Chapter 2: The New Face

30.4K 1.9K 444
                                    

The New Face

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The New Face. Wajah baru di luar ekspektasi.


"LEPAS pakaianmu. Semuanya."

Tangan berkedut dengan jari mengepal, Eren menjawab, "Maaf, Sir. Aku tidak bisa."

"Bocah," desah bibir yang mengembuskan asap. Puntung rokok di sela jari nyaris terbelah. "Kuberi sepuluh detik untuk menjelaskan alasannya sebelum kupreteli dan kuseret kau keluar pintu dengan bokong menungging di udara."

"Sir." Pelipis Eren berdenyut kencang. "Aku masih di bawah umur untuk melakukan pemotretan semacam itu." Eren menoleh kepada ketua agensi. "Dan kata Sir Erwin, sebagai model aku tidak boleh melakukan hal di luar batas kewajaran sekalipun itu permohonan klien. Apa aku salah?"

"Kau benar." 

"Aku tidak akan melakukan sesuatu yang seperti memakan buah terlarang," Eren asal berceloteh filosofi forbidden fruit yang disadur sembarangan dari halaman novel Armin yang terbuka di meja dapur. "Apa pun akan kulakukan asal bukan seperti permintaan Sir Rivaille."

Rivaille mendengus tanpa ekspresi. "Kalau buahmu bagaimana? Terlarang tidak?"

"Kalau—Ha? Buahku?"

Juru kamera dan makeup artist tersedak jus kalengan di balik reflektor, menekan perut, menahan tawa.

Michie menepuk-nepuk meja, tawanya meledak. "Demi buah dada palsu Hanji, kumohon Ratatoille, jangan menggodanya terus!" Napasnya putus-putus. "Dia ini lurus."

Di bawah persilangan lampu penerangan, mata gelap Rivaille berkilat. "Begitu?"

Mendadak Rivaille bangkit berdiri, mata tidak melepaskan Eren, langkahnya diseret menuju sang remaja.

Saraf-saraf Eren mengejang kaku.

"Rivaille," Erwin memanggil.

Mengabaikan segalanya, fokus pria berambut hitam hanya pada sang model audisi.

Dorongan mistis membuat postur tubuh Eren menegak saat Rivaille berhenti di hadapannya.

Michie menepuk tangan. "Fabulous! Ratatoille sudah bisa jadi coach pribadinya. Hanya mendekat beberapa senti saja si Jaeger langsung menegang."

"Bocah," kata Rivaille, "Kesimpulannya kau tipe model yang tak mau diatur. Kalau hewan kau ini jenis yang perlu diikat lehernya dan dipecut setiap hari."

Eren tahan napas.

Rivaille berjalan mengitarinya. Kepulan asap putih menyelubungi figur Eren yang mematung. Eren mengatupkan bibir rapat-rapat. Pandangan mata seratus meter ke depan.

Bola mata Rivaille, manik gelap seperti arang panas, mengamati tubuhnya lekat dari atas, bawah, atas lagi, kanan-kiri. Setiap detail kulit madu ditelusuri, otot-otot halus yang terekspos sorotan sinar dan urat nadi yang berkedut di bawah lapisan kulit tidak tersembunyi. Napas panasnya bertiup seiring pergerakan, menggelitik pipi Eren, sampai mata analitis itu kembali menusuk miliknya.

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang