Part 26

1K 85 14
                                    


Apakah kau melihat kesedihanku.
Apakah kau mendengar jika saat ini aku menangis karena dirimu.
Apakah kau lihat betapa aku mencintai mu lebih dari apapun?

Ku tahu semua ini adalah sebuah kesalahan. Seharusnya aku masih berdiri di samping mu dan memperjuangkan cinta kita. Tapi aku hanyalah seorang pecundang yang memilih pergi dari hidupmu.

Sebesar apapun cintaku padamu tak akan pernah mengubah semuanya. Karena satu cinta tak akan pernah cukup untuk berdua. Aku memilih pergi dari hidupmu bukan berarti aku pergi dari perasaan ku nyatanya perasaan itu terus mengejar hingga menerkam hatiku hingga lebur.

Aku berusaha membuatmu membenciku dan ketika kau telah membenciku kenapa rasanya sakit sekali? Bukankah semua ini adalah keinginanku.

Ku usap air mata yang entah keberapa kali nya terjatuh melintasi pipiku. Rasa sesak yang menerpa hatiku begitu kentara untuk dirasakan.

Bagaimana rasanya melihat orang yang kita kasihi memeluk perempuan lain. Benar, aku melihat Rizky memeluk febby di dalam ruangan dimana Ayah dirawat.

Awalnya aku berniat untuk mengecek kandunganku ke sebuah rumah sakit sebelum aku meninggalkan kota ini. Tapi sebelum hal itu terjadi aku seperti melihat sosok ayah dibawa oleh beberapa suster dengan sebuah bankar. Dengan kesusahan setelah mengetahui dimana kamar Ayah akhirnya aku menemukan nya. Tapi bukan sosok ayah yang pertama kali aku lihat namun mereka yang sedang berpelukan.

Pintu yang ku buka sedikit tak sanggup ku buka lagi akhirnya aku menutup pintu itu dengan perlahan hingga rapat. Dengan rasa yang begitu menyakitkan akhirnya aku berlari menjauhi tempat tersebut.

Tak menghiraukan ocehan orang-orang yang tersenggol oleh tubuhku aku tetap terus berlari membawa sejuta luka yang menghantam hatiku. Aku tidak perduli dengan apa yang akan mereka pikirkan saat ini aku hanya ingin menangis sepuasnya.

Setelah berada di sebuah parkiran aku melihat sebuah taksi yang tadi ku suruh menungguku. Dengan langkah sedikit gontai akhirnya aku menghempaskan diri ke dalam taksi.

Aku menangis begitu nyaring. Semoga dengan air mata yang ku keluarkan luka ini juga ikut menguap.

Apakah aku benar-benar pintar berakting karena telah membuat mu percaya pada setiap sandiwara ku. Apakah sekarang kau tidak mencintai ku lagi. Apakah sekarang aku tidak berarti lagi dari hidupmu?

"Hiks... Hiks..."

Napasku tersendat karena tak kuat menahan tangis. Sakit sekali rasanya membayangkan jika aku benar-benar akan berpisah dengan nya. Ku turunkan pandanganku ke arah perutku dan tersenyum miris.

Maafkan bunda sayang karena bunda kamu harus jauh dengan ayahmu. Tapi bunda janji akan selalu membahagiakan mu dengan ada atau tidak adanya sosok ayah di samping kita. Suatu hari kau pasti mengerti alasan bunda.

"Maaf. Apakah perjalanan nya bisa dimulai" suara seorang supir membuatku tersadar dimana sekarang aku berada.

Astaga ternyata sedari tadi ada orang yang melihat aku menangis. Malu sekali rasanya hingga sekarang aku hanya menunduk kan kepalaku.

"Bisa pak" suara ku serak ciri khas orang yang sudah menangis.

Kurasakan taksi ini mulai berjalan. Dan pandanganku tak lepas melihati kakiku karena malu.

"Tidak usah merasa malu karena telah menangis mbak, saya sudah biasa melihat penumpang menangis di taksi ini" suara supir taksi tersebut terdengar lagi membuat aku kembali menegakkan kepala.

Aku hanya tersenyum membalas perkataannya. Entah kenapa sekarang aku merasa tak nyaman.

"Mau kemana mbak?" tanya supir taksi lagi membuat aku bingung sendiri.

Marriage? (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang