Hanya dengan bermodalkan insting, Sehun mendekati pintu yang menurutnya sumber suara alunan gitar itu. Pria itu membuka pintu kasar sebelum Seulgi sempat mengejar langkahnya, ia bisa lihat Wendy terkejut sambil menatapnya tak percaya.

"YA! Kau, Son Wendy! Keluar kau! Ayo kita bicara! Bisa – bisanya kau buat Chan—Hmph!" Sehun mulai berteriak sambil mengacungkan sebelah tangannya pada Wendy, namun untung Seulgi menang cepat. Gadis itu menarik Sehun keluar dari kamar Wendy sambil berucap, "Wan-ah, jangan pedulikan pria ini! Kau teruskan saja latihannya, aku tutup ya!" Ia menutup pintu kasar karena sedikit kuwalahan menahan tubuh Sehun yang bergerak macam cacing kepanasan.

"Bisa diam tidak, sih?" Seulgi menyentak kesal pada Sehun yang tengah menatapnya tajam. Mereka sudah kembali di ruang tengah.

"Tidak bisa! Kenapa memang? Mau marah lagi? Hei, sekarang katakan! Apa perbuatanku salah? Aish, aku selalu saja salah di kedua matamu." Sehun meracau seperti anak kecil yang tengah kesal pada kakak tertuanya. Seulgi memutar bola mata, ia mengambil satu botol air mineral yang sisa setengah di atas meja. Disana masih berantakan oleh sisa bungkus makanan ringan milik Yeri dan Joy yang kemarin malam habis menonton film horor terbaru. Jangan tanya Seulgi, gadis itu anti dengan film horor. Mendengar samar suara televisi dari dalam kamar saja sudah membuatnya merinding, apalagi melihatnya secara langsung.

"Minum ini dulu! Lalu duduklah, aku akan menjelaskan semuanya." Sehun menyahut botol mineral itu kasar, lalu meminumnya setelah duduk di atas sofa. Hanya beberapa tegukan sebelum ia menjauhkan botol dari mulut.

"Tunggu, ini bekas siapa?"

Seulgi yang baru saja membereskan meja dan membuang sampah kembali sambil berucap, "Yerim." Dengan singkat.

"Apa?! Kenapa tidak bilang?!" Cepat – cepat Sehun menaruh botol itu kembali di atas meja tak suka. Seulgi duduk di samping pria itu sambil menaikan alis.

"Kenapa memang?"

"Dia kan jarang mandi!"

"Aish, meski Yerim jarang mandi tapi dia tetap rajin gosok gigi dan cuci muka kok. Jangan berlebihan!" Lagi, Seulgi berperan sebagai ibu yang mengurus anaknya.

"Tapi tetap saja! Seharusnya kau memberiku minuman botol bekasmu saja. Aku lebih rela menyentuhkan bibirku disana dari pada di botol bekas orang lain."

Seulgi menghela napas malas. Ekspresi Sehun memang tidak bercanda, pria itu menampakan ekspresi tertekan karena habis minum air dari botol bekas Yerim. Oh sungguh, Seulgi berpikir ulang kenapa bisa berteman dengan mahkluk hina ini.

"Berhenti bersikap berlebihan dan sekarang dengarkan aku!"

Sehun menoleh ke arah Seulgi. "Tentang apa?"

"Bodoh, tentang Son Wendy lah!" Kesabaran Seulgi sudah mulai melampaui batas. Sehun selalu saja membuatnya marah – marah. Pria itu tiba – tiba kembali ber-ekspresi kesal.

"Ah, ya! Pembelaan apalagi yang mau kau katakan?!"

"Pokoknya kau salah paham. Chanyeol oppa juga salah paham. Wendy tidak bermaksud memutuskan Chanyeol, tapi ada alasan di balik itu semua."

"Alasan apa lagi?"

"Setelah aku katakan, aku berharap kau ikut membantu Wendy. Bisa, kan?"

Sehun menghela napas pendek. "Baiklah, ku dengar dulu apa alasannya."

***

Chanyeol mengusap peluh di pelipis menggunakan handuk selagi kedua kakinya masih berlari cepat di atas treadmill. Waktu kosongnya ia buat 50% untuk berolahraga di gym, 40 % mendekam di dalam studio musik tanpa membuahkan hasil, dan sisanya ia buat istirahat meski sulit untuk terlelap. Bukankah ia sudah bilang, kalau dalam keadaan kacau, yang ia lakukan pasti mencari kesibukan?

MOMENTSWhere stories live. Discover now