16- Pulang

91.7K 7.5K 244
                                    

16- Pulang

Ini sudah gelas Screwdriver ke empat yang Bani teguk dalam waktu satu jam. Kepala Bani sudah mulai berputar khas orang yang habis menenggak alkohol. Meskipun ini sudah bulan ke tiga Bani sejak pertama kali dia menenggak alkohol dan Bani memperoleh fakta bahwa tubuhnya lumayan kebal dengan minuman memabukkan tersebut, tetapi malam ini berbeda. Bani pusing meskipun baru menenggak empat gelas saja. Apalagi minuman yang Bani pesan malam ini adalah minuman campuran antara vodka dan jus jeruk.

Mungkin pusingnya Bani tidak murni karena pengaruh alkohol melainkan masalah yang tengah ia hadapi. Dan alkohol sialan-sialan itu bahkan sama sekali tidak membantu Bani untuk melupakan masalahnya dan justru memperparah.

Bani tertawa sinis. "Tolol. Buat apa lo ke sana, Ban?" tanya Bani kepada dirinya sendiri. Bani kemudian tertawa keras, menertawakan dirinya. "Bego! Udah tau itu semua cuma jebakan si tukang poligami itu untuk nyakitin hati lo, Ban! Kenapa lo dateng, hah? Kenapa!!!"

Bani mulai kehilangan kesadarannya. Saat ini semua tindakan dan racauannya murni di bawah pengaruh alkohol.

Ramainya pengunjung club tempat Bani saat ini membuat orang-orang tidak mempedulikan keadaan cowok itu. Lagipula pemandangan orang teler dan kelakuan aneh semacam itu adalah pemandangan biasa di sebuah club malam. Orang-orang memilih bersenang-senang menikmati kenikmatan semu yang justru sangat mudah menjerumuskan mereka ke neraka daripada mempedulikan seorang cowok yang mabuk dan meracau.

Bani merebahkan kepalanya di atas meja bar karena pandangannya memburam. Bani pun memejamkan matanya efek dari pusing yang mendera.

Bani kemudian bermimpi. Bani bermimpi membawa mobilnya menuju rumah seorang gadis. Gadis yang seharian tadi menemaninya hanya karena Bani yang tidak ingin sendirian. Gadis yang sama yang menemani Bani menangis di pemakaman bunda. Serta gadis yang sama pula yang sudah mengusik Bani sejak awal pertemuan mereka karena dengan mudahnya mengetahui tentang Bani. Ya, gadis itu tidak lain adalah Dinda.

Selanjutnya Bani hanya ingat dalam mimpinya itu dirinya keluar dari mobil dan duduk dengan lutut ditekuk bersandar pada pagar rumah Dinda. Bani tidak melakukan apa-apa untuk membuat Dinda keluar dari rumahnya dan memilih menenggelamkan kepalanya di atas lututnya.

Dalam mimpinya, Bani menunggu cukup lama sampai tiba-tiba pintu pagar terbuka dan menampilkan sosok Dinda yang refleks memekik kaget ketika melihat sosok Bani.

Bani terkekeh begitu melihat Dinda. "Nda," ucapnya pelan sambil mencoba menatap Dinda yang masih menatapnya shock. "Dinda." Dan setelah itu Bani tidak ingat apapun lagi selain suara Dinda yang berteriak memanggil namanya.

***

Dinda mengusap perutnya yang tiba-tiba saja lapar tengah malam begini. Dinda melirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul setengah satu. Hah, Dinda benar-benar kelaparan!

Karena tidak sanggup menahan lapar Dinda pun beranjak dari atas kasurnya yang nyaman menuju dapur untuk mencari makanan. Tapi seketika Dinda mendapatkan keinginan untuk pergi ke convenience store dekat rumahnya yang buka dua puluh empat jam. Tiba-tiba saja Dinda ngidam onigiri di convenience store tersebut.

Dinda pun segera berlari ke kamarnya untuk mengenakan sweater untuk menutupi piyamanya. Iya, faktanya adalah Dinda sangat suka mengenakan piyama bergambar teddy bearnya itu meskipun kini usianya sudah hampir mencapai tujuh belas tahun. Salahkan bahan piyama itu yang lembut dan sangat nyaman dipakai!

Ok, kembali ke topik. Dengan mengendap-endap Dinda keluar dari rumah. Apalagi saat Dinda bisa mendengar suara televisi samar-samar dari kamar kakak laki-lakinya. Pasti kakaknya itu sedang begadang nonton bola.

Infinity [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang