16

685 130 27
                                    

Hari ini yaitu tepat tanggal 17 November yang mana berarti 5SOS akan berangkat menuju Singapura untuk mempersiapkan tour barunya —tepat hari ini juga, gue berniat menemani Alya untuk menukarkan tiket konser 5 Seconds of Summer. 

"Alya, sini biar tante aja yang nukerin tiketnya, ya" ucap gue menawarkan diri untuk mengantri  —nostalgia jaman dulu banget sih, Key. batin gue. "Yaudah deh, tante. Aku ke Om Ryan dulu ya" balas Alya yang selalu saja menyunggingkan senyumannya sedari tadi menuju tempat penukaran tiket. Terlalu lucu ketika, Alya malah mengidolakan idola gue sendiri saat SMA gini. 

** 

Mikey🐹🎸: just landed in Changi 

Gue membuka pesan yang baru saja di kirimnya itu ketika gue dan Ryan sedang berada di dalam bioskop, ya, tadi kami memutuskan untuk mengantarkan Alya terlebih dahulu baru menonton film terbaru di salah satu mall terdekat rumah gue. 

Sesekali Ryan mengalihkan matanya ke arah handphone gue yang baru saja gue buka ini karena memang cahayanya yang sangat mencolok ini mampu membuat siapa saja mengalihkan pandangannya ke arah cahaya tersebut. 

"Mi, mik-mikey? Siapa itu, Key?" tanya Ryan sambil mengkerutkan keningnya sedikit bingung yang awalnya terlihat memfokuskan pandangannya agar bisa melihat nama yang tertera di handphone gue terlihat jelas bahkan, nada dari pertanyaannya saja adalah nada bisikan karena tidak mau mengganggu penonton yang lain. "Enggak, itu lho, temen aku yang dari Australia. Dia lagi jalan-jalan ke Singapore katanya sih, sengaja pingin travelling di Asia" jawab gue menghilangkan rasa gugup yang sudah bisa meledak kapan saja dan untungnya Ryan percaya setelah gue tanggapi dengan jawaban itu. 

Keyla: good luck

balas gue sekenanya lalu kembali memfokuskan pikiran gue ke arah layar besar tersebut. 

Tepat pukul empat sore, film yang sama-sama kami tonton pun berakhir karena durasinya pun ternyata menghabiskan waktu dua jam. "Kamu mau makan dimana?" tanya Ryan sambil menggenggam tangan gue lembut dan dengan sunggingan senyum yang sudah sangat lebar ini, gue pun membalasnya penuh semangat. 

"Holycow!" jawab gue. Maaf kali ini, gue rada perut karung. Hm, gak kali ini aja sih. batin gue lagi. 

"Dasar perut karung!" ledek Ryan. tuh kan! dia aja bilang gitu. tambah gue lagi dalam hati. "Dasar, ledek aja tunangan kamu ini, terus!" balas gue sambil pura-pura ngambek dengan cara memajukan bibir bawah gue lebih maju. 

"Aku cuman bercanda, kok. Baperan banget sih, calon istri aku ini" ujar Ryan sambil terkekeh geli lalu, menarik hidung gue yang mancung

Oke, itu bohong. tambah gue dalam hati lagi. "Hu! Bercanda mulu, kapan seriusnya" balas gue 

"Aku serius kok sama kamu. Kamunya aja kali, nih." balas Ryan lagi sambil senyum-senyum meledek yang super menyebalkan. "Yaudah, yuk!" tambah Ryan lalu langsung meninggalkan  gue terlebih dahulu yang sudah semakin kesal dibuatnya karena dia terus-terusan meledek gue. 

"Ryan!" teriak gue dengan tingkah bodo amatnya lalu dengan kecepatan flash langsung mengejar dirinya yang sedang menjulurkan lidahnya tanda meledek layaknya anak kecil. 

"Kalau kita udah punya anak nanti, pasti dia ganteng banget kayak aku, terus hidungnya jangan sampe masuk ke dalem kayak kamu deh, kasian." ucap Ryan yang sudah kembali normal dan merangkul pundak gue sambil terus melanjutkan langkah menuju Holycow yang tepat berada di lantai paling bawah sehingga bisa dibilang lumayan jauh dari XXI. 

"Tuh mulai lagi, deh." balas gue memperingati Ryan agar tidak memulai aksi ledek-meledek. "Habis, sehari tanpa ngeledek kamu tuh rasanya kayak ada yang kurang tau! Kamu tuh imut banget, kecil, mungil, rasanya jadi gemes minta di bawa pulang" jawab Ryan asal yang langsung gue tanggapi terlebih dahulu dengan decakan. "Ck!" 

"Kamu kira aku McDonalds bisa di bawa pulang?!" dan lagi-lagi jawaban asal gue ini malah membuat tawa Ryan menggelegar. "Astaga, Keyla! Kamu tuh umur berapa sih? Masih aja polos gini" ucap Ryan sambil mencubit pipi gue gemas layaknya, pipi gue ini adalah bakpau

"Gak usah cubit-cubit, deh!" balas gue sambil menjauhkan pipi gue dari tangan Ryan tapi, dirinya malah menahan diri gue agar tidak segera menghindar. "Kalau kita udah menikah nanti, aku bakalan seneng banget deh, Key. Karena,tiap bangun pasti ngelihat wajah kamu, pulang kantor rasa capek aku pasti langsung hilang setelah ketemu kamu apalagi ditambah kalau kita udah punya anak" ucap Ryan tiba-tiba lagi yang mengarah ke pembicaraan serius saat ini sehingga gue yang tadinya masih mencebikan bibir layaknya anak kecil malah berubah menjadi datar karena sangat amat membisu setelah mendengar lontaran kalimat yang diucapkan Ryan itu. 

Pikiran dia udah ke masa depan, Key. Udah jauh. Ryan udah berubah dan bukan dengan sifat buruknya itu lagi sedangkan lo? Betapa menyedihkannya lo, Key! Masih aja mengharapkan dia dari sang masa lalu untuk datang ke hati lo secara cuma-cuma dan menyatakan perasaannya kembali. rutuk gue dalam hati kesal tapi, itu semua adalah kenyataan karena perasaan gue benar-benar dibuat bingung sehingga mengakibatkan dilanda dilema besar.

"Key?" Ryan berusaha membuyarkan lamunan gue, mungkin dia bingung kenapa gue tiba-tiba jadi diem begini. "Kamu gak bahagia ya mau nikah sama aku?" tambahnya lagi yang mampu membuat gue diam seribu bahasa kembali. 

"Atau... kamu gak kepingin punya keturunan sama aku?" dan pertanyaannya yang terakhir mampu membuat gue mengalihkan pandangan ke arah Ryan bingung setengah mati karena, bagaikan di terjang berbagai ribuan paku ke dalam hati gue setelah mendengar lontaran pertanyaan Ryan terakhir itu. 

Bahkan, Ryan udah mikir kayak gitu karena, sifat lo yang berubah-berubah aneh gini, Key! rutuk gue pada diri gue sendiri lagi-lagi. 

Dengan cepat, gue menggeleng tegas menanggapi lontaran pertanyaan Ryan itu karena memang gue tidak memiliki pikiran tersebut hanya saja —memang, masih ada saja sepercih harapan gue untuk Michael. Dan kalian bisa menganggap gue terlalu bodoh. 

"Aku mau, Yan" balas gue sambil memberikan senyuman tipis ke arahnya lalu, mengeratkan kaitan jemari gue yang tepat berada di sela-sela jari jemari Ryan. "Aku selalu sayang kamu, Keyla. Kamu tau itu kan?" tanya Ryan menyunggingkan senyum tulusnya ke arah gue. 

"Aku tahu. Begitu juga dengan aku, Yan" setelah itu gue memeluk Ryan dari samping mengingat tubuh gue yang terbilang cukup pendek dibandingkan tubuhnya yang menjulang tinggi mengakibatkan gue malah terlihat sangat mungil berada di sisinya seperti ini. 

Kadang perasaan cinta mampu membuat siapapun yang merasakannya berubah menjadi sesosok orang yang sangat amat egois tanpa memandang siapa, bahkan saat ini, perasaan egois itu sudah muncul ke dalam diri lo, Keyla. ucap pikiran gue yang dengan cepat gue bingung kenapa tiba-tiba pikiran gue berbicara seperti itu. 

**

ini Ryan Keyla moments ya. Sumpah, gue mau sama Ryan aja boleh nggak? Tapi, mau sama Michael juga. 

Ya Allah! bikin ini sambil dengerin Kali Kedua - Raissa malah bikin semakin baper:( so sad. bye all. 

BTW! vomments ya, kayaknya sebentar lagi bakalan selesai jadi tunggu terus ya xixi. 

hm, ada yang nonton vlognya awkarin tentang gaga? She should be nominated in OSCAR Awards or maybe, she'll win there? ok, gak mau ngurus. 

Aku ingin bermain Pokemon Go mencari jodohku, Michael Clifford. 

SELAMAT MEMBACA. 

Meet & Greet 2 | mgc ✔️Where stories live. Discover now