Muka gue yang tadinya terlihat normal malah berubah secepat itu menjadi pucat pasi sampai-sampai Ryan langsung menyadari keadaan gue yang aneh sekarang. "Kamu sakit?" Tanya Ryan dan karena gue panik jadinya dengan cepat tanpa ragu pun gue menggelengkan kepala gue pertanda bahwa gue gak apa-apa.

"Yakin, kamu gak sakit?" Tanyanya lagi memastikan dan gue tersenyum untuk meyakinkan dirinya bahwa gue baik-baik aja. "Gak kok, Yan. Aku cuman ngantuk deh kayaknya" balas gue.

Secepat mungkin gue menanggapi pesan yang dikirim Michael melalui iMessage itu.

Keyla: you don't need to explain everything because there's no need to explain, okay?

Kemudian gue memasukan handphone gue ke dalam tas karena malas melihat balasan-balasan lainnya dari internet bestfriend gue ataupun Michael yang tiba-tiba aja ngagetin gue dengan isi pesannya.

Tanpa gue sadari, sekarang gue dan Ryan udah tiba di rumah gue. "Key?" Ucapan itu yang mampu menyadarkan gue dari pikiran yang berkecambuk tadi.

"Eh, ya, Yan?" Tanya gue bingung karena kenapa juga mobil berhenti. Ryan langsung terkekeh setelah mendengar pertanyaan gue dan gue semakin bingung dengan tanggapannya itu. "Kamu ini, bengong terus sih kerjaannya. Kita tuh udah sampe di rumah kamu" balas Ryan masih tetap tidak meninggalkan senyuman khasnya.

"Oh iya ya? Yaudah deh, aku turun dulu ya, bye!" Ucap gue setelah gue menyadari kecerobohan gue yang lagi-lagi gue lakukan. Ryan segera menaruh telapak tangannya dj atas kepala gue lalu tanpa ragu langsung mengacak-ngacaknya. "Bye, anak ceroboh!" Ledeknya dan gue langsung memberikan wajah sebal gue setelah mendengar ucapannya barusan.

Ryan memang tidak turun dari mobil karena mama alias mama Ryan punya keperluan yang mengharuskan Ryan menjalankan kewajiban sebagai anak untuk mengantar mamanya. Saat gue berjalan memasuki rumah dan berusaha membuka pintu depan, suara seseorang yang tidak asing di kuping gue terdengar. Entah ini sebuah khayalan aneh gue setelah berkali-kali memikirkan hal yang tidak mungkin atau ini memang nyata, tapi yang jelas gue malah terdiam dan malah tidak melanjutkan  aksi membuka pintu rumah gue bagian depan.

"Keyla" ucap orang itu yang saat ini gue ketahui posisinya sudah ada di belakang gue melihat bayangan yang lebih besar dari diri gue mampu membuat gue menyatakan kesimpulan secepat itu. "Keyla" ucapnya lagi-lagi yang membuat gue berfikir apakah ini suara dia atau bukan dan karena gue sudah sangat amat penasaran maka dengan cepat gue langsung memutarkan tubuh gue untuk memastikan apakah orang itu benar disini, dibelakangnya, didekatnya, atau mungkin tidak?

Gue akhirnya langsung memutar tubuh gue untuk menghadap tubuh orang itu dan begitu gue melihatnya, gue hampir saja berteriak sama seperti 6 tahun yang lalu ketika gue mendapatkan tiket meet and greet dari radio yang gue sering dengarkan tapi untungnya saja gue tidak melakukan hal bodoh itu karena posisinya, gue sudah berusaha untuk mencoba sedikit saja menahan jiwa-jiwa fangirling gue.

Dia disini —dihadapan gue masih sama seperti dulu hanya saja wajahnya tidak bisa membohongi gue kalau ia semakin bertambah tua.

"I'm here" ujarnya dengan senyum tipisnya setelah gue menatap ke arah kedua matanya tapi karena rasa gugup yang benar-benar tidak bisa gue kontrol, gue langsung menatap ke arah sepatunya yang mana menurut gue lebih menarik kali ini.

"Look at me" dia bahkan dengan berani mulai mendekat —mendekat ke arah gue sampai akhirnya, gue mendongak dengan cepat. "Michael, please stop. If someone recognize you, i'm the one who'll be blame by your fans!" Ucap gue dengan intonasi yang tanpa gue sadari sudah meninggi.

"Oh? But, i remember again that you're my fans" bahkan jawabannya masih terdengar seperti meledek dan layaknya tanpa dosa setelah 6 tahun kita sama-sama tidak saling menghubungi satu sama lain lalu, dengan seenaknya dia main bersama groupienya saat itu.

"Michael, please just stop doing this, okay? We're over. You don't remember or you're amnesia just like one of your band's song?"
Sindir gue tapi, tanpa menanggapi hal itu Michael kembali mendekat dan lagi, ia juga tidak memperdulikan ucapan-ucapan gue yang sudah menahannya untuk mendekat.

Tanpa aba-aba lagi dan dengan satu hentakan, dia langsung menarik gue ke dalam pelukannya. Dan bahkan, pelukannya tidak berubah —tidak akan pernah berubah. Selalu bisa membuat diri gue serta hati gue bergetar dan mampu membuat gue nyaman berada di pelukannya.

"Keyla, i miss you" ucap Michael sambil sesekali menghirup puncak kepala gue dan masih tetap memeluk gue lalu, melangkahkan kakinya ke kanan dan kiri layaknya teletubbies yang dibully saat saat dulu gue masih SMA.

"Tell me that you miss me too" tambahnya masih tetap dalam posisi yang sama. Oh, jangan lupa fakta yang satu ini, pelukannya saat ini menurut gue malah semakin membuat gue merasa lebih hangat dari beberapa tahun yang lalu.

Terlalu nyaman hingga rasanya gue tidak ingin melepas. Naif.

"Please, tell me. I know you are, Keyla" ujar Michael yang terdengar seperti bisikan saat ini sampai akhirnya gue tidak tahan karena sedari tadi menahan tangisan gue.

"Michael" balas gue akhirnya tapi dengan nada yang sama —terdengar sangat miris dan lebih ke arah lirihan.

**

Vomments. Nga tau dapet feel apa kaga dah tp ngh pgn ketemu michael :(

Meet & Greet 2 | mgc ✔️Where stories live. Discover now