FIFTEEN

31.4K 1.1K 13
                                    

Huhuuuu, hello everyone!
I'm back! xixixi
masih ada yang nungguin cerita ini ga yaa :'( oke, aku harap kalian masih antusias dengan cerita aku ini.

so... don't forget to vote and comment! biar aku makin semangat xixi

Happy Reading ❣️

Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Hari-hari yang biasanya sepi kini terlewati dengan hangatnya kebersamaan bersama keluarga yang dicintainya.

Seorang wanita dengan perutnya yang telah membesar tengah berkacak pinggang sambil menyirami tanaman di halaman kecil rumahnya, sambil sesekali mengelus perut besarnya itu dan menghapus peluh yang membasahi keningnya.

Senyum wanita itu mengembang, kala melihat wanita yang amat disayanginya berjalan keluar dari rumah besar di sebrang rumahnya dengan senyum tulus, dan tak lupa tas besar dengan merek kenamaan di tangannya.

"Kemarin tempat tidur, stroller, baju. Sekarang apa lagi, Ma?" tanya Elle pada Fania sambil menggelengkan kepalanya.

Fania tersenyum mendengar pertanyaan Elle, pasalnya sejak kemarin putrinya itu mengeluh dengan semua barang yang ia dan suaminya belikan untuk calon cucu mereka. Bagaimana putrinya itu tidak jengkel kalau satu kamar di rumahnya sudah berisi perlengkapan bayi pemberian dirinya dan sang suami.

"Ini, kemarin temen Mama di Aussie. Terus pas kita video call, dia kasih liat baju baju bayi ini. Terus Mama langsung kebayang, cucu Mama pasti bakal ganteng pake baju baju ini, ya Mama beli lah," jawab Fania santai di akhiri senyum yang terkesan meledek sambil mengedipkan sebelah matanya.

Elle mengehela nafas lelah, rasa rasanya percuma saja ia mengeluh akan kamar anaknya yang saat ini terlihat seperti gudang karena semua barang-barang yang dibeli oleh Fania, Adrian, dan juga David. Namun dibalik itu semua, Elle bersyukur karena keluarganya sangat menanti kelahiran anaknya ini. "Sehat sehat, Sayang. Disini banyak yang sayang dan nunggu kamu," batin Elle sambil tersenyum dan tangannya bergerak mengelus perut yang mendapat tendangan kecil dari jagoannya itu.

Fania tersenyum kala mendapati senyum tulus menghiasi wajah cantik anaknya itu, tangan Fania bergabung dengan tangan Elle untuk mengelus perut buncit milik Elle. "Uhh... cucu Oma lagi main bola ya, Sayang?" tanya Fania saat tangannya yang berada di perut Elle mendapatkan tendangan kecil.

"Iya, Oma," Sahut Elle sambil menirukan suara anak kecil.

Fania terkekeh mendengar jawaban dari Elle. "Oh iya, El. Mama mau pergi dulu ya, ada yang harus mama urus. Mungkin dua, atau tiga jam an. Enggak apa apa?" ujar Fania.

Elle mengangkat pandangannya, dan menatap Fania sambil tersenyum. "Enggak apa apa, dong Ma. Nanti Kak David juga pulang kan?" tanya Elle. Pasalnya kemarin David memang memberi kabar di grup keluarga bahwa dirinya akan sampai sekitar siang hari dari perjalanan bisnisnya.

Fania menganggukkan kepalanya. "Iya, tadi juga anak itu telepon Mama. Udah mau take off katanya,"

Fania menyerahkan beberapa tas di tangannya kepada Elle, setelah semua tas dengan merek terkenal itu bepindah tangan, Fania segera bergegas kembali kerumahnya untuk bersiap-siap. Melihat Fania sudah memasuki mansion, akhirnya Elle memutuskan untuk masuk ke dalam rumahnya dengan tangan yang penuh tas berlogo merek terkenal.

- - -

waktu berlalu, kini matahari sudah mulai terbenam. Elle yang tengah menyaksikan salah satu film dengan genre romantis tiba-tiba saja mengaduh kala merasakan sakit di bagian perutnya. Tangan Elle bergerak untuk mengelus perutnya.

Gennaíos Lámpsi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang