Chapter 35.4

2.9K 503 92
                                    

"Oke, Models, sebelum kita makan siang, apa kalian tidak menyadari sesuatu sejak tadi?" Nifa berkata. "Kursi di meja makan berjumlah sebelas, padahal kita hanya sepuluh orang di sini."

Para peserta saling pandang. Mereka menebak. Apakah ada juri tamu?

"Benar sekali! Untuk tantangan photoshoot berikutnya, kalian tidak akan sendirian! Dia supermodel hebat jadi berhati-hatilah kalah pesona dengannya."

Serentak mereka semua menoleh ke arah gerbang resor. Seseorang datang melangkah.

Dari sudut pandang seorang fotografer fashion, Rivaille akan memuji. Dia model Asia yang elegan. Dia gadis yang menguarkan kekuatan pada postur berdiri hingga seluruh tungkainya, meski tidak sedang melangkah di panggung runway. Rambutnya jatuh seperti tinta hitam. Bibir sewarna kelopak sakura. Mata seumpama langit malam yang bersih dari awan.

Saudara sepupu jauhnya, Mikasa Ackerman.

Terlalu antusias, Jean spontan berdiri saat Mikasa datang. Cengiran kuda ia perlihatkan.

Eren menarik kasar tangan Jean agar duduk lagi. Muka Kuda, tak usah sesenang itu melihat saudariku datang.

Mikasa tampil dengan balutan overall merek Chanel. Namun, aneh di mata banyak orang, ia tak pernah mau melepaskan syal merah tak bermerek dari lehernya. Sampai-sampai Mikasa mendapat julukan konyol dari banyak penata busana—"Ackerman, Gadis Berkalung Merah". Lucunya, hal ini malah menjadi inspirasi fashion bagi beberapa orang. Bukan rahasia. Banyak fotografer menginginkan Mikasa hadir dalam tubuh polos hanya berbalut syal merah. Tawaran yang selalu ditolak oleh gadis ini meski dibayar semahal apa pun.

Mata Mikasa hanya tertuju pada Eren saat datang, beralih pada tiga buah kamera, lalu para penghuni meja. Terakhir, gadis itu menjatuhkan pandangannya kepada Rivaille. Hanya sekian detik. Sorot mata dingin. Lebih dingin dibandingkan suhu Putri Es. Mikasa sudah membencinya sejak lama karena alasan yang Rivaille tak pernah pasti.

"Uuuh, Mikasa! Kau terlihat menawan seperti biasa! Bagaimana kabarmu?" Nifa memeluk gadis itu. "Dan lihat gaya Mikasa hari ini, Zackley, kau pasti langsung menagih potretnya untuk dipajang di salon."

"Nope, aku akan memajangnya di depan pintu salon. Banner besar yang menarik semua orang untuk datang. Welcome, Mikasa Ackerman! Well, kalian sudah mengenal siapa Mikasa. Salah satu model berprestasi di industri ini. Sudah ada dua brand yang mengontraknya sebagai ambasador. Wajahnya banyak mengisi halaman spread editorial dan memikat hati editor in chief tua sepertiku. Umurnya tidak jauh dari kalian, masih muda, tapi sudah gemilang. Belajar banyaklah darinya!"

"Halo semuanya," Mikasa bertutur lembut.

Model-model yang ada di meja, baik dari agensi kawan maupun lawan, sudah mengenal siapa Mikasa. Nyaris tak ada yang memungkiri kehebatannya.

Masih saja Eren menatap gadis itu dingin. Gadis ini yang menjadi acuan awalnya untuk memulai karier di industri fashion. Rivaille tahu Eren melihat Mikasa sebagai sosok rival, tetapi barangkali lebih dari itu.

Kuklo berbicara berdasarkan skrip. "Mikasa, kudengar kau sedang sibuk shooting untuk serial televisi yang sedang populer?"

"Benar, di Ikatan Kasih," jawab Mikasa. "Ini menjadi pengalaman pertamaku bermain sebagai salah satu pemeran utama."

"Yes! Serial televisi ini akan berlanjut ke musim kedua sebentar lagi. Ikatan Kasih! Pastikan kalian menontonnya setiap jam delapan malam hanya di channel kesayangan kalian!" Nifa menyelipkan pesan sponsor di dalam dialognya. "Dan kudengar Mikasa juga baru saja menandatangani kontrak untuk film bertema superhero. Wow! Kudengar persiapannya sangat khusus?"

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang