“Jika kau tidak setuju dengan perjodohan ini, kenapa kau tidak menolaknya? Katakan pada orang tuamu bahwa kau tidak mau.”

“Sudah kukatakan, aku menginginkanmu layaknya orang tuamu menginginkan harta keluargaku.” Felix menghela napas sejenak. “Bagiku kedua orang tuamu adalah sampah. Sampah yang menginginkan sampah dari keluargaku. Jika bukan karena kau, aku juga tidak akan sudi menjadi menantu seorang penjudi dan penjual anak gadisnya seperti keluargamu—“

“Sudah cukup!” Aku menamparnya secara refleks karena emosi yang sudah tak tertahankan. Kaki yang sedari tadi sudah kupersiapkan untuk menendangnya seakan tidak berguna. “Sudah cukup kau menghina keluargaku. Pergi kau!” teriakku.

“Apa yang akan kau lakukan jika aku menolak?” Felix menatapku serius tanpa ada rasa marah yang tersembunyi.

Aku merasa tersodok dengan pertanyaannya. Apa yang akan kulakukan? Aku sendiri juga sebenarnya tidak tahu.

Felix menyeringai. “Aku tahu kau tidak akan melakukan sesuatu padaku.”

Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. “Terserah kau saja. Sekarang minggir! Aku mau ganti baju.”

Felix membuka satu tangannya dan mengizinkanku lewat.

Aku membuka lemari untuk memilih kemeja berwarna biru langit dan cardigan berwarna hitam. Kemudian menyambar celana jeans berwarna senada dengan cardigan yang akan kukenakan. Sejenak aku melirik Felix yang ternyata sedang memperhatikanku sambil bersandar di dinding.

“Kenapa melihatku seperti itu?” tanyaku merasa risih.

“Salah jika aku memperhatikanmu?”

Aku menghela napas. “Cepat masuk kamar mandi. Aku akan ganti pakaian.”

“Aku tidak suka disuruh.”

“Aku tidak perduli kau suka atau tidak, yang penting kau harus masuk ke kamar mandi.” Aku menarik tangan Felix dengan gemas dan menyeretnya ke kemar mandi.

Tepat di depan kamar mandi Felix malah menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalami. Dengan sigap ia membenturkan punggungku ke dinding dan menutup pintu kamar mandi dengan kakinya.

“Apa yang kau lakukan?”

“Aku tahu kau akan bekerja di bar milik Elyana bukan? Aku peringatkan sebaiknya jangan.” Felix menatapku serius.

“Dari mana kau tahu aku akan ke tempat itu? Dan apa hakmu melarangku untuk bekerja di sana?”

“Semalam aku datang ke tempat itu. Ternyata tempat itu lebih mirip tempat pelacuran daripada sebuah bar. Lalu aku mendengar Elyana menelepon seseorang dan dalam percakapan itu aku mendengar ia menyebut namamu, Ririn Allyson. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya mereka akan melakukan sesuatu yang buruk padamu.”

Aku menyeringai. “Bibi Elyana adalah orang baik. Kau tidak akan bisa mempengaruhiku untuk membencinya.”

“Aku tidak menyuruhmu untuk membencinya. Aku hanya ingin kau menghindari tempat itu.” Felix menatapku semakin serius. “Percayalah padaku, Ririn.”

“Untuk apa aku percaya pada pemuda sombong sepertimu.”

“Ririn, kumohon!”

“Lepaskan aku.” Aku berusaha memberontak.

“Tidak!”

“Lepaskan!”

“Aku tidak akan melepaskanmu.”

“Apa kau tidak bisa untuk tidak menggangguku sebentar saja, Felix?”

“Aku tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya.  Lebih baik kau ikut denganku daripada kau ke tempat itu.”

Loizh III : ReinkarnasiWhere stories live. Discover now