Chapter 1 : First Meet

389 48 7
                                    


Harvard University.

Siapa yang tidak ingin menjadi salah satu mahasiswa disana? Memiliki akreditasi tinggi dengan berbagai macam predikat lainnya membuat Harvard dikenal sebagai salah satu universitas terbaik di dunia dan pernah menjadi universitas terbaik nomor satu di dunia. Namun kita kembali mengintip kedalamnya, apa yang dimiliki sebuah Harvard.

Well, terbaik memang sudah disandang namun semua universitas pun tidak luput dari berbagai jenis makhluk yang tinggal didalamnya. Mengulik lebih dalam lagi, kampus terkenal itu memiliki berbagai macam kisah didalamnya.

Seorang lelaki baru saja memasuki gerbang kejayaan kampus tersebut dengan mobil mewah berwarna merah menyala miliknya. Siapapun mengenal mobil siapa itu, dan siapa orang yang ada didalamnya. Bahkan para gadis yang melihat pun sudah menahan untuk tidak memekik hanya karena melihat mobil tersebut.

Pintu mobil terdorong dan menampakan sebuah kaki kemudian menyembulah sebuah tubuh raksasa dari mobil itu. Seorang lelaki pastinya, dan semua perhatian secara diam-diam sudah mengarah padanya.

Dia Harry. Lebih lengkapnya, Harry Edward Anthony Styles Jr.

Yup, dia anak dari superstars papan atas Harry Styles. Dan jika dilihat pun, lelaki itu memang renkarnasi Harry Styles dulu. Wajahnya persis dan tidak ada bedanya dengannya sang ayah, walaupun ayahnya sudah menua namun kadar ketampanan didirinya pun tak kurang dari anaknya.

For impormation, ayah Harry adalah donatur terbesar kampus tersebut dan kakeknya adalah pemilik separuh dari bangunannya. Jadi Harry sangat berpengaruh disana dan tentunya sangat diperhatikan.

Harry melangkahkan kakinya setelah memakai ransel miliknya. Ia sendiri mengabaikan tatapan-tatapan yang kini tertuju padanya. Ia tidak perlu repot dan bahkan tidak perduli dengan itu semua dan ia pun tidak keberatan karena Harry menyukai semua perhatian itu.

Kampus itu begitu luas hingga rasanya terlalu jauh namun itu menguntungkan bagi para fans Harry yang sekarang tengah berbondong-bondong untuk melihat dirinya lewat sudut-sudut bangunan yang ada disekitar. Namun sepertinya kurang luas karena sedetik kemudian dimana sang Harry sedang berjalan santai itu ditabrak begitu saja oleh seseorang yang mungkin meninggalkan matanya dikamar mandi tadi pagi.

Bukannya menjauh justru si penabrak itu malah menempel ditubuhnya dan menyempatkan diri untuk mendongak melihatnya. Harry mundur satu langkah, tatapannya menjadi tajam seketika. Sedetik matanya memperhatikan gadis itu, dan ia rasa ia tak mengenalnya. Seolah gadis itu adalah makhluk baru disini.

"Punya mata nggak?" Harry bersuara jengkel.

Gadis itu mengerjapkan matanya. "Eh? oh, maaf. Aku tidak sengaja." Gadis itu terlihat merasa bersalah.

"Lain kali kalo jalan tuh liat pake mata. Kampus seluas gini masih aja nabrak-nabrak orang." Balas Harry.

Gadis itu mengernyit, merasa terpancing oleh emosi ia mendongak menatap lelaki di depannya dengan wajah memerah kesal."Aku kan sudah minta maaf! Kenapa kau harus berkata seperti itu?!" ucapnya tidak terima.

Harry mendengus remeh lalu melipatkan kedua tangannya di depan dada."Hei, jangan sok tidak tau. Kau sengaja, kan? Kau sengaja menabrakku agar bisa dekat-dekat denganku." Ujarnya menuding.

"Apa-apaan?! Memang kau siapa jadi aku harus melakukan hal seperti itu?!" gadis itu membalas emosi.

Harry mendengus, sebal karena gadis di depannya ini menjawab dirinya dengan nada rempong seperti ibu-ibu. Ia bahkan kaget karena siapapun gadis dikampus ini selalu memujanya tidak ada yang pernah mengomel apalagi meneriakinya seperti gadis ini. Harry berkesimpulan bahwa gadis ini pasti tidak mengenalnya.

"Terserah padamu." Jawab Harry dengan pandangan datar, ia menahan langkahnya sebentar."Oh, gunakan matamu itu lain kali. Itu bukan pajangan dan belajar lah agar tidak menjawab seperti bayi." Lelaki itu pun berlalu begitu saja meninggalkan sang gadis dengan pandangan tak percaya.

Sementara itu, gadis berambut brunnete tersebut menahan nafas karena merasa emosi. Ditatapnya punggung lelaki berambut ikal barusan yang baru saja dengan terang-terangan mengatai dirinya dengan wajah tak berdosa. Tak kuat menahan diri, ia reflek melempar kaleng soda yang ia bawa ke arah lelaki itu.

"What the..." Harry merasa sesuatu menimpa belakang kepalanya. Ia berbalik, menemukan gadis tadi yang menjadi pelaku dari pelemparan kaleng sialan itu ke kepalanya. Gadis itu menggigit bibirnya, ia juga tak menyangka kalau lemparan barusan akan mengenai lelaki itu.

Harry mengambil kaleng tersebut lalu berjalan ke arah gadis itu. wajahnya nampak mengeras dan matanya memancarkan kemarahan. Diremasnya kaleng tersebut hingga tak terbentuk.

"Sekarang kau terlalu bodoh untuk tau dimana membuang sampah dengan benar?" ucap Harry terdengar kesal."berhenti melakukan interaksi seperti ini karena aku tidak akan tertarik padamu!"

"Hei, kau pikir aku tertarik padamu? Atas dasar apa kau berkesimpulan seperti itu, hah?" gadis itu balik menuding. Ia menatap Harry tajam dengan bola mata birunya, ia bahkan mengangkat dagu tanda perlawanan dirinya.

"Lalu kenapa kau melemparku dengan kaleng? Kau butuh perhatian, hm?" Harry membalas tenang. Dalam hati, jika yang ada di depannya seorang lelaki maka ia tidak akan segan untuk menamparnya.

"Karena kau keterlaluan! Aku sudah minta maaf dan kau menuduhku ingin dekat-dekat denganmu!"

"Kau saja berlebihan." Gumam Harry. Ia menjatuhkan kaleng itu dan berbalik arah tanpa suara.

"Dasar lelaki tidak tau diri!"

"Tutup mulutmu, bodoh!"

Gadis itu mengerang marah. Ia sudah mengutuk lelaki itu dari dalam hati yang paling dalam. Lelaki itu benar-benar menyebalkan dan rasanya ia ingin sekali mencabik-cabik tubuhnya lalu menjahit mulutnya itu! sudah berkata kasar, menuduh lalu mengatai pula! Siapapun pasti tidak terima dengan perlakuan seperti itu. Sesaat gadis itu menghela nafasnya, berusaha menenangkan diri. Ia berdoa semoga saja ia tidak akan bertemu lagi dengan lelaki itu.

.

Vommentnya ya:)

Story Of Another Us | Harry Styles (Sequel Of Marriage With Calum Hood)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang