21. Final Word

345 12 6
                                    

21. Final Word

Kandika benar-benar pulang ke rumah Faizal sejak konfliknya dengan Joash menyebar di seantero sekolah. Janesa dan Eva juga sudah diinterogasi mengenai operasi mereka, begitu pula dengan sisa-sisa anggota Evolusi yang lain.

Anak kelas sepuluh, bukannya berhenti atau merasa tercerahkan, malah mulai memberi nama ship yang cocok buat Kandika dan Faizal-Kandikafa. Sempat mengalahkan kubu Kandikavrin yang sudah terbentuk sejak posting-an foto di Bali. Sedikit-banyak, Avrin terhibur dengan hal itu. Apalagi, Bastian menceritakan Faizal yang datang ke rumahnya untuk meminta maaf dan berakhir jadi bulan-bulanan Terra.

Selama bersabar dengan kekosongan Kandika, dia menghabiskan banyak waktu dengan Tiva. Avrin tidak pernah menduga-duga pikiran anak-anak lain saat mengetahui Tiva sempat mengonsumsi narkoba. Cewek itu toh dinyatakan sebagai korban sekaligus saksi mata. Meski demikian, keputusan Penabur Ilmu sudah bulat. Tiva harus mengulang kelas sepuluh atau pindah sekolah.

Dengan bersemangat, Avrin mengusulkan SMA Nala Dewa. Dia memberi tahu Tiva tentang Terra, kakak Bastian yang menghabiskan masa SMA-nya di sana dan tetap ambisius dengan pelajaran. Masih tampak baik-baik saja sampai sekarang. Diskusi mereka diakhiri dengan menguntit beberapa media sosial Terra. Hingga menemukan satu statusnya yang mereka sepakati sebagai favorit bersama: Kan udah terbiasa berusaha. Masa gagal sekali langsung loyo sih?

Avrin dan Faizal juga sempat mendatangi rapat darurat OSIS mengenai rekonstruksi pengurusnya, juga sistem yang bekerja di sekolah mereka. Memulihkan keadaan SMA mereka yang disorot media karena kasus-kasus yang menimpa belakangan. Memastikan tidak ada lagi yang akan berulah macam-macam. Akhirnya, dicapai kesepakatan untuk mengadakan semacam seminar dengan SMA Nala Dewa mengenai kehidupan sekolah. Membuatnya menjadi kegiatan yang menyenangkan sekaligus bermanfaat.

Kabar terakhir yang Avrin dapat tentang Kandika adalah dia tidak dinyatakan bersalah. Semua kunci jawaban yang dia buat selama ini murni pengawuran. Soal-soal itu selalu dia tumpuk dan dibiarkan menggeletak begitu saja. Kalau ada yang nilainya bagus, berarti kebetulan sedang berpihak padanya. Atau, ada penyebaran kunci lain. Yang jelas, posisi Kandika benar-benar bersih.

Avrin menyelesaikan UAS-nya dengan baik, berkat Tiva yang rela mengajarinya. Dia agak menyayangkan hubungan mereka yang harus berakhir dengan perpisahan ketika sudah merekat seperti kerapatan udara. Sulit dipetakan, tapi begitu diselisik, selalu ada.

***

Pagi itu, Avrin merapikan rambutnya di depan kaca. Sudah enam bulan kamar yang dulunya berantakan kosong melompong. Seolah menegaskan bahwa kebersamaan mereka bukan terjadi karena takdir, tapi karena paksaan situasionalnya saat dia baru berusia dua tahun.

Minggu lalu, Avrin memotong rambutnya sebahu. Dia bahkan mengembalikan poninya. Sama sekali bukan selera Bastian, apalagi Kandika. Rambut itu selurus aslinya, menggantung santai walau tetap berantakan tiap kali siang di sekolahnya menjelang.

Beberapa kali, dia sempat ingin pindah ke SMA Nala Dewa. Keinginan itu menyeruak tiba-tiba tanpa diundang. Seolah kehidupannya di Penabur Ilmu tak bermakna lagi. Kelas sepuluhnya jauh lebih beriak dan penuh ledakan. Ada pihak yang berlawanan dengannya. Sekarang, mau melanggar rasanya tetap hambar. Faizal bakal memakluminya, mendukungnya, alih-alih membentaknya atau memberinya petuah sok bijak.

Sekarang, dinding kamarnya juga ketambahan pajangan baru. Puisi-puisi Jerrico Bimantara yang dia cetak sendiri, mirip metode Faizal. Juga foto-foto kakaknya saat bermain basket. Dan foto mereka berdua memegang bunga liar bareng. Bunga itu diawetkan dan boleh dia bawa pulang seusai diundang Nala Dewa. Mereka berfoto di dekat meja ruang tengah yang menopang akuarium balok besar berisi lima ikan cupang. Sebelum konflik Joash men-cuat.

BerlawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang