TWENTY TWO

29.8K 1.2K 26
                                    

Don't forget to vote and comment everyone!!
Xixi biar makin semangat ni author nulisnya.

Hope you enjoying this part,
Happy reading ❣️

-
-
-

Allard tersadar dari lamunannya saat merasakan tepukan pada bahunya, kepala Allard menoleh dan mendapati Felix di sana. "Balik, ke apart Lo. Gue tunggu penjelasan Lo, tentang cewe tadi dan anaknya," Ujar Felix sebelum melangkahkan kakinya menuju mobil Allard.

Allard menghembuskan nafasnya, seraya menatap mainan di tangannya dan Felix yang berdiri di depan mobil menunggu dirinya bergantian. "Well. cepat atau lambat, Gue emang harus jujur," Monolog Allard sebelum menyusul Felix dan mengendarai mobilnya menuju apartemen.

Setelah berkendara beberapa waktu, akhirnya mobil yang di kendarai Allard telah sampai di basement apartemen miliknya. Setelah memarkirkan dan menekan tombol untuk membuka bagasi mobilnya, Allard keluar dari mobil diikuti Felix.

Felix menurunkan kopernya yang berada di bagasi mobil Allard, lalu berjalan mengikuti Allard memasuki lift menuju unit milik lelaki itu. Hanya keheningan yang ada melingkupi keduanya.

Setelah pintu lift terbuka, Allard lebih dulu keluar dan memasuki unitnya di buntuti Felix. "Simpen barang-barang Lo, di kamar yang itu," Ujar Allard dengan menunjuk pintu yang berada tepat di samping kamarnya. Setelah melihat Felix memasuki ruangan yang ia maksud, Allard memutuskan untuk mendudukkan dirinya di sofa panjang yang menghadap ke arah tv seraya memejamkan mata dan mendongakkan kepalanya.

Setelah meletakkan koper miliknya, Felix menghampiri Allard dan duduk di sebelah lelaki itu. Sementara Allard membuka mata dan menolehkan kepala saat merasakan sofa sebelahnya bergerak.

"Jadi?" Tanya Felix membuka suara.

Allard menghela nafasnya sesaat, lalu tatapannya menerawang jauh ke kejadian beberapa waktu lalu. "Gue perkosa anak orang, Fel," Jawab Allard dengan nada yang terdengar lirih.

Felix menoleh ke arah Allard yang sedang menundukkan kepalanya. "Bangsat. Gue kira, Lo beda sama Gue yang emang hobi main sama jalang. Ternyata, apa? Lo lebih brengsek–" Sinis Felix. Dengan perkataannya yang menggantung.

"–Kalo Gue, si jelas. Nyewa jalang, dan mau sama mau. Enggak maksa, dan ngerusak masa depan anak orang," Lanjut Felix yang berhasil menohok Allard.

Tak mendengar jawaban dari Allard, Felix menolehkan kepalanya dan mendapati Allard tengah mengadahkan kepalanya dengan mata yang terpejam erat.

"Kenapa Lo enggak tanggung jawab, Al? Kenapa Lo enggak cari dia? Kenapa Lo diem aja bangsat?! PENGECUT!" Ujar Felix terus menerus memojokkan Allard, dan membuat Allard akhirnya angkat bicara.

"LO ENGGAK TAU APA-APA, ANJING! GUE CARI DIA, SETELAH KEJADIAN ITU. GUE UDAH KERAHIN ANAK BUAH GUE, BANGSAT. LO BAHKAN ENGGAK TAU, KALO TIAP MALEM GUE ENGGAK BISA TIDUR TENANG KARENA DI BAYANGIN SAMA RASA BERSALAH GUE! GUE CUMA TAU MUKA, GUE ENGGAK TAU NAMA DIA SIAPA. DIA ENGGAK NINGGALIN JEJAK APAPUN, SELAIN KALUNG YANG BANDULNYA INISIAL NAMA DIA!!" Teriak Allard murka. Akhirnya semua hal yang selama ini ia pendam sendiri, harus ia ungkapkan juga.

"Gue cari dia, Lix. Gue bahkan selalu mimpiin anak bayi yang manggil Gue Daddy, Gue frustasi Lix. Dan setelah semua itu, Gue baru berhasil nemuin Dia. Tapi Dia bilang, anak Gue udah mati Lix," Ujar Allard lirih. Bahkan kini Allard sudah tidak bisa membendung tangisnya lagi, ia akui. Ia sangat lemah jika membahas tentang anak.

"Bangsat, Gue ikutan nangis," Umpat Felix seraya mengusap ujung matanya, lalu memeluk Allard.

"Gue bakal bantu Lo, Al. Kita selesaiin masalah Lo bareng-bareng," mendengar penuturan Felix, Allard yang merasa terharu membalas pelukan teman setannya itu tak kalah erat.

"Thanks, Lix," Ungkap Allard tulus.

- - -

Allard dan Felix tengah menikmati makan malam mereka, yang baru saja Allard pesan melalui ojek online beberapa waktu lalu seraya membicarakan tentang masalah yang menimpa Allard.

"Jadi. Lo udah tau, siapa wanita itu?" Tanya Felix setelah memasukkan gulungan pasta ke dalam mulutnya.

"Dia mahasiswa Gue, Lix. Namanya, Ellena Oswald. Dan yang Gue tau, dia mahasiswi yang cukup aktif. Udah, cuma itu," Jelas Allard seraya menatap Felix.

"Itu kampus punya Lo, Al. Dan cuma segitu, informasi yang Lo dapet? Are you fucking kidding me? Gue, rasa. Dia bukan orang sembarangan, Al. Soalnya dia cuma nyerahin data diri yang minim, Bro. You know what i mean," Tutur Felix menyuarakan pendapatnya.

Allard termenung sejenak, hingga tak lama ia ikut menganggukkan kepalanya. "Lo bener, Lix. Anjing. Baru kepikiran Gue," Ujar Allard seraya membanting garpu yang ada di tangannya cukup keras.

"Tapi dia siapa, Lix. Cuma keluarga Gue, David, sama Lo aja yang berpengaruh di negara ini. David anak tunggal, Lo cuma punya satu sodara. Terus siapa bangsat?!" Frustasi Allard seraya mengacak kasar rambutnya.

"Terus. Apa, rencana lo selanjutnya Al?" Tanya Felix.

"Gue belum tau, Lix. Tapi yang pasti, Gue bakal coba buat deketin Ellena dulu," Tutur Allard. Felix menganggukkan kepalanya, tanda ia paham maksud Allard.

"Calm, Dude. Gue bakal bantu Lo, Al. By the way, David apa kabar ya? Terakhir, Gue ketemu sama di itu waktu di London beberapa minggu lalu. Itu juga enggak sengaja, Gue papasan sama dia di bandara," Jelas Felix.

"Kemarin lusa, sih. Dia bilang, bakal balik dua hari lagi. Dan yang gue baru tau kemaren pas teleponan sama dia, ternyata dia tinggal di kota ini juga sama keluarganya," Ujar Allard. Lalu keduanya memutuskan untuk melanjutkan acara makan malam mereka dengan sesekali membahas tentang urusan pekerjaan, dan juga mengingat kenakalan mereka di masa remaja.

- - -

Sementara di lain tempat, Elle telah sampai di mansion keluarganya sejak beberapa jam lalu. Sesampainya di mansion, Elle langsung memboyong tubuh Aillard menujur kamarnya. Elle segera membersihkan dirinya dan juga Aillard.

Setelah selesai mandi, dan berganti pakaian. Barulah Elle memberikan sebotol susu kepada Aillard, dengan anak itu yang ia baringkan di sisi tubuhnya, tak lupa tangan kanan Elle yang menopang botol susu tersebut.

Selama Aillard menghabiskan susunya, pikiran Elle menerawang jauh segala kejadian tak terduga yang menimpanya. Mulai dari di perkosa, hamil, menjadi single parent, dan sekarang secara tiba-tiba ia kembali di pertemukan dengan laki-laki yang telah memperkosanya dengan status dosen dan mahasiswi.

Laki-laki itu, yang mau tak mau harus ia akui sebagai ayah biologis anaknya. "Allardyce? Aillard?" Batin Elle terkekeh. Bahkan secara tidak sengaja, ia memberikan anaknya nama yang mirip dengan laki-laki itu.

Menghela nafasnya gusar. Tangannya yang bebas ia bawa untuk mengelus surai rambut sang anak, sementara Aillard yang merasakan elusan di kepalanya malah mengerjapkan matanya, hingga tak lama mata itu terpejam. Melihat kelakuan Aillard, Elle terkekeh.

"Bahkan. Mulai dari mata, hidung, dan bibir kamu mirip banget sama laki-laki itu, Boy," Gumam Elle sebelum mencabut botol susu yang telah tandas isinya dari mulut Aillard.

Elle meletakkan botol itu di nakas samping tempat tidurnya, lalu baru lah setelah itu ia membaringkan tubuhnya di sisi Aillard. Tak lupa, ia menarik selimut tebal nan lembut untuk menutupi tubuhnya dan tubuh mungil Aillard.

Elle mengecup ringan kepala Aillard, lalu memeluk tubuh mungil itu sedikit menggantung. Agar tidak terlalu menekan tubuh Aillard. "Good night, Darling. I love you," Ujar Elle lalu memejamkan kedua matanya, menyusul Aillard yang telah berkelana di alam mimpi.

Tbc

Gennaíos Lámpsi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang