10

25 0 0
                                    

"Pagi, Hana."sapa seorang-guru-wanita-yang-Hana-tidak-ingat-namanya sambil tetap berjalan cepat ke arah yang berlawanan. "Pagi."balasnya singkat, membuka pintu ruang guru dan melangkah masuk.

"Pagi, Hana."sapa Manda, guru matematika, menghampiri Hana di mejanya,"Lo udah denger kabar terbaru belum ?"
"Pagi." Hana meletakkan tasnya di atas meja."Kabar terbaru apa nih ?"
"Katanya bakal ada guru baru lho."
"Bukannya udah biasa ya? Tiap tahun kan ada guru baru, Man." Setengah tertawa, Hana duduk di kursinya dan mulai merapikan mejanya.
"Tapi ini guru cowok. Namanya Erick."

Hana menoleh melihat Manda.
Memang sih, guru laki-laki itu seperti barang langka di sekolah tempat mereka mengajar. Diantara guru, asisten, dan staff di sekolah ini, yang perempuan ada sekitar tujuh belas, sementara yang laki-laki hanya ada tujuh orang.

"Terus ?"
"Dia..."
Percakapan mereka terhenti saat ada seseorang masuk ke ruang guru; seorang laki-laki yang belum pernah terlihat di lingkungan sekolah ini. Tapi...topinya; topi new york yankee hitam itu. Hana merasa pernah melihatnya entah dimana.

Laki-laki itu melepas topinya, merapikan rambutnya, dan berjalan mendekati mereka. "Salam kenal, nama gue Erick."sapanya sambil mengulurkan tangan. Aneh, pikir Hana, dia bicara dengan penuh rasa percaya diri dan kharisma. So cool. Tapi such coolness yang tidak semestinya dipunyai seorang guru baru dibhari pertamanya masuk sekolah.

Manda menjabat tangan Erick.
"Manda, guru matematika."katanya sambil tersenyum,"Lo guru baru kan ? Ngajar apa ?"
"Gue ngajar masak."

Manda dan Hana saling berpandangan, kedua mata mereka terbuka lebar saat mereka melihat Erick lagi.

"Lo bisa masak ?"tanya Hana.
"Lo ngajar masak ?" tanya Manda.
"Lho. Kenapa ? Karena gue cowok ?" Erick tertawa kecil. "Iya dong. Zaman sekarang gitu. Urusan dapur itu lebih banyak dikuasai sama cowok-cowok. Perhatiin aja chef yang ada di restaurant bintang lima, atau di hotel mana gitu,..pasti seringnya cowok."

Manda dan Hana manggut-manggut; Manda mulai terpesona dengan aura si guru baru, sementara Hana justru lebih ke arah penasaran. Begitu percaya diri, begitu yakin, setiap ada kata bahasa inggris yang dia gunakan, precise sekali. Erick sepertinya bukan tukang masak biasa.

"Kita belum kenalan. Gue Erick." Erick menatap mata Hana, sekali lagi menawarkan tangannya.
"Gue Hana."

Sendiri(an)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon