Chapter 38.4

1.6K 192 44
                                    

Dalam sunyi, sebuah van membawa ketiga model final kembali ke rumah.

Selama dalam mobil tak satu pun bicara.

Annie memang selalu pendiam, tetapi gadis itu benar-benar menjelma bagai es beku di pojokan.

Jean memangku dagu, menoleh ke luar jendela mobil tanpa kata.

Eren menjadi satu-satunya yang mengawasi kedua model lawannya, mengamati tanpa bicara. Mengamati berarti acuh dengan sekitar—Eren belajar seperti itu lewat training kilat dengan Yelena. Lebih baik menjadi observant ketimbang banyak berbicara.

Kemarin, saat Reiner dan Bertholdt masih ada, Eren berhasil membuat mereka bungkam dalam bus sepanjang perjalanan ke rumah model. Fokus pada kompetisi. Jadilah dominan dan mengintimidasi. Tak perlu bicara jika tak berhubungan dengan kompetisi.

Kini sedikit berbeda.

Eren ingin mendengar seseorang berbicara di dalam mobil itu.

Sepatah dua patah kata tak penting.

"Hei, kita berhasil sampai sini" atau "Hei, tinggal kita bertiga. Wow".

Annie tak mau berkata apa pun sejak ia mengantarkan kepergian Reiner. Gadis itu sudah beralih dari yang semula menyukai Eren menjadi tidak menyukai Eren. Mungkin juga ia memilih untuk membalas perasaan Bertholdt sekarang. Tak mengapa, Eren tahu bahwa itulah risikonya sejak ia menolak perasaan Annie. Gadis ini pula yang menjadi penyebab penguncian toilet di Met Gala. Mereka sejatinya adalah lawan. Eren tak ragu menandai Annie sebagai lawan yang harus ia jatuhkan selanjutnya.

Sedangkan Jean menjadi pendiam misterius sejak di ruang tunggu menjelang shooting terakhir ke ruangan panelis. Eren tak tahu apa yang lelaki ini sedang pikirkan. Apakah ia sempat melihat hantu di toilet?

Ada sesuatu yang tak beres.

Perlukah Eren memikirkan lawan-lawannya? Tak boleh. Ia hanya boleh fokus pada kompetisi hingga hanya tersisa satu pemenang. Kompetisi MNTM adalah zona perang. Jean Kirstein kena mental atau rindu agensi Rec/On? Annie memilih bisu sepanjang tahun? Itu bukan urusan Eren.

Hanya yang kuat bertahan hingga akhir, dialah yang pantas jadi pemenang.

Setibanya di rumah, tak satu pun dari mereka bercakap. Terlalu lelah, mental dan fisik. Meskipun demikian, kru MNTM meminta untuk mengambil gambar mereka saat pulang ke rumah dan mengharapkan sedikit percakapan. Akan membosankan bagi penonton jika mereka diam-diaman.

Annie memaksakan untuk berbicara. "Ah, ada fotoku di layar kaca."

"Hm. Bagus," Jean menyahut sekadarnya. "Selamat sudah jadi FCO minggu ini."

"Akhirnya top three." Seseorang di balik layar membawa papan dialog, meminta mereka berbicara demikian. "Beritahukan perasaan kalian."

Baik Jean maupun Annie tak menemukan tenaga untuk mengucapkan script tersebut.

Eren yang akhirnya mengucap, "Akhirnya top three."

"Yeah," Jean menyahut lagi tanpa nyawa, berakting sebisanya.

"Aku tak menyangka bisa top three bersama kalian," kata Eren, masih memainkan perannya. "Terutama bersama kau Jean."

Jean pura-pura tersenyum, tetapi wajah lesu itu tak mungkin bisa menipu penonton mana pun.

"Maaf ... aku ingin istirahat. Ini hari yang melelahkan," Annie berdesah sembari menekan jarinya ke pelipis, sepertinya ia tak enak badan. Namun, para kru tak menghentikan pengambilan gambar. Shooting belum bisa dihentikan karena ada Nifa Mail yang berbunyi dengan suara beep beep di televisi. Para model yang kelelahan dipaksa untuk duduk dan membaca pesan Nifa.


HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang