8

29 0 0
                                    

"Halo ?"
"Hana."
"Haha. Lo emang nggak pernah bilang 'halo' ya ?"

Suara Bram. Kenapa ya ? Tiba-tiba Hana merasa gugup. Bram hampir tidak pernah menelepon malam-malam begini, kecuali ada yang penting.

"Ya..gue nggak mau kedengeran kayak orang sakit dementia. Atau kayak orang yang baru pertama kali terima telepon. Kenapa nelpon ?"

"Eh........... Kagaak. Cuma iseng." Terdengar Bram tertawa kecil di ujung sana.
"Ooh." Lalu mereka berdua terdiam.

"Eh gue ketemu satu cewek. I think she's pretty cool."kata Bram setelah beberapa detik."Suaranya bagus. Dia juga suka Mocca, sama kayak lo."
"Oh ya ?"
"Iya. Namanya Ivanna."
"Oh."
"Gitu deh. Dia itu anaknya temen bokap gue. Dan ternyata dulu kami sempat satu SD lho."
"Ooh..gitu ya."

"Tau gak sih, menurut gue lo tuh keseringan bilang 'ooh'."
"Oh ya ?" Oops. Refleks, Hana menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Malu.
"Nah kan ?" Bram tertawa kecil lagi,"Lagi ngapain lo ?"

"Lagi mau istirahat sih; mau tidur. Besok kan sekolah udah mulai masuk."
"Besok ada jadwal ngajar ?"
"Nggak sih. Tapi kan besok hari pertama masuk sekolah. Ada sesi perkenalan gitu."
Diam. Hana bisa membayangkan di ujung sana Bram sedang senyum-senyum membayangkan anak-anak itu.

"Lo lagi ngapain?"tambah Hana setelah beberapa saat mereka terdiam; rasanya kurang sopan jika ia tidak bertanya balik.
"Masih on duty nih; disuruh bokap gue nemenin Ivanna ke nightclub deket sini. Dia sejak 6 tahun lalu kuliah di Melbourne, jadi udah biasa minum gitu deh sebelum tidur. Lagian dia udah jarang ke Bali, jadi sekalian gue sebagai tour guide gratis." Bram tertawa kecil. "You know I don't really like to drink. Tapi yaa, bokap gue pinginnya Ivanna betah di Bali. Nih gue lagi nungguin dia ganti baju, habis itu mau langsung jalan."

Ivanna..
Ivanna..
Ivanna..
Kuping Hana mulai terasa gatal mendengar nama itu. Mungkin karena ia tidak kenal siapa Ivanna itu. Mungkin karena ia tidak biasa dengan ide bahwa Bram punya teman yang lain. Atau mungkin, ia tidak biasa saja mendengar celotehan Bram tentang perempuan lain.

Hana melirik jam dinding yang ada di kamarnya. Pukul setengah 10 malam; berarti pukul setengah 11 di Bali. Apa itu berarti mereka akan menghabiskan waktu semalaman berdua ? Segera ditepisnya segenap perasaan tidak enak yang tiba-tiba memenuhi hati.

"Han ?" Masih terdengar suara cemas Bram yang memanggilnya di ujung saluran telepon.
"Eh, oh..Udah dulu ya, Bram." Hana pura-pura menguap dengan hebohnya,"Gue ngantuk banget nih. Dah." Setelah menutup telepon, dengan kesal Hana mematikan HPnya, dan dilempar ke arah bean bag chair yang ada di sudut ruangan.

Sendiri(an)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang