Part 32 : Author Pov

1K 76 2
                                    


"Rizky"

Dengan cepat Dinda melepaskan pelukan dari Dimas. Matanya membulat ketika tiba-tiba Rizky menarik lengannya kesisi pria tersebut. Sedangkan Rizky kini menatap Dimas begitu sinis.

"Berani nya kau menyentuh Istriku" desis Rizky mengundang tawa Dimas begitu sumbang.

"Haha.. Kau bilang apa? Istri,huh? Kemana saja kau selama ini" caci Dimas membuat Rizky membungkam.

Rizky tahu kesalahannya maka dari itu dia tak ingin membantah. Mata Rizky kini beralih menatap Dinda yang berada di sampingnya sedang menundukkan kepalanya.

Hening. Baik Rizky , Dinda ataupun Dimas tidak ada yang mencoba berbicara. Dimas hanya melihat mereka dengan jengah. Sedangkan yang dilihat tengah sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

"Maaf" akhirnya dalam waktu lama hanya kata itu yang terucap dibibir Rizky.

Dinda yang mendengarnya pun mengangkat kepalanya menatap ke wajah Rizky. Mencoba mencari kesungguhan dalam mata pria tersebut dan sialnya kenapa Dinda harus menemukannya.

Tatapan Rizky begitu tulus tanpa dibuat-buat. Dinda tahu perkataan maaf Rizky terdengar begitu serius namun luka dihatinya masih tetap ada tak bisa terobati walaupun dengan Rizky yang menyembah dirinya pun tak akan bisa menghilangkan luka yang pria itu telah ciptakan dalam hatinya.

Dinda tersenyum manis kemudian meraih tangan Rizky dan menggenggamnya. Membawa Rizky ke sebuah tempat yang cukup sepi. Pria itu hanya mengikutinya tanpa ingin menyela.

"Dinda apa kau memaafkan ku?" tanya Rizky setelah Dinda menghentikan langkahnya dan bersitatap dengannya.

Tak ada jawaban. Dinda malah mengambil sebuah minum yang bertengger tak jauh darinya dengan angkuh dia meminumnya. Merasa tak dihiraukan oleh Dinda Rizky kembali berucap.

"Dinda aku tahu apa kesalahanku. Dengan bodohnya aku lebih mempercayai oranglain selain dirimu aku mohon maafkanlah aku" lirih Rizky sambil bertumpu dihadapan Dinda.

Lagi-lagi Dinda tak menjawab, perempuan itu masih terfokus pada segelas minuman warna-warni nya.

Rizky rela jika dia harus menjatuhkan harga dirinya di depan Dinda untuk mendapat maaf darinya, seperti sekarang dia sedang berlutut meminta ampun pada Dinda.

Rizky mengangkat wajahnya dan tatapannya langsung menuju perut Dinda yang membuncit. Di dalam sana ada calon anaknya yang sudah lama terabaikan olehnya. Ingin sekali rasanya dia mencium dan memeluk perut buncit Dinda.

Tatapan Rizky tiba-tiba terhalang oleh sebelah tangan Dinda yang kosong mencoba menutupi perutnya agar tak dilihat oleh pria di hadapannya serta perempuan itu memundurkan tubuhnya agar lebih jauh dari Rizky.

Rizky kecewa dengan tingkah Dinda namun dengan segenap usaha dia menahan rasa kekecewaannya tersebut.

"Aku tahu aku salah tapi tidak adakah kesempatan untuk aku membuktikan jika aku benar-benar menyesalinya. Aku mohon maafkan aku" ucap Rizky bersungguh-sungguh.

Dinda mulai bereaksi. Perempuan itu mulai mendekatkan dirinya pada Rizky kemudian meraih pundak pria tersebut dan membawanya bangkit untuk berdiri.

Dinda menatap Rizky dengan tajam. Namun, senyum manisnya tak pernah hilang dari bibirnya.

"Maaf?" tanya Dinda tak percaya namun Rizky menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Benar. Aku sungguh minta maaf walaupun aku tahu maaf saja tidak cukup tapi dengan itu aku tahu kau mau membuka hatimu untuk ku"

Dinda mengangguk-anggukan kepalanya mencermati ucapan Rizky. Dinda kembali meminum minumannya hingga tandas tak tersisa.

Rizky bingung dan merasa aneh. Dia meminta maaf namun bukan sebuah kata maaf yang diberinya namun sebuah gelas bekas minum yang tadi digunakan oleh Dinda. Dengan ragu Rizky mengambil gelas tersebut kedalam genggamannya. Dinda kembali menerbitkan senyumannya yang entah kenapa membuat Rizky merinding hanya dengan melihatnya.

Marriage? (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang