Wattpad Original
There are 2 more free parts

RTL | Part 1 - The Interview

159K 8.2K 222
                                    

RACING the Limits | Part 1 - The Interview



The Burbank Studios. Burbank, California—USA. | 7:30 PM

"Kau masih berusia dua puluh enam tahun, tapi sudah mendapatkan kemenangan ke-delapanmu sebagai juara dunia MotoGP. Bagaimana perasaanmu?"

"Biasa saja. Bukankah memang seharusnya?"

Ellen Hathaway—pembawa acara di One Night with Ellen itu hanya bisa terkekeh geli, sebelum bertepuk tangan bersama para penonton yang ada di studio. Beberapa teriakan yang menyerukan nama Kevin Leonidas juga terdengar bersahutan. Penuh kekaguman. Membuat para crew berita bergegas menenangkan agar acara LIVE ini bisa terus berjalan.

"Okay. Okay," kekeh Ellen. "Suatu kehormatan bisa mendapatkanmu di studio kami. Kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan. Baik. Sebelumnya, aku memang banyak mendengar rumor tentang betapa tinggi kadar percaya dirimu, Mr. Leonidas. Tapi aku tidak pernah menyangka kau akan menunjukkannya terang-terangan di siaran langsung seperti ini."

Kevin menarik senyum, memunculkan lesung pipit di pipi kirinya. Kevin Leonidas memang bisa dikatakan tidak pernah menerima permintaan wawancara—kecuali malam ini. "Apa itu sebutan lain dari sombong?"

Sebelah alis Ellen terangkat. "Kau merasa?"

"Tidak. Tapi bukankah begitu media-media seperti kalian menyebutku selama ini?"

"Kau menolak disebut seperti itu?"

"Tidak juga."

"Jadi apa itu benar?"

"Aku hanya memperlihatkan apa yang aku punya dan bisa. Jika orang lain menyebut itu sebagai kesombongan, aku bisa apa?" Jawaban Kevin membuat studio itu kembali dipenuhi suara tepuk tangan riuh dan panggilan-panggilan lain yang menyerukan namanya. Menoleh, Kevin melambaikan tangan sembari tetap tersenyum pada kumpulan fans dengan atribut kaus hingga topi yang bertuliskan LEONIDAS atau angka 97—nomor motornya di perlombaan MotoGP.

Nama Kevin Alvaro Leonidas memang melambung tinggi selama beberapa tahun terakhir. Fans sekaligus haters-nya juga bertumbuh pesat. Sejak dia bergabung di dunia balap, prestasinya memang selalu cemerlang; menjadi juara dunia di 125cc World Championship pada tahun ketiga, berlanjut ke kelas Moto2 dan menjadi juara dunia pada tahun kedua, lalu berlanjut ke kelas MotoGP dengan nyaris selalu mendapat juara dunia tiap tahun—kecuali pada tahun kedua dikarenakan cedera tangan. Selebihnya, publik dibuat 'bosan' dengan kemenangan Kevin yang terus menerus. Bahkan, hanya kurang dua kemenangan lagi untuk membuat Kevin mendapatkan rekor sebagai rider MotoGP dengan kemenangan terbanyak.

Akan tetapi, bukan hanya prestasinya yang membuat Kevin banyak digilai, terutama untuk para kaum hawa. Struktur tulang yang bisa membuat para pengukir patung kagum; tulang pipinya yang indah, mata biru dengan bulu mata tebal, hidung mancung, rahang yang tegas, alis yang melengkung sempurna hingga bibirnya yang sensual. Kevin Leonidas sering dikaitkan dengan kata godaan. Eros, sang penakluk wanita. Apalagi dia adalah putra tunggal Leonidas Family—keluarga billionaire dari Spanyol yang kekayaannya tidak perlu diragukan lagi.

"Okay. Tapi apa pendapatmu tentang komentar yang mengatakan kau tidak berani berganti pabrikan?" Ellen menyandarkan tangannya pada lengan sofa, menatap Kevin penuh pertimbangan. "Pembalap-pembalap MotoGP yang lain selalu berani mencoba berganti pabrikan. Jorge Alejandro, rekan satu timmu, bahkan sudah berganti pabrikan tiga kali, dari Yamaha, Ducati lalu ke Honda. Sedangkan kau sendiri baru menjajal Honda sejak awal debutmu di MotoGP."

"Apa yang salah dengan itu?" Lagi. Kevin tersenyum meremehkan. "Itu hanya tergantung dari pilihan masing-masing. Aku memilih bertahan di Honda karena mereka sudah seperti keluarga. Apalagi mayoritas saham di sana juga milikku."

RACING the Limits [LEONIDAS#1]Where stories live. Discover now