Ini adalah part terakhir di HAUTE yang menggunakan POV Jean. Setelah chapter ini selesai, POV setelah ini akan kembali ke ... (tebak siapa).
Tahukah kalian alasan kenapa aku ambil POV Jean untuk beberapa chapter terakhir HAUTE?
Pertama, Jean Kirstein adalah tokoh penting di HAUTE. Posisi Jean sama dengan Armin dan Mikasa untuk Eren. Jean adalah rival sekaligus sahabat dekat Eren meski mereka selalu bertengkar, tetapi sudah mendampingi Eren sejak masuk agensi. Bahkan, Jean akan terus berpengaruh hingga ending nanti. Bisa jadi, kalau akhirnya Eren nikah sama Rivaille, Jean akan menjadi groomsman-nya. Kalau Eren putus sama Rivaille, Jean mungkin akan menjadi orang pertama yang marah. (ini contoh aja, lho, belum tentu plotnya seperti ini).
Kedua, Jean Kirstein di HAUTE adalah manifestasi dari cara orang luar/pembaca melihat Eren Jaeger di HAUTE. Ketika Jean merasa geli, malu lihat kelakuan Eren, salah paham, kesal sama Eren, atau justru fanboying-an Rivaere, itu juga yang harusnya dirasakan pembaca. Walau sering tsundere, Jean sejatinya orang yang lurus dan apa adanya. Tokoh Jean ada untuk mewakili kalian agar bisa melihat HAUTE dari banyak sisi.
Apa kalian sempat berharap Jean jadi orang ketiga di antara RivaEre? Meski seru, maaf sekali dari awal menulis HAUTE aku ingin Jean ada untuk mewakili model laki-laki straight di industri. HAUTE mengangkat kisah romansa sesama lelaki, tapi jangan harap semua karakter di dalam cerita ini otomatis gay, ya. Maaf aku kurang suka dengan cerita BL love story yang satu sekolah, satu kampus, satu industri, karakternya dibikin gay semua hehe .... kurang realistis meski mungkin kalian suka dengan cerita full boyslove seperti itu. Paling sisi homo dari Jean cuma beberapa persen aja, gimana pun pesona Eren sulit ditolak. But, Jean sesungguhnya adalah fanboy shipper RivaEre yang masih in denial.
Kalian dan Jean berada di kapal RivaEre yang sama.
-Ra
*
*
Sehari sebelum mereka menghadapi panel penjurian, Jean terbangun mendengar suara ketukan pintu.
Saat dibuka tak ada siapa pun, kecuali sebuah baki kayu dengan sepiring omelette, diletakkan di lantai.
Di samping piring, ada secarik kertas dengan kata-kata "Sorry" di sana.
Jean terkejut. Eren Jaeger yang ia kenal adalah tipe yang tinggi ego dan tak mudah meminta maaf dengan cara-cara mengejutkan seperti ini.
Bagaimanapun ini membuat Jean sedikit luluh.
Tetapi, Jean tak boleh jatuh dalam perangkap. Bisa saja omelette-nya diberi bubuk cabai yang membuatnya bibirnya monyong kepedasan. Jadi, ia membawa baki itu dan mencari Eren, menemukan laki-laki itu sedang berjemur di tepi kolam. Pose duduknya sudah seperti model underwear pria yang macho.
"Oi, apa ini?"
Eren menoleh. Ia sedang mengenakan kacamata hitam. Jean tak bisa melihat matanya, apakah dipenuhi rasa bersalah atau biasa saja.
Jean duduk di sampingnya. "Kau pikir dengan cara ini aku bisa memaafkanmu?"
"Kalau dengan cara ini pun kau tak mau memaafkan, tak masalah," katanya.
"Kau ini niat minta maaf atau tidak—" Jean mengunyah telur dan roti, tidak ada rasa aneh-aneh. Lumayan enak juga. Jean tanpa sadar jadi makin agak lahap. "Kebetulan sekali aku lapar, jadi kumakan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
Fanfiction[Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] Fotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. First Published:...