21- Kekhawatiran

61.4K 5.6K 218
                                    

Dinda sedang bersama Audy, Reta serta Farhan di kantin menikmati istirahat mereka sambil bercakap-cakap. Tetapi hari itu Dinda lebih banyak diam. Sudah seminggu sejak terakhir kali dia berbicara dengan Bani. Cowok itu memang tidak bolos lagi dan selalu masuk sekolah, hanya saja Bani sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya di depan Dinda. Pernah sih mereka berpapasan beberapa kali dan saat itu Bani terlihat cuek-cuek saja.

Jujur saja, Dinda khawatir. Dinda yakin hal ini ada sangkut pautnya dengan pengunguman yang disampaikan pihak sekolah tentang pergantian ketua yayasan.

Bukan berganti, tapi lebih tepatnya jabatan ketua yayasan kini dipegang oleh Ibu Berlian Hadianputra. Dan betapa mengejutkannya ketika diumumkan bahwa Ibu Berlian adalah istri Hadian dan ibu kandung dari Petra.

Seisi sekolah gempar. Mereka tau kalau istri dari direktur pemilik yayasan adalah Ambar, ibu kandung Bani, ini semua karena Ambar kerap hadir dalam acara-acara sekolah mendampingi Hadian. Maka kabar miring seputar Ibu Berlian yang merupakan selingkuhan, istri simpanan sampai istri muda mulai menyebar.

Dinda masih tidak tau masalah seperti apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarga Bani. Tentang tante Ambar, bu Berlian, Petra, om Hadian. Semua terasa abu-abu bagi Dinda. Dan jujur saja Dinda tidak peduli dengan itu semua. Satu-satunya yang Dinda pedulikan adalah...perasaan Bani.

Bagaimana perasaan cowok itu saat ini? Disaat dia kehilangan bundanya, seorang wanita lain justru muncul di muka publik sebagai istri lain ayahnya.

"Din!" Dinda tersentak ketika merasakan tepukan di pundaknya. Rupanya Audy baru saja menepuk pundak Dinda karena cewek itu melamun.

"Lo kenapa? Itu siomay lo kok nggak dimakan?" tanya Audy khawatir. Pasalnya sejak tadi Dinda yang biasanya cerewet mendadak jadi pendiam.

Farhan dan Reta ikut menatap Dinda.

Merasa diperhatikan teman-temannya Dinda pun meringis tidak enak. Dia sudah membuat teman-temannya khawatir. Tapi hal itu justru membuat Dinda semakin memikirkan Bani. Dinda beruntung memiliki keluarga yang masih lengkap dan teman-teman yang khawatir padanya.

Tapi Bani? Siapa yang akan khawatir dengan cowok itu? Apakah Bani punya sahabat? Apa ayah Bani khawatir padanya? Apa ibu Berlian menyayangi Bani seperti Bani adalah anak kandungnya sendiri?

"Gu-gue pergi dulu, ya." Dinda buru-buru berdiri dan pamit untuk pergi membuat tiga temannya itu mengernyit bingung.

"Lo mau kemana? Lo bahkan belum makan, Din?" kata Farhan sambil menunjuk piring siomay milik Dinda yang baru terjamah sedikit.

Dinda menggeleng. Dia tidak bisa makan dengan tenang jika belum memastikan kondisi Bani. "Gue ada urusan. Kalau nanti gue sampe telat masuk kelas, plis bilang aja gue ke UKS ya?" pinta Dinda pada Audy dan Reta.

"Bilang aja? Berarti lo nggak beneran mau ke UKS?" tanya Reta memastikan.

Dinda menggeleng. "Nanti, suatu saat gue akan cerita. Tolongin gue ya kali ini? Please...," mohon Dinda membuat Audy serta Reta tidak mungkin bisa menolak.

"Oke." Dinda langsung memeluk singkat dua teman perempuannya itu dan menepuk pelan pundah Farhan sebelum berlalu pergi.

"Pasti ada hubungannya sama Bani," kata Farhan sambil menyedot es tehnya.

"Bani? Mereka bener-bener jadi sedeket itu? Atau Bani masih ngebully Dinda?" tanya Reta penasaran.

Farhan menggeleng. "Apapun itu, hubungan yang mereka punya nggak dangkal." Farhan lalu mendorong gelas es tehnya yang sudah kosong. "Waktu itu gue sempet ketemu Bani di halaman belakang. Gue abis dari ruang TU dan Bani lagi di belakang sambil ngerokok. Dia cabut kelas. Iseng, gue nyamperin dia terus kita jadi ngerokok bareng. Kejadian itu persis sehabis ada pengunguman kepsek soal pergantian ketua yayasan."

Infinity [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang