"Chanyeol-ssi," Chanyeol bergumam pelan menyahuti panggilan Irene.

"Apa di teknik juga belajar kiasan?" Chanyeol tertawa mendengar pertanyaan Irene yang baginya terdengar aneh dan lucu.

"Aniya. Aku ini pakar cinta, kau tahu? Atau mungkin konsultan cinta? Konsultan hidup apa lebih cocok ya? Yah berhubung aku bisa membantu memecahkan berbagai persoalan,"

"Aigo, Chanyeol-ssi. Kurasa kau cocok masuk psikologi,"

"Aniyaa. Kakakku sudah di psikologi. Aku tidak mau satu jurusan dengannya, nanti dikira aku ikut-ikutan. Lagipula aku ingin jadi arsitek. Psikologi memang pilihan keduaku dulu," cerita Chanyeol.

"Kau punya kakak? Apa dia di SNU juga?" Tanya Irene penasaran. Kalau kakak Chanyeol mengambil psikokogi SNU berarti ia adalah senior Irene bukan?

"Ne. Park Yoora. Ini tahun terakhirnya,"

"Eoh, Yoora eonni? Jadi kau adik Yoora eonni?" Tanya Irene tidak percaya. Irene merasa itu tidak masuk akal.

Setahu Irene, Yoora adalah mahasiswa cerdas dengan segudang prestasi. Belum lagi tahun lalu Yoora memegang jabatan sebagai ketua BEM. Lalu lihatlah laki-laki di sebelahnya ini.

Irene memang tidak begitu tahu Chanyeol itu seperti apa, yang iabtahu Chanyeol juga merupakan seorang perokok berat, suka berkelahi seperti Sehun, langganan bolos kelas, salah satu makhluk yang paling dihindari di jurusan teknik. Chanyeol dan Sehun itu 11:12. Bedanya wajah Chanyeol itu menipu, seperti seorang anak kecil yang innocent dengan tinggi menjulang. Sementara Sehun, yah begitulah.

"Irene-a, kita akan mampir dulu di rest area di depan nanti. Kurasa aku butuh kopi dan sedikit meregangkan tubuh. Tolong beritahu Taeyeong," ujar Chanyeol seraya menyerahkan ponselnya pada Irene. Irene menerima ponsel Chanyeol, namun ternyata terkunci.

"Chanyeol-ssi, password-nya?"

"2730" jawab Chanyeol.

"Apa ada makna dibalik angka-angka itu?" Tanya Irene penasaran.

"Tentu. Tanggal lahirku dan seseorang yang spesial,"

"Ah, gadis di wallpaper ponselmu ini kah?" Tanya Irene sambil mengamati foto seorang gadis yang dijadikan wallpaper ponsel Chanyeol.

"Aniya, bukan dia, tapi sepupuku. Gadis di wallpaper itu masa laluku," kata Chanyeol terus terang. Irene cukup terkejut mendengar pengakuan Chanyeol. Tidak biasanya bukan seorang pria masih menggunakan foto mantan kekasihnya debagai wallpaper? Apa Chanyeol masih menyukainya? Ah sudahlah, itu tidak penting bagi Irene.

Irene segera mengirimkan pesan kepada Taeyong sesuai dengan permintaan Chanyeol tadi. Tak lama, mereka sudah sampai di rest area untuk beristirahat sejenak. Irene sendiri ikut turun untuk meregangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal.

"Hei, Kang Seul-bear! Bangun! Kau tidak pegal?" Tanya Irene yang mencoba membangunkan Seulgi.

"Hm 5 menit lagi," racau Seulgi tidak jelas. Irene menggerutu pelan. Dikiranya dia ibunya yang membangunkan Seulgi untuk kuliah?

"Sudah, biarkan saja dia tidur. Kamu mau kopi? Atau mau menitip yang lain? Aku mau ke minimarket," ujar Chanyeol sambil merapatkan jaketnya, menghalau udara malam.

"Ah biar kutemani saja kalau begitu," kata Irene lalu bergegas mengikuti Chanyeol menuju minimarket yang dimaksud.

Setelah menimbang-nimbang, Irene memutuskan untuk membeli sekaleng kopi, es krim, dan ramyeon untuk mengganjal perutnya. Ani, sebenarnya Irene tidak lapar, hanya saja gadis itu ingin mengunyah. Jadilah Chanyeol dan Irene berada lebih lama di minimatket untuk menghabiskan ramyeon mereka terlebih dahulu.

Irene kembali ke mobil dengan setangkai es krim yang kini jadi santapannya. Dari kejauhan, Irene bisa melihat sesosok pria yang berdiri bersandar pada mobil Sehun. Kedua mata pria itu memicing penuh selidik.

"Kenapa lama sekali?" Tanyanya ketus.

"Kami makan ramyeon tadi. Kenapa tidak menyusul saja kalau sudah bangun?" Tanya Chanyeol lalu menyerahkan kantong belanjaan yang berisi makanan dan minuman kepada Sehun.

"Dan meninggalkan seorang gadis yang tertidur sendirian di dalam mobil? Aku tidak segila itu," ujar Sehun sambil mengaduk-aduk belanjaan Chanyeol dan akhirnya mengeluarkan susu stroberi.

"Omo, Sehun-ssi. Kamu minum susu stroberi?" Tanya Irene terkejut.

"Eoh. Wae?" Tanya Sehun bingung.

"Ani. Hanya bingung saja. Kupikir laki-laki sepertimu tidak minum susu," ujat Irene dengan jujur. Perkataan Irene tersebut lantas membuat Sehun terkekeh heran. Memangnya siapa seorsng Oh Sehun hingga ia tidak diperbolehkan meminum susu stroberi?

"Aku juga manusia. Aku suka espresso, tapi juga suka susu stroberi,"

"Susu stroberi itu cinta pertamanya. Dulu dia minum susu stroberi setiap hari 2 kali," cerita Chanyeol.

"Kukira seorang yang suka berkelahi anti minum susu. Bukankah susu identik dengan anak kecil? Lemah?" Tanya Irene.

"Aniya. Aku perlu tulang yang kuat untuk berkelahi kan? Makanya aku perlu susu," Irene memutar bola matanya jengah. Jawaban Sehun benar-benar asal menurut Irene.

"Sudahlah, cepat masuk. Taeyong sudah ada di mobilnya dan sudah siap untuk berangkat lagi," kata Chanyeol. Dengan berakhirnya kalimat itu, ketiganya kembaki masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan mereka menuju Busan.

●○●

02.23 KST

Irene membuka matanya ketika merasakan sebuah tangan mengguncang bahunya pelan. Pandangannya langsung bertemu dengan kedua mata cokelat tua milik Sehun yang menatapnya dengan lembut.

"Kita sudah sampai," kata Sehun sambil tersenyum. Laki-laki itu kemudian menarik tubuhnya menjauh dari Irene, memberikan ruang yang cukup untuk Irene meregangkan tubuhnya.

Pandangan Irene menyapu sekelilingnya, dan yang ia dapati adalah hamparan laut dengan pasir pantai yang memeluknya erat, berbagi dingin dan hangatnya malam bersama-sama. Irene membuka seat-beltnya dan bergerak perlahan turun dari mobil.

Gadis itu berjalan ke arah bibir pantai seorang diri dan berjalan dalam diam menyusuri lekuk pantai yang indah, apalagi dari sana ia bisa melihat indahnya kota Busan di malam hari. Ini pertama kalinya bagi Irene pergi ke pantai di pagi buta seperti ini. Ia tak tahu kalau ternyata langit dan pantai pada waktu ini juga bisa terlihat indah.

Melihat pantai mengingatkan Irene pada Mino. Irene ingat waktu itu ia pernah pergi ke pantai bersama Mino. Irene ingat betul saat itu ia mengubur Mino dengan pasir dan menyisakan kepalanya saja kemudian berpura-pura meninggalkannya. Irene ingat waktu itu Mino tanpa sengaja mengumpat di hadapannya, membuat Irene ngambek karena sebelumnya Mino berjanji tidak akan mengumpat atau memaki jika sedang bersamanya.

Akhirnya Irene benar-benar meninggalkan Mino untuk bermain di pantai sendirian. Namun tak berapa lama, gadis itu kembali dan mengeluarkan Mino dari 'kuburan pasirnya' karena takut Song Mino-nya tidak bisa bernafas.

Irene tertawa kecil mengingat kejadian itu. Rasanya sudah lama sekali ketika hal itu terjadi. Sekarang, bagaimana kabarmu, Song Mino?

"Ada yang lucu?" Irene menoleh dan mendapati Sehun yang sudah ada persis di belakangnya. Gadis itu tak menyadari bahwa ternyata sedari tadi ada seseorang yang mengikuti langkahnya dalam diam.

"Tidak ada. Hanya kenangan," jawab Irene.

"Mau berbagi denganku?" Tanya Sehun. Irene hanya diam saja, namun kini langkahnya terhenti. Gadis itu beralih menatap laut lurus ke depan.

"Kamu bisa mulai dari namanya," lanjut Sehun.

"Ini hanya cerita tentang sebuah kenangan. About my favourite person, my favourite bad boy, my favourite Song, Song Mino,"

~//~

Remember YouWhere stories live. Discover now