|| Kuroo Tetsurou ||

11.3K 920 112
                                    

"Kau dimana tetsu ? ... "

Kuroo meminta gadis berambut (H/C), pacarnya, untuk menunggu di taman dekat rumah gadis tersebut. Masalahnya, sudah sekitar 30 menit pacarnya itu dengan kaus (F/C) polkadot seperut dan celana coklat panjang itu, menunggu di salah satu bangku panjang bewarna cream di sekitaran taman.

(Name) melihat jam berwarna putih yang melingkari tangan kirinya, jam pasangan dengan kapten klub voli nekoma itu, yang mereka beli saat kencan sebelum sebelumnya.

Kuroo berjanji akan datang 10 menit sebelumnya. (Name) yang mendengar ajakan kencan dari kuroo secara langsung, sejak terakhir kali lelaki itu mengajaknya 2 bulan yang lalu, Gadis itu langsung menganggukkan kepalanya senang. Berpikir, mungkin pemuda bersurai hitam itu ingin making up atas sikap anehnya beberapa hari terakhir.

Kuroo seperti menjauhi pacarnya sendiri. Setiap (name) mengajaknya untuk pergi kencan atau sesuatu yg melibatkan waktunya bersama gadis itu, ia selalu memiliki alasan. Gadis itu terus mencoba percaya pada pemuda itu. Berpikir kalau kegiatan sekolah dan klub mulai membebaninya , sehingga (name) membiarkannya.

Walau begitu, bagaimanapun kecurigaan tak mungkin terbesit di hati gadis beriris (E/C). Dan perasaan buruk itu semakin membesar sejak kuroo jarang memberinya pesan atau  menjawab pesannya. Begitu juga dengan telfon.

"Kumohon, angkat telfon nya... " (name) mencoba menelfon dan mengirimi kuroo pesan beberapa kali. Dan tak satupun dari komunikasi itu dijawab, membuat sang gadis semakin resah.

Makanan yang ia makan pagi tadi terasa akan keluar dari mulutnya. Seakan mengingatkannya terhadap perasaan buruk yang ia simpan selama beberapa minggu terakhir. Ia menggeleng kepalanya pelan sambil berbicara positif pada dirinya sendiri.

‘tidak, jangan berpikiran yang buruk (name). Semua akan baik-baik saja.’

"Semoga tidak terjadi apa-apa pada tetsuro. " gumam (name) lemah. Disaat itu juga tetesan air mulai membasahi pipi dan pucuk kepalanya.

Gadis itu mendongak, tak menyadari langit menggelap. Tetesan air yang lainnya pun ikut turun dengan deras.

"Arghh terkutuklah berita cuaca!, Aku lupa bawa payung " gerutu gadis berambut (H/C). Mencoba melindungi kepalanya dengan kedua tangan yang ia lipat diatasnya, mendelik ke setiap ujung taman, mencari tempat berteduh. Sayangnya hanya ada pohon - pohon yang tak cukup lebat untuk melindungi badan mungilnya.

‘Aku akan tetap disini, aku percaya tetsu’ pemikiran naif (name) disanggah oleh waktu yang telah berlalu 15 menit sejak hujan turun. Gadis itu tak melihat sebuah surai hitam atau sosok yang ia sangat familiar muncul dihadapannya.

Penampilan yang susah-susah ia tata rapi sebelum mendatangi taman, berantakan. Basah kuyup dari atas sampai bawah. Badannya yang telah menggigil oleh angin dingin hujan, semakin lama memanas. Menandakan ia akan demam.

Giginya ia gertakan, karna tidak berhenti gemetar karna rendahnya suhu disekitar. Diikuti suara bersin berkali-kali. Kedua pipi, bawah mata, dan hidungnya memerah.

Iris (E/C)nya meredup, lesu. Ia tak berhenti menyusuri pemandangan disekitar taman. Setia mencari pemuda yang ia tunggu dan percayai sedari tadi, tapi tiap detiknya terus memberikan perasaan kosong dan putus asa di dalam gadis itu.

Ketika ia berusaha berdiri untuk meninggalkan bangku taman, Kakinya yang sudah terasa beku karna dingin hujan melawan keinginannya, membuatnya meringis kesakitan. Disaat itu juga sebuah payung besar berwarna hitam memasuki penglihatan (name) yang kabur.

Sepasang insan berada di bawah payung tersebut, nyaman dan berbincang hangat dibawah hujan. (Name) mengucek matanya dan surai hitam nan familiar terlihat, seketika pupil (name) memfokus pada salah satu sosok dibalik payung tersebut.

Gadis itu sangat tahu siapa sosok tersebut, tapi ia mencoba memutar balikkan fakta yang menamparnya keras saat ini. Sampai surai hitam itu mendekatkan wajahnya ke perempuan misterius yang sepayung dengannya. Gadis itu menutup mulutnya dramatis, “tidak….”

"TETSUROO "

Teriakan serak yang putus asa, tertangkap oleh gendang telinga kedua insan yang hampir ‘bertemu’ satu sama lain itu. Pemuda dibalik payung itu terkesijap, irisnya melebar melihat penampakan mengenaskan pacarnya.

"(Na-nam-name) ? Kau kehujan-- "
"Kau yang menyuruh ku kesini !"
"(Name) aku-- "
"APA ?! "

Kuroo terdiam, mulutnya terbuka lalu kembali menutup. Tak tahu apa yang akan ia katakan untuk membela diri. Keadaan yang terjadi di depan mata (name) saat ini sudah cukup nyata dan jelas. Pemuda itu bukan penjelajah waktu yang bisa memutar balik waktu seenaknya dan mengubah keadaan dimana ia berada sekarang.

"Apa? Kamu mau bicara apa? KATAKAN! " suara (name) yang lantang dan tegas melawan suara deras hujan, diikuti isakan berat nan menyedihkan darinya. Wajahnya yang pucat dipenuhi keringat gelisah, air mata, dan tetesan hujan yang tak berhenti membasahinya. Jantungnya tak berhenti berdegup kencang, membuatnya semakin susah untuk bernafas.

"Aku percaya padamu.. aku menunggumu... aku mencoba mengerti "
"......"
"Aku membiarkan diri ku kehujanan, berharap kau akan memberikan ku kehangatan setelahnya …….."
"A-a-ak- aku ...."
"Apa? mau bilang kita putus? Kenapa tidak dari AWAL! "
"(Name) tenangkan dirimu, kamu terlihat dem-- " kuroo pun keluar dari perlindungan payung hitam miliknya. Mencoba menggapai badan (name) yang bergetar hebat, diiringi isakan yang keras.

Kedua tangan pemuda yang biasa mereceive bola voli dilapangan, ditepis kasar ketika hampir menyentuh bahu gadis berambut (H/C) didepannya.

Perasaan buruk yang selalu tersimpan dan mencekam dada (name), membuat kepalanya penat dan susah fokus. Terkadang badannya yang sudah terbilang lemah itu menjadi lebih lesu dari biasanya, depresi akan ketidaktahuannya terhadap kondisi pemuda yang selalu ia khawatirkan setiap waktu. Semua perasaan itu sekarang terpancar di wajah (name), tatapan benci dan dendam menusuk tajam ke dalam tatapan pemuda didepannya.

"AKU MENCINTAI MU, TAPI KARNA ITULAH AKU MEMBENCI MU !! " Tangisan (name)pun tak dapat dikontrol setelah ia melemparkan kalimat tersebut dari mulutnya. Ia berlari meninggalkan lelaki bersurai hitam yang menunduk, menatap rumput basah dibawah kakinya.

‘Kenapa....kau lakukan ini....’

Kuroo masih setia menatapi rumput dibawah kakinya. Tatapannya mengosong, pasrah. Sesuatu di tempat terdalam dalam dirinya mengatakan untuk berlari mengejar, tetapi badan dan otaknya memaksa melakukan tindakan kejam yang lebih menguntungkan dirinya.

‘tetsuro…’

Pucuk kepala dan bahunya yang disirami oleh dinginnya hujan, terasa berhenti mengalir dari kepalanya untuk turun membasahi celana jeans hitamnya. Sebuah lengan hangat menautkan diri dengan lengan kiri kuroo yang mulai dingin. Payung hitam miliknya kembali melindungi dia.

‘ apa aku berbuat kesalahan fatal ?’

“ ayo pergi” Gadis misterius yang tersenyum hangat menyiratkan sesuatu pada kuro, menarik lengannya agar lelaki itu tersadar dari lamunannya.

"Ya " sahut pemuda itu lemah,kembali berjalan bersama gadis yang memegang payungnya sedari tadi.

‘ kenapa kau menyakitiku dengan menjadikan perasaan ku sebagai tombak untuk menusukku berkali-kali?’

(Name) yang berhasil pulang ke rumah, terpleset didepan kamarnya. Lantai yang ia lewati, semuanya licin dan basah terkena tetesan air dari baju dan rambut (H/C)nya.

Tangisan yang menyesakkan dadanya sendiri masih terdengar, mengisi kesunyian rumahnya yang gelap karna hujan diluar. Dirinya yang sudah terlalu lemah akan mental dan fisik, tak bisa menjauhkan dirinya dari lantai keramik dingin rumahnya, yang hanya akan memperburuk kondisi badannya yang sudah seperti mayat.

‘ aku menyesal mencintaimu…’






Gak dapet ya baper nya ? serasa baca sinetron ? wkwkwkwkwk,

Kalau dapet vote atau komen oke ?

Next : Sugawara Koushi

HAIKYUU ! X Reader OneshotΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα