Chapter - 10

6 0 0
                                    


Chapter 10

Suasana ruang makan sangat hangat saat Aroga turun dari kamarnya. Ia melihat mamahnya yang sedang melayani papahnya dengan mengolesi roti panggang.

Senyum tercetak dalam bibir papahnya itu. Ia melihat sesuatu yang tercetak dalam mata papahnya itu. Sesuatu yang Aroga tak kenal. Namun ia mengetahui tatapan itu.

Dalam hati, ingin rasanya ia merasakan hangatnya tatapan papahnya itu. Menatap gadis yang ia sukai, bahkan cintai.

Namun adakah gadis yang tulus menyukainya? Bukan gadis yang hanya tergila-gila padanya. Bukan juga gadis yang terobsesi padanya.

Apa mungkin ini balasan Tuhan atas apa yang Aroga lakukan selama ini? Menjadi manusia hina yang hanya membuat manusia lainnya terluka?

Ia hanya menggeleng dan melangkahkan kakinya menuju ruang makan.

"Hi mah, pah!" Ucap Aroga saat dia sampai di meja dan segera duduk.

"Hey, honey! Kamu mau sarapan apa?" Tanya mamahnya dengan nada ke ibuannya.

Memang. Saat mereka menyadari akan pentingnya kehidupan anaknya itu, mereka menjadi sangat perhatian pada putra satu-satuny itu.

Mereka sebisa mungkin akan pulang lebih awal, makan bersama dan setiap weekend mereka pergi jalan-jalan bersama. Aroga yang mengetahuinya pun sangat gembira. Ia berpikir kalau orang tuanya kembali.

"Roti panggang, sosis dan daging. Ornge juice jangan lupa mah tolong," ucap Aroga sambil menyesap teh madu yang berada di depannya.

Keluarga Hartono ini makan sarapan paginya dengan renyah. Sesekali mereka bertanya tentang sekolah Aroga dan ke-empat temannya yang masih berada si SMA. Mereka sangat mengenali siapa teman-teman Aroga itu. Karena mereka sering menginap dirumah dan Laura juga Mario sangat senang mengetahui putranya mempunyai sahabat yang menyayanginya.

"Aro ke kamar sebentar ya mah, pah. Mau cek keadaan Line Aro. Tadi para kutu nge chat di grup," ucap Aroga sambil membereskan piringnya.

"Nanti biar mamah saja. Salam ya buat mereka. Sering-sering berkunjung," ujar mamahnya yang langsung membawa piring ke tempat cuci piring.

"Aro, nanti ikut papah ya ke kantor. Ada sesuatu yang ingin papah tunjukan padamu," ucap Mario menahan Aroga yang hendak naik ke atas tangga. Aroga pun mengangguk.

"Oke pah. Nanti kalau mau berangkat bilang aja," dengan begitu, Aroga nik ke tangga menuju kamarnya.

Ia membuka aplikasi Line dan mendapati grup nya itu sudah penuh dengan obrolan dan sebuah pesan yang membuat Aroga tersenyum.

Di layar terlihat pesan yang diberikan oleh Ayla. Ia mengatakan selamat pagi yang sebelumnya telah Aroga ucapkan padanya.

Aroga menimang-nimang kemana mereka alan pergi karena ini lah hari terakhir mereka jalan bersama. Ya selama beberapa hari ini mereka selalu jalan bersama setelah Ayla pulang sekolah.

Hari ini adalah hari Jumat yang merupakan hari terkhir sekolh di minggu ini. Itu artinya adalah hari terakhir mereka jalan. Atau mereka bisa melanjutkan apa yang mereka lakukan setelah Aroga masuk sekolah. Tentu saja itu ide yang sangat bagus.

Aroga segera membalas Ayla dan mengatakan kalai nanti dia akan menjemputnya. Yang dibalas dengan pesan singkat oleh Ayla. Mungkin pelajaran sudah mulai mengingat ini sudah pukul tujuh lebih.

Aroga W.H. :Bacot lo pada brisik tau nggak.
Udah jam tujuh lo pada kagak pelajaran apa?

Tanya Aroga dalam obrolan mereka yang sedang entah membahas apa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Girl Gone Bad (ON HOLD)Where stories live. Discover now