Iqbaale melirik sesaat sebelum kembali mengetik. "Engak," desisnya dingin. Saat Diyanti tersenyum kecil, Iqbaale kembali berucap sebelum perempuan itu melayang terlalu tinggi. "Enggak salah lagi."

"Cerita dong, kalo gitu." Ujar Diyanti manja sembari memeluk lengan suami dengan manja. "Aku kan istri kamu."

"Ga usah repot-ropot," ucap Iqbaale cepat. "Cukup kamu mikirin Ara aja, aku ga usah kamu pikirin." Lanjurnya sambil menengokkan kepalanya sesaat, lalu kembali pada ponselnya.

Diyanti merasa tersinggung, apa maksud kamu sih baale? 

"Kamu kesel yah sama aku?" Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja Iqbaale amat kesal sejak tau kehamilan wanita itu, ia rela melepas Nk—wanita yabg ia cintai hanya untuk wanita yang sempat mengisi hatinya. "Ayolah baale, pernikahan kita udah mau 5 tahun, dan kita belun melakukannya," keluh Diyanti yang tak didengar sempurna oleh Iqbaale. "sebelum kita nikah aja kita pernah melakukan itu, ayo lah Baale, kita belum sempur menjadi suami istri."

"Kamu yakin Ara anak aku?" Ucap Iqbaale cepat, ia belum mau berpaling dari ponselnya.

"Ya, i.. Iya lah.." Jawab Diyanti nampak ragu. "Kalo Ara bukan anak kamu, ngapain aku datengin kamu waktu itu." Keduanya terdiam sesaat. "Oke, aku bakal ngelakuin apapun keinginan kamu biar kamu ga kesal. Gimana?" Diyanti mulai menyerah.

Iqbaale menolehkan kepalanya dengan muka datarnya. "Itu bukan bukti yang kuat." Bisiknya sebelum pergi menyusul Nk, sungguh, Iqbaale lebih baik menuju wanita itu dan meninggalkan Diyanti seorang diri disini. "Dan soal permintaan aku itu," Diyanti mengangkat kepalanya–yang sempat sedikit tertunduk saat mendengar Iqbaale bersuara. "Apa siap kamu mau aku ceraikan?"

Diyanti melebarkan matanya, apa maksudnya?

"Karna itu permintaan gue slama ini..." Lanjut Iqbaale sebelum benar-benar meninggalkan Diyanti.

Diyanti melihat kepergian Iqbaale dengan muka kesalnya, lalu kedua tangannya terkepal kuat hingga kukunya memutih. "Bajingan..." Desisnya dengan amarah yang membara.

•••

"Ana sekarang mau main apa lagi?" Tanya Nk dengan lembut kepada peri semata wayangnya itu.

"Kesana yuk, nda." Ajak Diana dengan girangnya.

"Boleh, yuk." Nk menggandeng tangan mungil Diana menuju permainan yang ditunjuknya.

"Yakin mau main ini?" Tanya Nk meyakinkan Diana yang malah menggeleng dengan cengiran lucunya. "Terus? Siapa yang main?"

"Unda, Ana mau liat Unda nari, yayayayah..." Diana mulai mengeluarkan jurus puppy eyesnya yang sulit Nk tolak.

"Ayok, aku bantu." Suara berat itu membuat Nk menoleh kesumber suara.

Dengan senyuman hangat Nk berikan kepada mantan suaminya itu. "Boleh."

"Yayah!" Pekik Diana sambil mengangkat kedua tangannya, meminta digendong. Dengan senang hati Iqbaale menggendong Ana, lalu mendudukkan perinya itu dibangku sebelah permainan yang akan ia dan Nk mainkan.

"Ana duduk disini aja yah? Jangan kemana-mana..." Diana mengangguk dengan semangat. Sebelum menyusul Nk, Iqbaale mengusap lembut rambut Diana.

"Diyanti?" Bisik Nk saat keduanya siap untuk bermain.

"Ga usah dibahas." Balas Iqbaale berbisik, ia tau maksud Nk menyebut nama itu, wanita ini menanyakan kabar Diyanti ditinggalkan begitu saja oleh suaminya sendiri.

Lalu keduanya mulai menari sesuai intruksi dilayar. Nk yang lincah dan anggun, Iqbaale yang penuh semangat dengan gerakan tangan serta kaki yang tak kalah lincahnya.

"Sudah capek pak tua?" Tanya Nk dengan sedikit ejekan setelah 2 lagu mereka mainkan.

"Satu lagu lagi ah, okey?"

"Ayolah, napas loe udah ga beres, baale." Bujuk Nk.

"Loe ga mau liat anak loe seneng gitu?" Iqbaale tak kalah membujuk dengan alasan Diana yang sangat senang melihat kedua orang tuanya menari dengan lihaynya.

Nk menghembuskan nafas beratnya. "Dasar..." Desisnya sambil memilih lagu.

Iqbaale mulai tersenyum jail saat ide terlintaa diotak cerdasnya.

"Siap pak tua?"

"Of course..."

Keduanya mulai menari lagi. Namun saat seharusnya keduanya merentangkan tangan, Iqbaale dengan sengaja menarik tanan kanan Nk hingga tubuh mungilnya ada dipelukan Iqbaale yang malah tersenyum tipis yang sungguh tampan. Nk gelagapan dengan tingkah Iqbaale yang satu ini, kapan sih Iqbaale tak membuat Nk jantungan?

"Baale," Nk berusaha melepas tangan Iqbaale yang ada dipinggangnya dan berusaha keras untuk tidak menatap mata itu.

"Aku pegang janji kamu yang tadi, (nam..)" ujar Iqbaale pelan.

Nk tersenyum kecil.

"I promise, I never disappoint you." Bisik Iqbaale sebelum mengecup pipi Nk dengan singkat.

"Kalo begitu, ikut kami ke Paris yah." Ucap Nk setelah Iqbaale melepas kecupannya.

"Ke Paris?"

Nk mengangguk pelan. "Aku ada kerjaan slama seminggu di Paris, urusan fashion week gitu. Dan aku ada janji sama Ana untuk jalan-jalan dikota Paris slama 3 hari, 4hari selanjutnya aku dan Ana mau main di Disney land Japan." Terang Nk panjanv lebar. "Kamu bisa ikut kalo mau, kebetulan aku ada ekstra 3 tiket lagi buat di pesawat."

"Nanti aku kasih kabar, bisa atau enggaknya, okey?"

"Ok."

"Game over..." Suara dari mesin dan tepukan tangan antusias dari Diana tak membuat tangan Iqbaale terlepas dari pinggang Nk, namun tatapan mereka kini beralih ke Diana.

"Yayah, unda! Kecana yuk!" Ajak Diana sembari menarik tangan kedua orang tuanya.

"Iya-iya sayang." Uacap Nk mulai kewalahan, apa lagi dengan tangan Iqbaale yang belum juga terlepas. "Baale, lepas dong!" Pekiknya.

"Eh? Sori-sori." Iqbaale langsung melepas tangannya dan mengikuti langkah kecil Diana.

#Bersambung

Alhamdullillah Ya Rob!!!!
Bisa ngepost juga akhirnya!!!

Anyway, kalian pengen endingnya gmn? Coment yah, hehee
Soalnya aku masih nimbang2 endingnya bagaimana, mungkin kl ada masukkan dari kalian, aku bakal cepet ngenextnya dan bakal cepet the endnya...

Eits, tp jgn pada sedih duluan kl denger LMH tamat, karna ada PIILU (Papa Iqbaale, ILoveYou), SKP (Saat Kau Pergi) dan Pelangi yang manjd pengisi para Soniq yang merindukan AA kita tercintahhhh...

Jgn cuma baca FF aku doang yah, baca juga cerita aku yang lain, mungkin bapernya bakal sm, hehehe...

Jangan lupa tinggalkan jejak kasih sayang kalian yah^^

Salam sayang
Fina

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now