7

789 151 22
                                    

Setelah gue, Ryan, dan Alya menghabiskan waktu bersama di taman bermain ini selama beberapa jam akhirnya, saat ini kita sudah didalam perjalanan pulang menuju rumah namun sebelum itu, mengantarkan Alya terlebih dulu ke rumahnya.

"Tante, hari ini mama mau beliin tiketnya. Tante temenin aku ya!" Ucap Alya setelah ia sudah tiba dirumah dan gue anterin sampai ia bertemu dengan tante Dina.

"Emang kamu suka sama siapa di 5SOS?" Tanya gue iseng lalu, dengan cepat Alya tersenyum lebar sebelum menjawabnya. "Yang rambut pirang, tante!" Jawabnya tapi lagi-lagi gue malah dibuat bingung karena yang memiliki rambut pirang pun ada dua.

"Siapa? Tante gak tau nih, kasih tau dong!" Ledek gue. Alibi aja lo, Key.

"Luke sama Michael, tante" ucap Alya yang mana jawabannya itu membuat gue terdiam. "Lho, Keyla? Duh, maaf ya, tante jadi ngerepotin kamu sama Ryan" dan untungnya Tante Dina langsung muncul sehingga lamunan gue terpecahkan.

"Gak apa-apa kok, tante. Keyla malah seneng direpotin sama anak kecil yang lucu kayak Alya gini" balas gue terkekeh setelah itu, Alya langsung di giring masuk oleh Tante Dina untuk masuk ke dalam. "Yaudah deh kalau gitu, aku duluan ya tante. Udah malem juga, hehe" kemudian, gue menyalami tangan Tante Dina sebelum akhirnya meninggalkan rumahnya menuju mobil Ryan yang sudah menunggu di halaman depan.

Selama perjalanan dari rumah Alya menuju rumah gue, awalnya memang kita sama-sama diselimuti keheningan entah mungkin tenggelam dalam pikirannya masing-masing. "Aku udah nemuin tempat buat nyentak undangan kita, Key" ujar Ryan dan mendengar itu gue langsung menolehkan wajah menatap lurus wajah Ryan. "Oh, wah, bagus dong itu" balas gue yang langsung menyunggingkan senyum dan siapapun yang ngeliat senyum gue, pasti udah tau kalo senyum ini terlihat seperti paksaan.

"Sabtu kita kesana ya?" Tanya Ryan sesekali menolehkan wajahnya ke kiri untuk menatap gue dan dengan cepat gue langsung menganggukan kepala.

Kring.. Kring..

Tiba-tiba nada dering dari handphone gue yang menandakan ada telefon masuk berbunyi ketika gue lihat, kening gue langsung mengernyit bingung karena namanya sama sekali gak kedaftar di contact gue bahkan nomornya juga terlihat asing di mata gue.

Namun, dengan cepat gue langsung mengangkat telefon yang berasal dari nomor yang terlihat asing itu. "Halo?"

"..." Gue masih tidak mendengar jawaban dari arah sebrang karena, orang itu masih tetap terdiam gagu.

"Sumpah kalau misalkan lo cuman mau ngerjain gue mending matiin aja" ucap gue lagi dengan nada yang terdengar kesal.

Ryan sampai langsung menengok ke arah gue setelah gue menyelesaikan kalimat itu tapi, jawaban dari sebrang sana mampu membuat gue menahan tangan gue untuk mematikan nada sambung secara sepihak.

"Keyla?" Tanya orang itu.

Suaranya. Suara ini sangat gue ingat bahkan dulu pernah hampir gue pingin direkam dan dijadiin ringtone sendiri. Oke, salahkan tingkah konyol gue.

"I know i'm not wrong that you're Keyla. Speak up, please?" Michael. Ini suara Michael dan jujur dari hati gue sendiri kalau gue memang rindu dengan suaranya.

Rindu sama semuanya, lebih tepatnya.

"I'm sorry, you're diall a wrong number i think. I'm not Keyla" jawab gue berbisik sambil menatap ke arah jalanan luar melewati kaca mobil Ryan.

"No. I still remember your voice in my head, you can't lie."

Sampai akhirnya Ryan menyadari akan tingkah gue yang aneh kemudian, ia menanyakan perihal tersebut ke gue. "Siapa, sayang?" Menanggapi itu gue langsung menggelengkan kepala gue menandakan tenang aja gue baik-baik aja.

"Key, who's he?" Tanya Michael lagi terdengar kebingungan setelah mendengar ucapan Ryan tadi mungkin. "Michael, stop asking me a question like that, i have to go, bye" tanpa menunggu persetujuan dari Michael gue langsung menutup telefon yang tersambung itu dan gue pun memejamkan mata gue menahan rasa sakit yang gue ingat ketika saat itu, dimana gue yang sangat menyedihkannya benar-benar berharap bakalan langgeng sama Michael tapi, apa daya gue cuman seorang fans?

He got everything he needs meanwhile hello, i'm here.

Mungkin seperti itulah perumpamaannya. Menyedihkan.

"Key, kamu keliatan kacau gitu, Michael tadi itu temen kamu?"

Idola aku, Yan. Dan sebagian masa lalu aku ada di dia selain sebagai idola dan fans. Balas gue dalam hati.

"Iya, dulu temen aku pas ikut homestay di Australia" jawab gue berbohong. Maaf ya, Yan.

"Bukan lebih dari temen, kan?" Tanya Ryan lagi menyelidik sambil menaikan salah satu alisnya dan dengan cepat gue langsung menggelengkan kepala bahwa menentang pertanyaan yang di lontarkan Ryan itu. "Enggak lah, Yan!" Setelah itu gue terkekeh agar tidak terlihat sedang menutup-nutupi sesuatu.

**

Mikey🐹🎸:

iMessage itu baru saja gue buka setelah akhirnya gue tiba di rumah dengan aman, nyaman, dan selamat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

iMessage itu baru saja gue buka setelah akhirnya gue tiba di rumah dengan aman, nyaman, dan selamat. Oke, tidak jelas.

Setelah membaca pesan itu, hampir saja kejadian saat gue mau melempar handphone gara-gara Michael terulang lagi dan untungnya dibandingkan gue melempar karena ini handphone gue dapetinnya susah jadi lebih baik gue gigit aja. Lebih terdengar enak dan terasa enak.

Gue pun berdebat dengan pikiran gue apakah gue harus menjawabnya atau tidak sampai akhirnya, gue langsung mengetikan jemari gue diatas layar handphone gue.

Keyla: or sometimes you just miss the memories, not the person.

Boleh gue menangis aja sekarang? Setelah apa yang dia lakuin saat ulang tahunnya pas konser di Perancis dan sekarang dia tiba-tiba bilang kayak gitu? Atau gue yang terlalu membawa perasaan berlebihan sama dia dan gak menyadari posisi gue dulu sama sekarang kayak apa dibandingkan dia?

**

Vomments ihik

Meet & Greet 2 | mgc ✔️Where stories live. Discover now