3 [ Menikah? ]

13.7K 450 4
                                    


"Apa? Aku tidak melakukan apa pun kepadamu, ayolah" Elak Matt dengan wajah meyakinkan.

"Kau--" Ucapku terputus

"Kau salah paham, it-itu--" Ucap Matty terputus.

"Dia akan bertanggung jawab untuk ini" Tante Tawny mengelus pundakku.

Posisiku diam namun air mata terus mengalir, mana mungkin bisa aku mencintai lelaki itu. Padahal kami baru bertemu kurang dari 24 jam. Ini sungguh tidak masuk akal. Dia hanya diam merasa tak bersalah duduk di sisi ranjang dengan tatapn kosong. Gadis batinku memukul dinding hatiku sambil berteriak DASAR LELAKI PAYAH.

"Kita akan urus pernikahannya nanti malam" Ujar Mama tegas sambil mengaktifkan ponselnya.

"Apa nikah?" Pekikku terkejut setengah mati. Kepalaku terasa diputar dan di jatuhkan ke bumi. Matty menatapku dengan tatapan sama-sama terkejut. Ya Tuhan ternyata

"Tapi Bi, kami tidak saling mengenal apalagi mencintai. Kami baru bertemu sejak 19 jam lalu" Sahut Matthew tak terima, nah ini. Aku setuju padamu.

"Diam! Ini adalah perjodohan sejak kalian lahir" Bentak Mama sambil mengotak-atik ponselnya seolah ia akan memberitahu semua orang bahwa ini sudah terjadi.

"Ma gak bisa gitu dong" Rengekku

"Kamu mau melahirkan anak di luar nikah? Pokoknya mama gak mau tau" Wanita itu mematikan ponselnya dan meletakkan tangannya di sisi perut

"Ma kita harus periksa dulu, apa aku benar benar hamil" Tangisanku menjadi ketika kenyataannya Mama tidak peduli.

"Gak ada, semua udah jelas. Resepsi pernikahan dilaksanakan minggu depan!" Wanita itu terlihat serius. Sekarang aku akan memanggilnya Wanita dan bukan sebutan Mama.

"Beri mereka waktu Shofie" Tante  Tawny menarik tangan wanita itu untuk ke luar kamar.

"Aku benci kau, Mama"

Mereka menutup pintu kamarnya dan sekarang aku berada di dalam masalah yang benar-benar besar dengan lelaki gila senyum ini. Andai saja dia tidak berada di sini. Mungkin pernikahan ini bisa di undur dan aku bisa kabur pulang ke rumah.

"Dengar, aku tidak menghamilimu"  Matty mendekatiku dengan wajah tertunduk dan menengok kearah ku.

"Aku tahu, maaf aku sudah mengambil keputusan terlalu cepat" Aku menyadari bahwa aku juga salah, otakku terlalu cepat untuk mencerna semua ini. Katakan saja aku terlalu polos dan terlalu sering menonton sinetron.

"Kau tidak salah, ini semuanya salahku. Aku--aku ingin mengambil jam tanganku, dan set--setelah itu aku--aku tertidur karena lelah, ya tertidur" Dia cengengesan dengan nada gagapnya itu.

"Hah?"

"Berhenti memicingkan matamu, Ariana. Fikirkan bagaimana semua ini bisa dibatalkan" Lanjutnya menyadari ekspresiku.

"Mau bagaimana lagi, mungkin ini sudah takdir. Lagi pula ini perjodohan dari lahir" Jawabku sederhana sambil mengangkat kedua bahuku.

"Mungkin aku bisa menerima dirimu" Matty menatap diriku dengan bibir yang di tarik ke atas

"Lagi pula aku melajang selama 5 tahun ini, bukan berarti aku jelek, bau, dan idiot, dil uar sana banyak wanita yang mengejarku, tapi Mommy melarangku pacaran" Lanjutnya

"Kau bercanda?!"

Author POV

Dengan perasaan gembira, kedua wanita paruh baya ini meninggalkan kamar lelaki muda yang memiliki mata biru itu. Mereka menuju ke arah balkon atas untuk melanjutkan tentang pernikahan anak mereka.

Young Marriage Where stories live. Discover now