domba, kau kuda!
Berlarilah terbirit-birit dipaksa paradigma
Biarkan karsinogen mengancam
Toh, lewat hanya semalam.
Seperti yang sudah-sudah menjadi sampah visual
Berlalu lalang terserah, seakan wanita binal.Purwokerto, 11 Oktober
Dini hari
YOU ARE READING
Teruna Pembaharu (Antologi Puisi)
PoetryKedewasaan yang terbentuk lalui opini labil. Oktober, 2016. Sampul oleh: @13summer Highest rank: #22 on Poetry 22-23 Oktober