6

816 147 17
                                    

"Jadi, kapan kalian rencana mau nikah?" Tanya Tante Dina saat kita sedang bersama-sama menyantap makan yang baru saja gue dan mama buat, pertanyaan yang dilontarkan tante Dina sukses membuat gue tersedak.

"Key, pelan-pelan makannya" ucap Ryan yang langsung mengambil air putih dan mengusap-ngusap punggung gue. Ya ampun! Tolol banget kan lo, Key. Rutuk gue pada sifat gue yang sangat amat bodoh ini.

Setelah gue akhirnya tidak lagi tersedak akhirnya, Ryan yang membalas pertanyaan Tante Dina. "Rencananya 2 bulan lagi, tante, atau mungkin awal tahun depan" Seketika itu juga gue melotot lebar mendengar tanggapan dari Ryan. Gimana bisa dua bulan lagi?!

Gue akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah meng-iya-kan saja lontaran yang di ucapkan Ryan itu. "Wah, tante tunggu lho undangannya" mampus.

"Tante, habis ini ajak aku jalan-jalan dong sama Om Ryan" ucap Alya dan gue sangat berterima kasih karena dia bisa mengubah topik percakapan dari yang serius menjadi lebih mencair suasananya. "Ayo!" Jawab gue dengan nada senang. Ya maklumin lah, masa kecil kurang bahagia jadi end up here. Ha, mulai gak nyambung lagi kan?! Ucap gue dalam hati

**

"Mau kemana sih kamu, Alya?" Tanya Ryan sambil mencubit hidung anak itu. Saat ini kita sedang berada di mobil Ryan menunggu jawaban Alya yang meminta diajak jalan-jalan tadi.

"Ke taman bermain deket rumah aja, Om!" Balas Alya semangat dan gue hanya bisa menyunggingkan senyuman mendengar betapa semangatnya anak kecil ini. "Oke kalau gitu, kita berangkat ya!" Ucap Ryan.

Setelah kurang lebih 20 menit kita menghabiskan waktu di perjalanan, akhirnya, kita pun sampai di taman yang dituju. "Tante, aku mau main perosotan disitu ya" Alya menarik-narik tangan gue sambil menunjuk perosotan yang letaknya tidak jauh dari pandangan gue.

"Jangan lari-lari ya, Alya!" Teriak gue ketika Alya dengan cepat langsung berlari senang ke arah perosotan itu.

"Kamu seneng banget ya sama anak kecil?" Mendengar itu gue langsung menolehkan pandangan gue ke arah Ryan yang tenyata sejak tadi sudah berada di samping gue. Gue dengan cepat mengangguk menjawab pertanyaan yang baru dia lontarkan. "Aku jadi ngebayangin kalau kita punya anak nanti" mata gue sukses dibuat seperti hampir mau keluar setelah mendengar ucapan yang dikeluarkan oleh Ryan barusan, seketika itu juga pikiran gue melayang kembali ke 6 tahun silam.

flashback on
"What if someday, i'm gonna marry you?" Ucap Michael ketika kita sama-sama tidak bisa tidur dan berakhir ia memecahkan keheningan yang ada.

"Don't say that. Be realistic, Mike. You'll tour the world and maybe, you're gonna forget me. I'm here being just me and you're one of a whole part of the world." Balas gue langsung memindahkan posisi membelakangi Michael.

"I'd love to have a child with you, like i'm already imagine it. We'll dress him or her with a pikachu one sie and if our child is a boy, he will be very handsome like me also if our child is a girl, she will be very cute just like you" dan Michael tiba-tiba saja merengkuh gue dari belakang yang sontak membuat tubuh gue gemetar seketika. Saat itu gue mikir, bolehkah waktu berhenti sejenak agar gue bisa merasakan bahagia yang udah gue dambakan selama ini?

Tapi enggak. Kebahagiaan gue sama Michael cuman bersifat sementara atau lebih kasarnya lagi hanya sebuah tempatnya mungkin untuk transit di kota Indonesia.

Flashback off

"Key, kamu nangis?! Astaga, kamu kenapa nangis, sayang?" Ryan dengan cepat menarik gue ke kursi yang berada didekat kita lalu dengan segera memeluk gue erat untuk menenangkan perasaan gue.

Entah sejak kapan tangisan ini keluar begitu saja. Mungkin, karena tiba-tiba sekelabat memori gue sama Michael numpang lewat persis seperti hubungan gue sama dia yang hanya sementara dan terdengar seperti tempat transit? Bahkan, memikirkannya lagi saja sudah membuat gue bisu dan tidak bisa berkutik apa-apa lagi. "Kalau kamu sedih, aku juga ikut sedih, Key. Jangan nangis-nangis lagi ya?" Ujar Ryan sambil menatap mata gue dan dengan segera menghapus air mata gue yang sudah menyeruak keluar dari tempat asalnya.

"Aku gak apa-apa kok. Cuman, kangen mama kalau inget tempat bermain kayak gini" maaf, Yan. Aku harus bohong untuk kesekian kalinya sama kamu. Ucap batin gue masih tetap menatap wajah Ryan yang tersenyum memandang gue.

"Daripada sedih, aku traktir es krim aja, gimana?" Tawar Ryan. "Kalo dikasih mah aku gak akan mungkin bisa nolak, kan?" Balas gue sambil menyunggingkan senyuman tipis.

Ryan langsung terkekeh geli dan beranjak dari tempat kita tadi namun sebelum itu, sudah jadi kebiasaannya selain mencubit pipi gue, menyentil atau mencium kening gue, ada kebiasaan lain yang sering ia lakukan yaitu mengacak-ngacak rambut gue seperti saat ini.

"Ryan!" Teriak gue sebal dan melihat Ryan berjalan sambil terus-terusan menjulurkan lidahnya tanda meledek gue benar-benar mampu membuat gue kesal dibuatnya. Setidaknya, lupa sejenak akan masa itu lebih baik kan?

**

"Tante! Itu es krim buat aku ya?" Ucap Alya setelah ia sudah menyelesaikan bermain di perosotan selama berjam-jam dan saat ini ia sedang menunjuk es krim yang baru saja Ryan beli kembali untuk Alya, untungnya saja Alya sudah selesai bermain sehingga es krimnya tidak meleleh dengan cepat. "Iya, sayang. Ini buat kamu" balas gue sambil menyodorkan es krimnya ke arah Alya dan dengan cepat anak itu menarik es krim yang tadinya berada di genggaman gue sebelum akhirnya ia berusaha duduk di kursi yang cukup bisa di bilang lebih tinggi dari ukuran tubuhnya.

Melihat betapa susahnya Alya ingin naik untuk duduk akhirnya, gue dengan cepat mengangkat tubuh Alya yang enteng ini. Gila, gila, dulu gue kayaknya seumur Alya nontonnya princess yang suka di theater-theater itu deh. Batin gue menatap ke bawah tepat ke arah Alya yang masih dengan sibuknya memakan es krimnya. "Kayaknya enak banget ya, sampai Om gak ditawarin" celetuk Ryan, Alya langsung menyengir polos dan lihat wajahnya, sudah penuh dengan es krim-es krim. "Alya tadi liat om sama tante makan kok! Jadi, ini udah jatah Alya" ledek Alya dan Ryan tertawa lepas mendengarnya kemudian, mencubit hidung Alya akibat rasa gemasnya terhadap anak ini.

"Alya, itu bibir kamu celemotan. Sini-sini, tante bersihin dulu" ucap gue yang sudah menggenggam tissue basah yang selalu gue bawa tiap harinya dan dengan nurutnya, Alya menolehkan wajahnya ke arah gue sampai-sampai gue malah mencubit pipinya yang menggemaskan dulu baru membersihkan sisa-sisa es krim di sekitar bibirnya.

"Kamu lucu banget sih!" Ucap gue sambil sesekali mencium gemas pipi Alya. "Alya aja dicium, aku enggak" celetuk Ryan dengan nada ngambeknya

"Kamu mau?" Ryan menoleh sambil menunjukan mata berbinar-binarnya yang hampir membuat gue ingin tertawa sekencang mungkin. "Nih! Sama sepatu ku tapi" setelah itu tawa yang sudah gue tahan sejak tadi langsung menggelegar macam petir begitu saja dan Ryan lagi-lagi langsung mencebikan bibirnya sebal dibuat sifat dan tingkah laku jahil ala gue ini.

**

Vomments ihik gue baper sm part flashbacknya masa

Meet & Greet 2 | mgc ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя