10

850 151 4
                                    

Gue bersikeras menyuruh Michael tidur di sofa ruang tengah setidaknya gue benar-benar tidak sanggup kalau kita harus satu kasur. Bisa gila gue!

"Michael, i think, you have to move into hotel" ucap gue pada Michael yang saat ini sedang memberikan bantal serta selimut. "No" dia dengan cepat langsung menggelengkan kepala tanda menolak ucapan gue barusan.

"Astagfirullah, untung usus gue lebar pantat gue panjang. Eh kebalik" ucap gue sendiri sambil menghujat kelakuan Michael yang hampir mirip dengan anak kecil.

"Keyla" ujar Michael sambil memberikan tatapan memperingati agar, gue tidak lagi-lagi berbicara dalam Bahasa ketika ada dia. "Okay, okay." Setelah itu gue malah terkekeh geli melihat tampang Michael yang sok serius ini. "I want to sleep and you should do it too. Good night" ucap gue lagi dan langsung mematikan beberapa lampu yang sempat menyala lalu dengan segera memasuki kamar tapi, Michael malah beranjak dari tempatnya dan langsung menghampiri gue.

"I need to this" ujar Michael tiba-tiba yang posisinya sudah mendekat sebelum akhirnya ia mencium kening gue lalu turun ke puncak hidung gue. Tolol! Kalau gue di perlakukan kayak gini terus, dia pikir gue dufan?!

Dengan cepat gue langsung menarik diri dari Michael karena jika tidak ia pasti akan berbicara yang aneh-aneh seolah saat ini yang bersalah adalah gue dan yang tersakiti itu dia. "Mike, go to sleep, okay?" Balas gue tanpa mau memperdulikan tatapannya yang seolah-olah mencari sesuatu di kedua bola mata gue. Dia tau kalau kelemahan gue adalah matanya. Persetan! Rutuk gue dalam hati ketika gue sudah menutup pintu kamar dengan rapat dan tak lupa menguncinya.

Gue menghela nafas sambil memejamkan mata sejenak untuk melepaskan penat-penat yang terjadi hari ini. It feels like dream.
Gue mengambil laptop untuk menyelesaikan beberapa tugas kampus agar besok tidak keburu-buru dan seperti biasa, gue mengerjakan sambil mendengarkan lagu.

Ketika gue sudah mengeklik tombol shuffle entah laptopnya yang emang lagi nyindir gue atau gimana tapi, lagu yang muncul adalah Kali Kedua dari Raissa. Walaupun lagu ini memang salah satu lagu favorit gue tapi ini bener-bener gak dinamis karena, sangat amat menggambarkan perasaan gue yang terkadang muncul berharap lebih kepada Michael akhir-akhir ini. Ketika gue sibuk dengan pikiran gue sendiri tentang Michael yang tiba-tiba saja muncul di hadapan gue setelah beberapa tahun hilang bagaikan ditelan bumi, handphone gue berbunyi menandakan ada telefon masuk saat gue cek ternyata itu berasal dari Ryan.

"Halo, sayang" sapa Ryan dari sebrang sana

"Hai" sapa gue balik sambil tetap memfokuskan pikiran gue ke tugas-tugas kampus ini. "Belum tidur?" Tanya Ryan. Sebenarnya, ini emang kebiasaan kami —saling mengirimkan pesan atau berbicara via telefon kalau tidak bertemu saat malam minggu.

"Biasa, ngerjain tugas kampus" balas gue sambil terkekeh. "Jangan capek-capek, nanti kamu sakit" Ryan pun langsung menasihati gue dan terdengar sangat khawatir. "Tenang aja. Aku kan perempuan baja" ucap gue lagi ditambah dengan cekikikan geli akibat lontaran kalimat yang gue ucapkan tadi.

"Ck! Masa sih baja? Perasaan waktu itu ada orang yang pernah sampe dirawat di rumah sakit cuman gara-gara gak tidur seharian"
Ledek Ryan –itu adalah gue. "Ledek aja terus akunya" balas gue sebal.

"Hahaha, aku bercanda, gitu aja kamu ngambek." Ucap Ryan. "Yaudah kalau gitu, kamu lanjutin ngerjainnya aja ya. Aku gak mau ganggu nanti malah gak selesai-selesai soalnya kalau kamu udah ngobrol sama aku pasti ketagihan secara Ryan gitu, lho!" Ryan lagi-lagi mengucapkan kalimat yang penuh dengan kepercayaan diri yang sangat amat berlebihan.

Meet & Greet 2 | mgc ✔️Where stories live. Discover now