12- Masakan Pertama

95K 7.1K 194
                                    

Begitu Bani membuka pintu unit apartemennya dan bergeser mempersilahkan Dinda masuk, Dinda langsung berdecak kagum sedetik dirinya memasuki ruangan yang tersembunyi di balik pintu tersebut.

Bukan karena Dinda norak dan tidak pernah melihat unit apartemen mewah sebelumnya. Bukan juga karena Dinda mengaguni betapa maskulinnya unit tersebut. Tapi Dinda kagum atas betapa 'bersih'nya apartemen Bani tersebut.

Baju kotor bertebaran di atas sofa. Tumpukan kotak makanan cepat saji teronggok dengan begitu sempurnanya di bawah meja bar yang bisa terlihat jelas dari ruang tamu yang juga berfungsi untuk menonton tv. Di karpet yang terbentang di depan sofa persis di depan tv juga ada tiga mangkuk kosong bertumpuk dan di sampingnya berbagai macam kaset PS bertebaran tidak tau tempat.

"Buset deh Bani, lo ngapain aja sih di sini?" Tanya Dinda sambil menatap sekelilingnya dengan tidak percaya. "Emang nggak ada jasa cleaning service atau gimana apa? Kayaknya gempa bumi juga nggak gini-gini amat."

Bani mengedikkan bahunya dengan cuek sambil berjalan ke arah televisi yang sedang menampilkan permainan GTA yang sedang dipause. Setelah duduk bersila Dinda langsung melanjutkan permainannya mengabaikan Dinda yang masih berdiri di dekat meja bar.

Bani sempat melirik Dinda sekilas dan ternyata cewek itu masih sibuk mengelilingi apartemennya dengan mata. Mungkin cewek itu sedang mengabsen satu per satu sampah atau benda yang bertebaran tidak pada tempat semestinya. Bani pun akhirnya angkat bicara tanpa mengalihkan perhatiannya sama sekali dari televisi di depannya. "Kalo mau minum air putih ambil aja di dispenser. Kalo mau minuman lain cari aja di kulkas."

Dinda pun yang mendengarnya refleks melemparkan tatapannya ke arah kulkas Bani yang terletak di balik meja bar. Dari sana terlihat tempat cuci piring yang dipenuhi beberapa piring dan mangkuk bekas makan. Sumpah demi apapun, berapa hari sih apartemen Bani ini tidak dibersihkan?

"Ban, sumpah ini kapan sih terakhir kali dibersihin?" Tanya Dinda geram. Dinda bukanlah orang yang freak soal kebersihan dan semacamnya. Bahkan Dinda sebenarnya paling malas kalau disuruh membersihkan rumah, tapi Dinda juga tidak suka tinggal di tempat sekotor ini.

Dinda jadi berpikir, mungkin ini yang dirasakan mamanya setiap kali melihat kamar Dinda berantakan. Heriska memang menetapkan aturan bahwa wilayah kamar bukanlah wilayah yang akan dibersihkan oleh asisten rumah tangga melainkan kewajiban si pemilik kamar. Oleh sebab itu Dinda bertanggung jawab akan kebersihan kamarnya sendiri.

Bani tidak memperdulikan pertanyaan Dinda dan sibuk bermain. Yang terdengar hanya samar-samar suara guntur dari luar dan suara dari permainan yang sedan Bani mainkan. Mungkin karena desain ruangan yang dibikin kedap suara, entahlah yang jelas dalam ruangan itu terasa agak sepi.

Dinda lalu meletakkan slingbagnya ke atas meja bar dan berjalan ke arah dapur. Dinda menarik salah satu kantung plastik berlogo sebuah restoran cepat saji yang tergeletak begitu saja di lantai dapur. Dengan cekatan Dinda memasukkan kotak-kotak bekas makanan cepat saji tersebut ke dalamnya.

Setelah selesai dengan urusan sampah, Dinda beralih ke mangkuk dan gelas kosong yang bergeletakan di atas karpet yang tengah Bani duduki.

"Minggir, Dinda!" Bentak Bani saat Dinda malah sengaja berdiri di depannya menghalangi pandangan Bani ke arah layar.

Dinda berdecak. Ingin menyumpah serapahi Bani yang bersikap tidak tau terima kasih padahal Dinda sedang membereskan rumahnya tapi Dinda membatalkan keinginannya karena sadar Bani sama sekali tidak meminta Dinda untuk melakukan itu semua. Dinda juga nggak mengerti kenapa dirinya mengerjakan itu dengan...ikhlas?

Nggak, Din, ini semua karena lo nggak betah di tempat kotor, iya. Lagian itung-itung gerak badan. Batin Dinda meyakinkan dirinya sendiri kalau yang dia lakukan ini masih 'wajar'.

Infinity [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang