Part 14

1.5K 109 0
                                    

Aku hanya menatap penuh kesedihan dalam dekapan Rizky. Melihat jasad Ibu kini perlahan mulai terkubur oleh tanah.

Awan kian menghitam seakan tahu isi hatiku saat ini. Tetesan hujan mulai berjatuhan ketika kuburan itu sudah membentuk sempurna. Orang-orang yang datang membantu sedari tadi mulai berpamitan. Dan sempat aku mendengar suara orangtua Rizky menguatkanku dan menghilang pergi.

Aku rapuh menghadapi semua ini. Aku tak punya topangan hidup untuk terus berdiri dari terpaan angin. Kini aku telah kehilangan sosok yang aku sayangi. Ibu.

Tapi aku berusaha menguatkan itu. Aku mengikhlaskan nya karena aku percaya itu sudah menjadi takdir tuhan.

Aku bersimpuh di depan kuburan Ibu. Mengucapkan seribu kata maaf walau aku tahu aku terlambat tapi aku yakin ibu pasti mendengarnya di atas sana.

"Ayo kita pulang hujan nya mulai menderas" ucap Rizky namun tak ku hiraukan.

Aku mendengar decakan frustasi darinya,namun aku lebih memilih diam. Terlalu lelah untuk berkonfrontasi dengannya.

Rizky bersimpuh di sampingku. Menangkup wajahku dengan jemarinya. Apakah penglihatanku sudah terganggu? Entahlah,sekarang ku lihat Rizky menangis di hadapanku.

"Jangan pernah merasa sendiri. Disini ada aku,Ibuku dan Ayahku mereka adalah keluargamu karena mulai esok hari kau adalah bagian dari kami" ucap nya meyakinkan.

Aku hanya tersenyum getir. Bagaimana jika pernikahan aku dengannya tak berjalan sesuai keinginan? Ternyata aku melupakan sesuatu. Bagaimana Nadia hadir di tengah-tengah antara aku dan Rizky. Apa Rizky akan berkata seperti itu?

Mungkin Rizky hanya merasa iba padaku karena sekarang aku sudah tidak mempunyai siapa pun di sampingku.

"Pergilah" kata ku yang keluar begitu saja.

Cukup. Cukup sampai disini. Sebelum aku merasakan isi hatiku begitu dalam padanya.

"Apa maksudmu" tanya Rizky mengkerutkan sebelah alisnya.

"Pergilah sebelum aku mengikatmu. Sampai kapan pun tak akan ada pernikahan diantara kita" Sakit rasanya aku mengucapkan kata-kata itu padanya.

Aku bangkit dari posisi semula. Aku berniat pergi dari sana namun kalah cepat oleh Rizky yang sudah berdiri,mencekal tanganku dan membawaku dalam pelukannya.

"Aku tidak akan pergi darimu. Jika sampai aku melakukannya berarti aku sangat bodoh. Susah payah aku mendapatkan mu setelah aku dapatkan aku melepaskan mu. Jangan harap" gumam Rizky di telingaku.

Apa maksud dari perkataannya. Aku begitu sulit untuk mengerti. Mendapatkanku? Bukankah hubungan kita hanya sebuah rencana. Aneh.

_______________

Hari sudah menggelap. Sedari tadi Rizky masih berada di kediamanku seperti enggan untuk pergi meninggalkanku. Masa Bodolah, aku tak bisa menghalangi kemauannya karena itu hanya memancing kemarahannya Dan aku terlalu lelah untuk bertengkar dengannya.

"Rizky aku ingin tidur" ucapku padanya yang sedang terbaring di tempat tidurku.

Bukan nya beranjak dari sana. Ia malah menggeser badannya dan menepuk-nepuk tempat yang ada di sampingnya.

Alisku berkerut "Apa?"

Rizky berdecak dan langsung bangkit dari tidurnya serta duduk bersila di atas ranjang sambil memandangiku.

"Ayo tidur! tadi bukan nya kamu mau tidur?"

"Memang. Tapi kenapa kamu masih di situ" kilahku gelagapan yang mulai menyadari maksud nya.

Marriage? (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang