8. "The Queen's Sister"

11.2K 538 27
                                    

Next chapter aku akan milih 1 orng bwt di shout out n di post di next chapter ;;) exited or not

Jadi, KOMENT hal apa yg bwt klian suka sma masquerade n hal apa yg klian benci dari masquerade oke I'm waiting. ;;) ohya jgn lpa VOTE

.

____________

Siska segera memasuki kastil kecil yang sudah sering dikunjunginya beberapa taun ini. Siska sudah hafal seluruh ruangan di kastil ini, walaupun juga ini Kastil punyanya dulu.

"Siska?"

Siska segera menoleh kearah sumber suara dan tersenyum. "Vincent." Dia lalu melepaskan mantel hitam yang biasa dia pakai dan menaruhnya di kursi. Lalu duduk di sofa bludru berwarna hitam.

"Dengaren kesini? Jadwalmu ke sini masih lama kan? Ada apa?" Vincent bertanya sambil tersenyum sebelum dia duduk di sofa persis didepan Siska.

Siska diam sebentar. "Audrey.. dicium Aiden."

Vincent tampak kaget untuk sesaat. "Well, bad news then."

"It's a very terrible news, Vincent! Barusan Xavier.."

"Kenapa Xavier?"

"Dia tau kotak musik yang Audrey berikan ke dia itu punya bangsawan Lynette."

Vincent tampak kagum sesaat. "Sudah kuduga, dia anak pintar."

"Vincent, ini serius. Aiden ada pesta akhir minggu ini dan dia ngajak Audrey datang! Aku gak bisa menolak gara-gara Xavier! Kamu tau gimana jadinya kalo Audrey ketemu sama Arthur! Bisa-bis.." Tiba-tiba omongan Siska dipotong.

"Excuse me, Sir. King Arthur wanted to meet you. He's on his way to here." Butler datang sambil membungkukan badanya tanda hormat.

Siska membeku. Di ruangan ini hanya ada 1 pintu, dia tidak mungkin keluar. "Ok, thank you. You are dismissed." Butler itu segera keluar setelah Vincent mengatakanya. Vincent menoleh ke arah Siska. He know what's waiting.

"Gimana ini?! Bisa gawat kalo dia ketemu aku sekarang!"

Vincent berpikir sebentar. "Turn your outfit into a maid one. You could do that right? Kalo kamu jadi maid, tidak akan seberapa menarik perhatianya. Tundukan matamu ke bawah jadi kamu wouldn't make an eye contact."

Siska lalu merubah pakaianya menjadi pakaian maid. Ini untungnya jadi boudle. Dia segera berdiri lalu berjalan ke arah dinding dan menundukan kepalahnya.

Beberapa waktu kemudian pintu kembali dibuka dan seorang pria tua masuk kesana. Rambutnya putih namun wajahnya masi termasuk ganteng. Jelas sekali dia bijaksana. Dia memakai mantel tebal berwarna hitam. "Vincent." Suaranya memberitau semua yang mendengarnya bahwa dia berkuasa.

"King Arthur." Vincent berdiri lalu membungkuk. "Silakan duduk."

Arthur lalu segera duduk di sofa. "Terima kasih Vincent." Mata Arthur lalu tertuju pada Siska. "Ada Maid diruangan ini?"

"You may dismissed." Vincent segera mengatakanya. Kesempatan Siska untuk keluar. Siska dengan senang hati berjalan keluar.

Tapi langkah Siska tertahan oleh omongan King setelahnya. "Oh tidak, tidak usah. Aku hanya bertanya. Biasanya maid mu tidak banyak. Butler semua." Arthur tertawa.

Vincent tersenyum masam. "Bolehkah saya tau maksud paduka ke kastil saya yang kecil ini?"

Arthur tersenyum. "Ceritakan ke aku tentang hal yang Queen Elvoni ceritakan ke kamu dulu."

"Maaf paduka, saya sudah menceritakan semua yang Elvoni sudah cerita ke saya, paduka."

"Ya, aku tau, Vincent. Aku hanya bahagia sekali waktu tau bahwa ternyata dia juga mencintaiku selama ini. Tapi aku sedih saat menyadari aku barumenyadarinya saat dia sudah menghilang." Raja menghembuskan nafasnya. "Apa mungkin dia melarikan diri karena aku mengambil Queen Sharon sebagai istriku?"

Masquerade: The Lost PrincessWhere stories live. Discover now