TWENTY EIGHT

26.3K 1K 23
                                    

Helloo Everyone!
Masih nungguin aku ga? Xixi
Maaf ya kalo ceritanya kurang dapet feel atau gimana huhu
-
-
-
I hope you're enjoying this part!
Don't forget to vote and comment
-
-
-
Happy Reading ❣️

Sejak kemarin malam, Aillard sudah di ambil alih oleh Fania dan Adrian untuk menginap di mansion megah milik mereka. Kebetulan Elle sedang dihadapi dengan sedikit masalah di cafe miliknya, jadi ia tak bisa menolak tindakan Mama dan Papanya itu.

Pulang dari cafe cukup larut kemarin, alhasil pagi ini Elle bangun terlambat. Dengan gerakan cepat, ia membersihkan diri dan mempersiapkan keperluan untuk dirinya presentasi pagi ini di kelas.

Elle telah memakai sepatu miliknya. Baru saja ia hendak menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja, suara klakson mobil menyita atensinya. Elle membuka pintu dan keluar dari rumahnya, terlihat mobil seseorang yang sangat ia kenali terparkir disana.

Elle segera mengunci pintu rumahnya, lalu berjalan menghampiri mobil yang terparkir di depan gerbang rumahnya. Selepas menutup gerbang, Elle langsung masuk ke dalam mobil dengan nafas yang tak beraturan.

"A-ayo, jalan," Ujar Elle.

"Makanya, enggak usah ngeyel. Udah Gue bilang, biar Gue yang urus masalah cafe Lo. Malah sok, mau urus sendiri," Cibir seseorang yang duduk di kursi kemudi.

"Ck. Udah deh, Ga. Lo kalo mau ceramah nanti aja, bisa mati Gue kalo telat ke kampus," Ujar Elle.

"Bawel. Iya, nih jalan," Putus seseorang yang duduk di kursi kemudi itu setelah mengacak puncak kepala Elle.

"Gael. Rambut Gue udah rapih," Kesal Elle sambil mencubit pinggang Gael. Hal itu berhasil membuat sang empunya mengaduh.

Ya. Yang jemput Elle adalah Gael. Elle baru ingat, semalam sebelum tidur ia memang menyelesaikan satu materi untuk presentasinya bersama Gael via Zoom. Dan di akhir percakapan, ia meminta Gael untuk menjemputnya karena ia masih kurang sehat.

"Aduh. Kaya babon tau gak, tenaga Lo. Sakit banget," Keluh Gael seraya mengusap tempat bekas cubitan Elle.

"Idih. Kiyi bibin tii gik, tinigi li. Sikit bingit," Tiru Elle atas perkataan Gael dengan nada mengejek.

Dengan gemas, Gael menginjak pedal gas mobilnya dalam-dalam. Alhasil Elle terpekik degan mulut yang terus menyumpahi Gael.

- - -

Gael dan Clara sampai di kampus sejak lima menit lalu. Kini keduanya sudah sampai di depan ruang kelas mereka. Elle melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. 08.47 tertera di sana.

Elle menatap Gael gelisah. "Aduhh, kita telat Ga. Gimana dong?" Tanya Elle pada Gael dengan nada khawatir.

"Apaan si, El. Lebay Lo, baru juga telat dua menit," Ujar Gael dengan tangan yang sudah bersiap menekan tuas pintu ruang kelas itu.

"Tapi, dosennya tuh ga-" Belum selesai ucapan Elle keluar dari bibir seksi nya, tangan Gael sudah berhasil membuka pintu dan menarik masuk dirinya mengikuti langkah pria itu.

Perbuatan keduanya tentu saja menyita perhatian seluruh pasang mata yang ada di dalam ruangan tersebut. Tak terkecuali tatapan tajam yang berasal dari bagian depan kelas.

"Ehm .... Maaf, Sir. Kami terlambat, karena ada sedikit kendala di jalan," Ujar Gael setelah menundukkan tubuhnya ke arah dosen yang sedang menyoroti dirinya dengan Elle. Dan jangan lupakan, tangan Gael masih betah menggenggam tangan Elle.

Gennaíos Lámpsi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang