FOUR

50.9K 2.2K 8
                                    

One month later ...

Sudah sebulan kejadian itu berlalu, dan sudah seminggu pula Elle terkapar lemah, setiap paginya perut wanita itu akan bergejolak, dan di malam harinya wanita itu akan seperti maniac makanan.

Setelah memuntahkan cairan bening, tubuh Elle melemas. Wanita itu memilih berbaring di ranjang sambil memainkan ponselnya. Hingga satu notifikasi membuat aliran darah Elle seakan terhenti.

'Hi, Elle. Sudah kah kamu mendapatkan period mu bulan ini? Ayo catat tanggal period mu!'

Kepala wanita itu menggeleng cepat, berusaha mengusir kemungkinan negatif yang bersarang di pemikirannya. Wanita itu berusaha mengatur nafas, dan menenangkan dirinya.

Setelah mendengar deru mobil yang ia sangat kenali menghilang, wanita itu segera mengganti pakaiannya. Wanita itu bergegas keluar dari rumahnya menuju garasi, dan mengendarai mobilnya.

Elle kembali menenangkan dirinya saat ia sampai di apotek. Sebelum turun, wanita itu menyempatkan diri untuk memakai masker agar tak ada yang mengenali dirinya.

Kaki Elle melangkah memasuki apotek, dan ia langsung di sambut sapaan ramah pegawai apotek tersebut. "Selamat siang, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" ujar pegawai itu.

"S-saya mau beli, testpack," ujar Elle pelan.

Pegawai itu menganggukkan kepalanya paham, lalu ia memberi tiga macam testpack pada Elle. "Ini, Mbak. Mau yang mana?" tanya pegawai itu.

"Semuanya," jawab Elle yang di angguki pegawai tersebut.

"Boleh saya bicara sesuatu, Mbak?" tanya pegawai itu pada Elle. Menimbang sebentar, akhirnya Elle menganggukkan kepalanya.

"Apapun hasilnya nanti, entah positif atau negatif. Saya mohon jika dia benar hadir, jaga dia sebaik mungkin Mbak. Banyak yang mengharapkan kehadirannya, namun tuhan belum mengizinkan. Mbak sudah di beri anugerah, pertahankan dia sebaik mungkin ya," hati Elle berdesir, entah atas dasar apa wanita itu menganggukkan kepalanya.

"Pasti," ujar Elle.

Pegawai apotek itu tersenyum. "Saya yakin, Mbak orang yang kuat. Mbak wanita hebat, dia pasti bangga sama ibunya," ujar pegawai apotek itu tulus.

Setelah membayar belanjaannya, Elle segera bergegas keluar dari apotek dan memasuki mobilnya. Elle memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, untuk kembali ke mansion.

Sesampainya di mansion, Elle segera berlari menuju kamarnya. David yang tengah menonton televisi pun mengikuti langkah sang adik. Di dalam kamar mandi, tangan Elle gemetar menunggu hasil dari ketiga testpack yang terendam di dalam gelas.

Beberapa menit menunggu, Elle mengambil ketiga testpack itu sambil memejamkan matanya. Wanita itu menarik dan menghembuskan nafasnya berkali-kali guna menghilangkan kegugupan.

Dengan perlahan, Elle membuka matanya. Seketika pegangan pada tiga testpack itu mengerat, perlahan tapi pasti air mata Elle mulai membanjiri pipinya. Elle mengelus perut ratanya dengan tangan yang bebas.

Beberapa waktu ia menangis, akhirnya Elle keluar dari kamar mandi masih dengan tiga testpack di genggamannya. Tubuh Elle menegang kala mendengar suara David.

"El, are you okay?" tanya David. Pria itu berjalan mendekati sang adik, hingga matanya terpaku pada benda yang berada pada genggaman Elle.

Dengan cepat, David merebut benda itu dari tangan Elle. Darah David seketika berhenti, nafasnya tercekat. Dadanya sesak, adiknya positif hamil. Masa depan adiknya rusak, dan ini karenanya.

Langsung saja David merengkuh tubuh sang adik. Mereka berdua menangis sambil berpelukan, tangan David mengelus punggung sang adik dengan sayang. Elle meraung dalam pelukan David.

"Semua akan baik-baik, aja," ujar David berkali-kali tepat di telinga Elle. Tapi Elle tetap bungkam, dan hanya isakan yang terdengar.

Tanpa sadar, Elle tertidur dalam pelukan David. Segera saja David mengangkat tubuh lemah itu, dan membaringkannya di atas ranjang. David mengecup kening Elle. "Maafin Kakak, Sweetie," ujar David.

Laki-laki itu lalu meletakkan testpack yang tadi ada di genggamannya ke atas nakas, setelahnya kaki David melangkah keluar dari kemar Elle menuju kamarnya.

- - -

Elle telah bangun dari tidurnya, matanya menatap dengan lekat ketiga benda di atas nakasnya. Setelah diam cukup lama, akhirnya Elle menghela nafas panjang. Ya, ini yang terbaik batin Elle.

Wanita itu beranjak dari ranjangnya menuju walk in closet, Elle mengeluarkan koper terbesar yang ia punya. Elle memasukkan semua pakaian santainya, hoodie, semua celana panjang, dan dalaman.

Setelahnya, Elle mengambil sling bag miliknya lalu memasukkan semua testpack, pengisi daya, ponsel, serta dompet. Wanita itu melangkahkan kakinya menuju meja belajar.

Elle mengambil selembar kertas dan juga pena, lalu ia menuliskan pesan untuk David, Mama, dan juga Papanya. Setelah itu ia menarik kopernya menuju garasi, ia memasukkan kopernya ke dalam bagasi.

Setelah di rasa siap, akhirnya Elle mulai mengendarai mobilnya meninggalkan mansion tempat ia di lahirkan dan di besarkan. Ini berat, tapi ini yang terbaik. Maafin Elle Bang, Ma, Pa, Elle sayang kalian batin Elle.

- - -

Setelah kepergian Elle, David terbangun dari tidurnya. Pria itu berjalan menuju kamar sang adik guna mengecek keadaannya, dahinya mengerenyit kala tak mendapati sang adik.

Ia menelusuri semua tempat mulai dari kamar mandi, walk in closet, namun nihil. Tidak ada sang adik disana, hingga pandangannya tertuju pada sebuah kertas di atas meja belajar.

'Dear Kakak, Mama, dan Papa.

Maafin Elle yang belum bisa buat kalian bangga, maaf Elle yang kadang egois karena kangen sama Mama dan Papa, maafin Elle yang sering ngambek karena perjalanan bisnis kalian.

Elle bangga dan sayang sama kalian, Elle pamit. Elle mohon, jangan cari Elle. Ini semua demi kebaikan kalian, Elle kotor, Elle udah enggak suci lagi. Elle enggak mau buat kalian malu, dan nama keluarga kita tercoreng.

Ma, makasih ya udah jadi wonder womannya Elle dan Kakak. Maaf Elle kadang acuh sama mama, Elle Cuma mau perhatian Mama. Elle kangen di belai rambutnya sama Mama, Elle kangen masak bareng Mama, Elle juga kangen nonton film bareng Mama, Papa, sama Kakak.

Pa, makasih udah jadi pangeran pertamanya Elle. Makasih buat semua kasih sayang Papa, Papa adalah cinta pertamanya Elle sejak Elle ada di dunia ini. Semoga tuhan selalu curahkan cinta dan kasihnya buat Mama, Papa, dan Juga Kakak.

Kak, makasih udah jadi supermannya Elle. Makasih udah selalu jagain Elle, jaga Mama dan Papa ya, Kak. Ingetin mereka buat istirahat, dan jangan sampe jatuh sakit. Kalian selalu ada di hati Elle.

I love you, all.

Your Princess,

Ellena Oswald Mackenzie.

Air mata David tak henti mengalir sejak awal membaca surat itu, adiknya yang selalu ia jaga kini pergi. Andai ia tak mabuk kala itu, andai ia tepat waktu menjemput Elle, Andai, dan semua tinggal andai.

Air matanya di paksa berhenti kala Bi Yanti menghampirinya. "Permisi, Den. Anu ... Nyonya sama Tuan sudah pulang, mereka ada di bawah," ujar Bi Yanti yang di jawab anggukkan kepala oleh David.

David mengatur nafasnya, lalu ia turun menghampiri kedua orang tuanya dengan surat dari Ellena di genggamannya. David dengan kencang berlari, lalu memeluk sang ibu –Fania– sambil menangis.

"Hei, Son. Kamu kenapa?" tanya Fania.

Gennaíos Lámpsi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang