40- Seutuhnya

68K 5.4K 333
                                    

Pagi hari di kota Lembang adalah waktu paling enak untuk bergelung di dalam selimut hangat sambil menikmati secangkir kopi atau teh. Tapi tidak pagi itu untuk Dinda, Audy, Reta, Farhan dan juga Petra. Pagi-pagi sekali kamar mereka sudah digedor oleh si tuan rumah dan memaksa mereka bangun. Katanya Bani mau mengajak mereka jogging di sekitar kampung yang letaknya berada di belakang rumah Bani. Iya, rumah Bani memang berada di pinggir jalan raya, namun di belakang rumahnya ada jalan menuju kampung kecil. Dan di belakang sana juga terdapat perkebunan yang cukup luas. Dinda sih dulu pernah ke sana bersama Bani. Dan saat itu hubungan mereka jelas jauh dari kata baik.

Sejak sampai di Lembang, Dinda sangat khawatir dengan reaksi Bani. Jelas sekali karena di rumah itu lah kenangannya bersama tante Ambar bercokol. Bahkan di situ juga lah tante Ambar akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Rumah itu jelas penuh sejarah dan kenangan terkait tante Ambar. Oleh karena itu, Dinda khawatir Bani akan kembali bersedih.

Tapi melihat Bani yang terlihat biasa saja, sepertinya cowok itu sudah jauh lebih tegar dan sudah ikhlas akan kepergian tante Ambar. Maka sebagai penghargaan bagi pacarnya yang tabah itu, Dinda menarik sweater yang Bani kenakan membuat cowok yang sedang berjalan cepat beberapa langkah di depannya itu berhenti mendadak.

Alis Bani terangkat sebelah, tatapannya terarah kepada Dinda sambil menunjukkan tatapan bertanya. Dan matanya langsung membulat ketika tiba-tiba Dinda menarik sedikit tubuh Bani agar membungkuk dan gadis itu berjinjit untuk memberikan Bani kecupan cepat di pipi.

Dinda memasang cengiran setelah berhasil menghadiahi Bani kecupan tersebut. Padahal hatinya sedang berdetak tidak karuan dan pipinya panas. Ugh, malu!

Bani berkedip beberapa kali seolah tidak menyangka atas apa yang baru saja terjadi. Seketika pipinya ikut memanas, malu. Ulangi, seorang Bani sedang malu-malu karena dikecup pipinya!

Melihat hal itu jelas Farhan, Petra, Audy dan Reta melongo lagi. Pasangan di depan mereka ini benar-benar pasangan aneh, menurut mereka. Mungkin karena mereka tau bagaimana Bani dan Dinda sebelum pacaran seperti sekarang--yah, meskipun Farhan tidak tau persis bagaimana karena dia 'kan baru pindah ketika semester dua.

Audy dan Reta pun memilih untuk melewati Dinda dan Bani berjalan lebih dulu. Sedangkan Farhan memilih merangkul Petra. Entah sejak kapan keduanya jadi sangat akrab seperti sahabat lama.

"Enaknya jatuh cinta, dunia serasa milik berdua, yang lain mah cuma ngontrak saja...," Farhan bernyanyi asal sambil melewati Dinda dan Bani yang masih asyik tersipu-sipu malu seperti abg baru jatuh cinta.

Dinda memang bukan pacar pertama Bani, tapi bagi Bani, Dinda adalah yang pertama yang begitu merasuk ke kehidupannya dan mengubahnya menjadi lebih baik. Dinda adalah jawaban atas segala do'a tak terucapnya. Dinda adalah teman, pacar sekaligus rumah bagi Bani untuk pulang.

"Woy! Katanya nyuruh olahraga, malah pacaran!" sungut Farhan dari kejauhan karena Bani dan Dinda tidak kunjung menyusul yang lain.

Akhirnya Bani pun memilih mengulurkan tangannya dan berjalan bergandengan dengan Dinda menikmati udara pagi Lembang yang dingin namun begitu segar.

***
Enam remaja itu kembali ke rumah Bani saat Bi Eem sedang menyelesaikan memasak nasi goreng untuk menu sarapan pagi itu.

Farhan dan Reta langsung duduk lesehan di lantai depan ruang tv di rumah joglo, Petra duduk di atas sofa sambil sibuk memainkan ponsel, Bani sedang di kamarnya entah melakukan apa, sedangkan Dinda dan Audy menemani bi Eem di dapur.

Audy yang memang senang memasak pun membantu bi Eem menyiapkan sarapan, sedangkan Dinda ingin membantu namun sebelumnya sudah diperingatkan Bani tadi sebelum cowok itu masuk ke kamar kalau Dinda tidak boleh ikut campur dalam masakannya bi Eem karena khawatir sarapan pagi itu akan gagal nantinya.

Infinity [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang