"5 menit yah, bentar aja..." Ujar Iqbaale yang di sambut manyunan serta anggukan pasrah dari peri kecilnya.

"Baale, harusnya kita..."

'Buk..' Iqbaale memotong ucapan Nk dengan memeluknya sangat erat, seakan tidak ingin melepas kannya. Lalu ia mengecup pelipis Nk dengan lembut dan waktu yang cukup lama.

•••

Nyaman, hangat, damai. Tiga kata yang membuat Nk rindu dengan pelukan serta kecupan Iqbaale ini. Rasanya seperti dulu, seperti saat kedua tali bulukan itu diikat menjadi pita yang cantik nan indah, pita yang slalu ada di setiap kotak kado di seluruh dunia, pita yang slalu tertempel di gaun setiap putri di dunia ini, pita yang tak akan terputus dan terlepas, karna apa? Karna pita itu memiliki satu rahasia yang semua orang tau namun sulit untuk didapatkan dan dipertahankan. Yaitu, 'CINTA SEJATI'. Dua kata yang membuat Nk atau pun Iqbaale sadar, seharusnya mereka tetap bersama.

"Aku udah janji bakal perjuangin kalian berdua.." Bisik Iqbaale dalam pelukan itu. Lalu perlahan meregangkannya dan menatap dalam mata Nk yang memancarkan tanda tanya besar. "Dulu saat kita beli perabotan buat rumah baru kalian, aku sempat ngobrol dengan Ana yang lagi tidur,"

Diana memasang muka yang tak jauh beda dari Nk.

"Mungkin Ana ga bakal ingat, tapi dilubuk hatiku," Iqbaale menarik tangan kanan Nk dan menempelkannya di dada kirinya yang bidang.

Tuhan, getaran itu, getara yang sama dengan apa yang kini Nk rasakan. Getaran detak jantung yang begitu cepat, nafas Iqbaale pun terasa tak beraturan, sama halnya dengan Nk.

"Masih ada rasa ingin memiliki kalian." Lanjut Iqbaale membuat jantung Nk seketika berhenti beberapa detik, lalu kembali berdetak lebih cepat lagi. Rasanya, organ yang harus dimiliki setiap makhluk ini akan copot.

"Baale..."

"Akan ku lakukan apa pun biar kita balik lagi." Tegas Iqbaale membuat Nk tak bisa berucap lagi. "I promise.."

"Dianty? Ara? Kamu gimanain?" Tanpa berpikir panjang, Nk bertanya pertanyaan yang menurutnya amat bodoh itu, dan ia langsung mengutuk dirinya sendiridalam hati.

"Aku bisa milikin kalian berdua." Ucap Iqbaale cepat.

"Dan aku tau perasaan dia kalo kita balikan." Nk lebih cepat lagi dan volume suaranya naik beberapa oktav.

"(Nam..)"

"Aku pernah kamu gituin." Iqbaale terdiam saat Nk membentaknya. "Dan ga akan ku biarkan itu terjadi lagi sama sahabatku."

"Kamu masih anggap dia sahabat setelah apa yang dia lakuin ke kamu?!" Iqbaale lebih membentak Nk. Nk yang keras kepala.

"Kita manusia. Harusnya kita saling memaafkan bukan?" Ujar Nk lembut. "Aku udah berusaha maafin dia kok."

"'Berusaha', heum?" Iqbaale memalingkan pandangannya dengan pipi bagian dalam yang ia gigit.

Hening beberapa saat, keduanya saling berpikir keras. Diana yang memperhatikan memutuskan merogoh isi tas tangan Nk dan mengambil ponsel Budanya itu, memainkan game kesukaannya menjadi pilihan bijak(?).

Nk menghembuskan nafas dengan berat, lalu menangkup pipi Iqbaale dan menariknya dengan perlahan dan lembut agar bertatapan dengab matanya. Tersenyum tipis, mata yang berbinar dan sebuah kecupan ringan Nk daratkan ke seluruh permukaan wajah Iqbaale yang masih nampak jengkel. "Aku pegang omongan kamu untuk milikin aku dan Ana lagi." Sebuah senyuman kian melebar di kedua bibir itu. "And.." Nk mencubit kedua pipi Iqbaale dengan gemas dan kekehan keluar dari mulutnya. Sedangkan Iqbaale mengeluarkan ringisan yang cukup keras. Lalu, wanita itu melepasnya dengan senyuman yang belun sedikit pun luntur, menatap pria yang ada dihadapannya--yang sedang mengusap kedua pipinya dengan kekehan kecil--dengan damai. "do not disappoint me, okey?"

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now